Internasional Minta Ubi Kayu dan Ubi Jalar Jatim Tetapi Porang Terkendala Alat Olah
Tuesday, 17th November, 2020 | 950 Views

PADA KUARTAL AKHIR 2020 ini komoditas yang sedang hit untuk ekspor dari Provinsi Jawa Timur (Jatim) adalah ubi jalar (Ipomea batatas), ubi kayu (Manihot utilissima) dan Amorphopallus muelleri atau porang. Ketiga komoditas petani sudah punya pasar di mancanegara. Petani Jawa Timur sangat bergembira, perbaikan taraf hidup petani muncul nyata di tangan.

     Ekspor untuk ubi kayu sudah dalam bentuk olahan, tetapi untuk ubi jalar masih dalam bentuk segar.  Bahkan ubi jalar banyak juga yang diekspor dalam bentuk pasta atau adonan dan irisan batang kecil yang lazim juga disebut stick. Ada kekhususan pada ubi jalar yang diekspor tersebut karena ada juga yang sudah digoreng dan beku yang disesuaikan dengan selera konsumen luar negeri.

     “Pasar luar negeri tidak melulu meminta dalam bentuk olahan, tetapi juga dalam bentuk segar. Sebetulnya kita inginkan dalam bentuk olahan semua agar mempunyai nilai tambah bagi petani kita. Namun, apa hendak dikata karena konsumennya meminta bentuk seperti itu,” demikian keterangan Pipit Wahyuningsih,SP menjawab pertanyaan Media Pertanian online www.sembadapangan.com ‘mengapa tidak mengekspor bentuk olahan’ di kantornya di Surabaya, beberapa waktu lalu. Ia adalah Kepala Seksi Pasca Panen dan Pengolahan Hortikultur dan Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim.

     Pipit melanjutkan, konsumen di Hong Kong membutuhkan ubi jalar yang sudah direbus dalam bentuk potongan dan sudah dibekukan. Di pihak lain konsumen dari Jepang menginginkan ubi jalar yang berbentuk adonan atau pasta. Konsumen di sana tidak mau menerima ubi jalar berbentuk irisan. Untuk sementara waktu peluang pasar yang ada yang dikedepankan sekarang ini.

    Sebab, katanya, walaupun ekspor barang setengah jadi atau sudah jadi jauh lebih tinggi nilai rupiahnya yang akan didapat oleh petani, namun untuk memaksakan itu belum bisa sekarang. Indonesia masih condong menyesuaikan dengan permintaan pasar, agar konsumen internasional tidak mencari ke tempat lain.

      Menurut Pipit, pengolahan yang paling dominan di Jatim saat ini adalah ubi kayu dan ubi jalar karena memang produk ini banyak diminati oleh pasar di luar negeri. Sentra ubi jalar di Jawa Timur saat ini ada di Kabupaten Magetan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Bondowoso. Lainnya ada di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Mojokerto. Bentuk olahannya masih berupa kripik biasa saja dan sebagian diekspor.

      Kalau untuk ubi kayu lebih pada subsitusi terigu, seperti pembuatan mocaf dan tapioka. Khusus mocaf atau modified cassava flour atau tepung ubi kayu yang dimodifikasi dengan cara fermentasi, dari Jatim pernah turun permintaannya. Kendati demikian, pada 2020 ini sudah ditingkatkan dan bisa diterima pasar kembali. Sentra ubi kayu di Jawa Timur saat ini ada di kawasan selatan, yaitu Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek dan di Kabupaten Malang.

    Menjawab pertanyaan olahan lainnya, Pipit Wahyuningsih menyebutkan bahwa dari Jawa Timur saat ini ada juga kedelai, tetapi tidak sampai diekspor karena kebutuhan regional juga sangat tinggi, yaitu berupa tempe dan tahu serta keripik dan susu kedelai. Komiditi kedelai yang diolah hanya untuk keutuhan sehari-hari masyarakat setempat.

Porang dan Nasi Jagung Ke Malaysia

    Kendati sedang masa penyebaran (pandemi) virus korona di Indonesia, hasil kerajinan para petani di Provinsi Jawa Timur tidak terlalu berpengaruh. Sebab, para petani sudah mampu memasuki penjualan secara online, sehingga banyak orang mengetahui dan membelinya. Dari beberapa kabupaten, kedelai olahan menjadi kecap sudah memasuki beberapa penyedia online yang sudah ada di Indonesia.

    “Para petani pengolah dan perajin hasil pertanian sudah masuk ke toko online dengan upaya sendiri. Namun, ada juga beberapa yang memang dibantu mengikuti pameran dan sistem pasar online terutama para petani yang mendapat bantuan peralatan dari pemerintah,” Pipit menambahkan.

     Saat ini pasar olahan dari Provinsi Jatim sudah semakin meluas. Dari Kabupaten Tulung Agung nasi jagung dan thiwul telah diekspor ke Malyasia. Bentuknya adalah thiwul siap saji (instant) dan nasi jagung siap saji. Keamanan makanan tersebut sudah terjamin karena mutunya telah disertifikasi oleh pemerintah dan lembaga terkait. Begitu juga komoditi porang telah banyak permintaan dari Malaysia dan para petani sudah memenuhinya kendati volume belum banyak.

     Pipit menyebutkan bahwa melalui bantuan mesin pengolahan yang diberikan kepada petani dan para perajin hasil pertanian telah berdampak posistif kepada para petani. Pertama, berupa penyerapan tenaga kerja hingga lima orang atau bahkan lebih. Kedua, nilai uang yang didapat para petani bisa berlipat-ganda kalau barang sudah berupa olahan.

    Kami sekarang ini, kata Pipit, mengajarkan kepada petani agar menjual hasil produksinya melalui web milik sendiri dan tidak hanya melalui toko online agar orang luar Jawa Timur atau kalangan internasional bisa melihat dan mengetahui. Artinya, calon pembeli bisa langsung kepada para petani atau perajin.

    Khusus komoditi porang, ada kendala yang serius. Para petani dari Kabupaten Trenggalek dan dari Kabupaten Madiun hanya bisa menjual dalam bentuk umbi karena belum tahu teknologi pengolahannya agar berbentuk bahan olahan. Teknologi pembuatan porang berupa chip atau bentuk lainnya belum ada, sehingga permintaan dari Eropa belum bisa dipenuhi. Akibatnya porang hanya diekspor dalam bentuk umbian.

    Kendati demikian saat ini sedang dipelajari untuk membuat mesin pengolah porang oleh Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbian (Balitkabi) Kementerian Pertanian di Malang (Jawa Timur) dan juga oleh Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang, Jawa Timur. Berbagai pihak sedang bekerja keras untuk membuat mesin pengolah porang, sehingga yang akan diekspor bukan umbinya tetapi sudah berupa olahan. Hal yang memerlukan perhatian khusus semua pihak saat ini terutama di Jawa Timur adalah bahwa kini minat petani telah berubah. Komoditi ubi kayu mulai digeser oleh porang. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang