Pemerintah Serius Penuhi Kedelai Nasional dan Bertekad Ekspor
Saturday, 28th January, 2017 | 745 Views
IMG_5709-Direktur Akabi Rita Mezu

Direktur Akabi Ir Rita Mezu, MM (Foto:sembada/mare)

PEMERINTAH terus mengembangkan komoditas strategis kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu pemerintah juga bertekad untuk mengekspor kedelai ke berbagai Negara di Asia. Saat ini Kementerian Pertanian mencatat bahwa dari 2,3 juta ton kedelai untuk kebutuhan dalam negeri, sebanyak 43 persen sudah dipasok petani Indonesia.

Menurut Direktur Aneka Kacang dan Umbi-umbian (Akabi), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Ir Rita Mezu,MM, rata-rata produksi kedelai nasional lima tahun terakhir mencapai 982,47 ribu ton biji kering. Hal tersebut terlihat dari tampilan produksi yang makin meningkat. Rerata produksi kedelai nasional pada periode 2011-2013 sebesar 825.000 ton meningkat menjadi 935.000 ton pada periode 2014-2016 atau naik sebesar 110.000 ton atau sebesar 13,31 persen.

Selanjutnya rerata produktivitas kedelai nasional pada periode 2011-2013 sebesar 14,23 kuintal per hektare (ha) meningkat menjadi 15,42 kuintal per ha pada periode 2014-2016 atau naik sebesar 12 kuintal per ha atau sebesar 4,43 persen.. Kemudian, rerata luas panen 606.000 ha pada periode 2014-2016 atau naik seluas 12.036.000 ha atau 8,34  persen.

Rita Mezu menambahkan bahwa peningkatan produksi kedelai nasional ini terjadi karena dukungan program dari pemerintah, seperti pada periode 2011-2013 sebesar 404.008.000 ha yang menghasilkan kedelai sebesar 824.081.000 ton, sedangkan pada periode 2014-2016 dukungan pemerintah meningkat menjadi 410.018.000 ha atau 1,51 persen dapat menaikkan produksi kedelai menjadi 934.058.000 ton atau meningkat sebesar 13,31 persen.

“Dampak dukungan anggaran dari pemerintah terhadap capaian produksi kedelai nasional periode 2011-2016 adalah peningkatan produksi kedelai yang mecapai 6,79 persen, di mana dukungan tersebut dalam bentuk sarana produksi, seperti benih, pupuk dan pestisida,” demikian Rita.

Ia juga mengatakan bahwa produksi kedelai tertinggi dicapai pada 2015 karena selain iklim yang kondusif juga dipengaruhi oleh bantuan pemerintah berupa sarana produksi yang besar dan jaminan harga pembelian oleh pemerintah (HPP) melalui Permendag nomor 01/M-DAG/PER/2015 sebesar 7.700 rupiah per kilogram (kg). Dan untuk periode 20142016 produksi meningkat sebesar 13,31 persen seiring dengan dukungan anggaran yang menigkat juga sebesar 1,51 persen dibanding pada periode 2011/2013.

 

Membidik Pasar Ekspor

Direktur Aneka Kacang dan Umbi-umbian (Akabi) Rita Mezu mengatakan bahwa pengembangan kedelai nasional ke depan terkait dengan program swasembada diarahkan untuk meningkatan produksi yang secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor.

“Kita juga sudah merencanakan pasar luar negeri atau membidik pasar ekspor yang masih terbuka. Peluang Indonesia cukup besar karena kualitas kedelai Indonesia sudah dikenal tinggi dan bisa bersaing dengan kedelai dari berbagai Negara,” ungkap Rita seraya menambahkan bahwa berbagai upaya untuk persiapan untuk itu sudah direncanakan.

Rita juga menyebutkan bahwa upaya pencapaian produksi kedelai nasional dilakukan melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) melalui peningkatan indeks pertanaman. Itu dilakukan  untuk meningkatkan produktivitas melalui penerapan teknologi budidaya kedelai di lahan yang sudah ada sebesar satu hingga dua kuintal per ha.

Hal lain yang dilakukan adalah Perluasan Areal Tanam (PAT) dengan bantuan pemerintahan berupa benih, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian dengan sasaran areal di lahan kering dan pemanfaatan lahan terlantar dan bukaan baru. Bahkan kini pemanfaatan lahan pasang surut teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) untuk meningkatkan produktivitas sebesar 8-10 kuintal per ha sudah diupayakan termasuk perbaikan sistem perbenihan yang meliputi penyempurnaan regulasi diantaranya masa edar benih kedelai, pengembangan desa mandiri benih, penembangan verietas baru sesuai kebutuhan konsumen dan kualitasnya dapat bersaing dengan kedelai impor. Sebab, kedelai Indonesia lebih terjamin karena non genetic modified organism (GMO) atau bukan berasal dari produk yang telah diproses genetikanya sebagaimana sumber kedelai impor. *sembada

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang