Produksi Beras Kabupaten Cianjur Telah Melebihi Kebutuhan Konsumsi
Wednesday, 22nd March, 2023 | 688 Views
Kepala Bidang Tanaman Pangan,  Dinas Pertanian Kab.Cianjur Dandan Hendayana, SP,MP (Foto:sembada/rori)

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kab.Cianjur Dandan Hendayana, SP,MP (Foto:sembada/rori)

PADA MUSIM PANEN 2023 ini Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Jabar) sudah surplus 200 persen setelah kebutuhan konsumsi.  Artinya, produksi beras kabupaten melebihi konsumsi dengan hitungan angka nasional secara akumulatif 112 kilogram (kg) per tahun. Konsumsi beras masyarakat Kabupaten Cianjur adalah 281 ton.

   Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur Dandan Hendayana, SP,M kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di Cianjur, belum lama berselang. Dia didampingi oleh Staf Bagian Perencanaan Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur Febby Ramanda, ST.

   Menurut Hendayana, produktivitas panen periode masa tanam Oktober-Maret (Okt-Mar) mencapai rata-rata 5,8 ton per hektare (ha). Angka itu didapat dari luas tanam yang mencapai 83.662 ha dan luas panen (telah dilaksanakan) 46.652 ha. Saat ini luas lahan yang belum dipanen atau akan diselesaikan pada Maret ini (standing crop) masih 37.634 ha.

   Disebutkan pula bahwa harga gabah kering panen (GKP) di daerah itu adalah bervariasi antara 4.200 rupiah per kg hingga 4.500 rupiah per kg. Harga beras yang saat ini di pasar belum memberikan keuntungan kepada para petani. Sebab, agar untung harga beras premium harus di kisaran 14.000 rupiah per kg. Kalau hanya pada kisaran harga 11.000 rupiah hingga 12.000 rupiah per kg, para petani hanya pulang modal.

    Hitungannya adalah bahwa untuk mendapat 1 kg beras dibutuhkan minimal 2 kg gabah kering giling (GKG). Jika ongkos-ongkos untuk mengolah GKG, seperti penjemuran, penggilingan dan angkut serta kemasan sekitar 1.300 rupiah per kg, maka harga beras premium yang bisa menguntungkan para petani adalah di kisaran 14.000 rupiah per kg. Sebab, apabila memakai angka harga GKG sebesar 4.500 rupiah per kg, maka beras 1 kg diperoleh dari 2 kg GKG atau seharga 9.000 rupiah per kg.

   “Kemudian kalau ditambah ongkos-ongkos pengolahan gabah menjadi beras seberas 1.300 rupiah per kg, maka angka 9.000 rupiah per kg ditambah 1.300 rupiah per kg adalah 10.300 rupiah per kg.

   Untuk harga 4.500 rupiah per kg untuk GKG misalnya, untuk memperoleh satu kilogram beras dibutuhkan minimal 2 kg GKG berarti 9.000 rupiah per kg ditambah 1.300 rupiah untuk biaya giling, jemur, angkut dan kemasan berarti 10.300 rupiah per kg, maka harga beras bisa di kisaran 11.000 rupiah per kg masih ada margin atau selisih bagi petani dengan catatan  harga GKG itu di kisaran 4.500 rupiah per kg*sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang