Petani Nasihin Dari Majalengka: Sukses Kembangkan Desa Mandiri Benih Padi Bersertifikat Dari Satu Ha Ke 10 Ha Hingga 112 Ha
Tuesday, 31st August, 2021 | 1109 Views

 

KENDATI HARUS LELAH lunglai terseok-seok bekerja keras dari awal pengembangan Desa Mandiri Benih atau DMB padi bermula dari satu hektare, petani Nasihin sudah bisa lega dan bahagia. Dia sukses mengatasi kesulitan, hambatan dan beragam kendala. Dengan tekun dan ulet lahan untuk benih dari satu hektare itu berkembang menjadi 10 hektare (ha) dan kini seluas 112 ha pada 2021.

    Dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Majalengka beberapa waktu yang lalu Koordinator Pengawas Benih Tanaman, Direktorat Jeneral Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Catur Setiawan,STP,MSi melihat ketersediaan benih padi bersertifikat di Gudang Kelompok Tani Gangsa-1 di Desa Mandiri Benih (DMB) Desa Jati Tengah, Kecamatan Jati Tujuh, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat (Jabar). Dia didampingi oleh Ahli Madya Pengawas Benih, Direktorat Perbenihan, Ditjen Tanaman Pangan Retno Setianingsih,SP,MP.

    Kini petani anggota Kelompok Tani Gangsa-1 sudah mencapai 38 orang yang dilengkapi organ penting kepengurusan hingga seksi pemasaran dan pengolahan. Sebelum membentuk kelompok tani, awalnya pada 2013 Nasihin dan petani lainnya menggarap lahan masing-masing. Nasihin mengolah tanah keluarga seluas satu hektare untuk penangkaran benih. Pada waktu itu varietas padi yang ditangkarkan adalah varietas unggul baru atau VUB Ciherang yang hasilnya baru mencapai 3 ton per ha.

Sebanyak 500 Ton Target Benih 2021

    Hingga kini lahan abadi milik Kelompok Tani Gangsa-1 untuk penangkaran benih padi yang terkait dengan DMB adalah 38 ha. Lahan lainnya yang berada di lain desa yang keseluruhannya mencapai 112 ha termasuk yang 38 ha tersebut yang telah mendapatkan status khusus dalam program 1.000 desa mandiri benih yang dicanangkan pemerintah pada 2015. Petani di kawasan ini masih menyukai varietas Ciherang dan Mekongga, tetapi sejak beberapa tahun belakangan ini Kelompok Tani Gangsa-1 telah mengembangkan 15 varietas, seperti Inpari-32 dan Inpari-33. Dan terakhir adalah varietas Inpari-44, 45, 46, 47 dan Inpari-48.

    Hingga akhir semester pertama 2021 yang lalu banyak permintaan benih dari berbagai provinsi, seperti hampir seluruh provinsi di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan juga dari Indonesia bagian timur. Memang dari pengurus Kelompok Tani Gangsa-1 telah memutuskan untuk memasuki pasar bebas di berbagai daerah untuk meningkatkan penjualan dan mendorong perencanaan penambahan luasan areal pertanaman. Sebab, hingga sekarang karena keterbatasan gudang target benih yang disediakan mencapai 500 ton, sedangkan lahan yang akan ditanami pada 2022 mendatang masih seluas 112 ha seusai perencanaan yang dikaitkan dengan keterbatasan penyimpanan.

   Kini gudang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Gangsa-1 baru empat jumlahnya dengan dua lantai jemur besar di sekitar gudang. Ada juga lapangan jemur untuk mendukung proses pengeringan calon benih. Dari gudang yang jumlahnya empat adalah termasuk gudang pertama terkait dengan program Desa Mandiri Benih atau DMB.

Tumbuh Kepercayaan Atau Trust dari Petani

   Menurut Nasihin DMB telah berdampak atau pengaruh yang sangat positif bukan saja kepada pengurus Kelompok Tani Gansa-1 dan para anggotanya, tetapi juga kepada masyarakat petani lainnya di Kabupaten Majalengka. Contohnya, volume benih yang tersedia saat ini sebanyak 500 ton itu bisa dicapai karena telah tumbuh trust atau kepercayaan petani pada program pemerintah dan pengelola Kelompok Tani Gangsa-1.

    Kalau mengutip pernyataan Nasihin yang mengungkapkan bahwa “Sejak 2013 hingga 2016 para petani berdarah-darah dengan melakukan kerja ekstra ketat setiap hari, memegang sikap keterbukaan, menghargai hal-hal kecil dan ringan untuk melangkah ke hal yang makin besar dan juga menjaga mutu,” maka pola sikap seperti itu telah membuahkan hasil yang baik dan besar.

    Memang dari pengakuan Nasihin itu bisa dipetik hikmah dan pelajaran besar, yaitu tanpa kerja keras tidak mungkin didapat hasil yang besar atau menyenangkan sebagaimana didapat oleh para petani Gangsa-1 Kecamatan Jati Tujuh itu. Tentu awalnya memang sulit dan sangat tidak enak. Sebagaimana diamalkan oleh Nasihin bahwa kondisi itu sudah menjadi garis tangan dan berkat dari Maha Kuasa lantaran memegang keterbukaan.

    Kenyataannya memang para petani sejak dulu sudah berpengalaman bercocok tanam dan tahu bertani di sawah masing-masing. Namun, Nasihin melakukan pendekatan yang terus diperbarui dengan berbuat baik kepada sesama petani. Berbagai perbuatan baik dibeikan kepada petani binaan termasuk memperkenalkan inovasi teknologi sebagai andalan mengubah pola pikir dan sikap bertani moderen. Dan itulah kiat sukses Nasihin sebagai penagkar benih setelah mengikuti program Desa Mandiri Benih sampai meraih Penghargaan Tingkat Nasional Juara Pertama Kelompok Tani Penangkar Benih pada 2018 lalu. *Catur Setiawan,STP,MSi dan Retno Setianingsih,SP,MP

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang