Mutlak dan Penting Bagi Petani Kedelai Nusantara, Buku Pedoman Hulu Ke Hilir (Tanam Ke Olah Hingga Pemasaran) Segera Dibagi
Monday, 26th June, 2023 | 402 Views

 

BEGINILAH SIMPUL KALIMAT untuk mendorong memajukan potensi dan spirit petani kedelai nusantara. Hal itu sejalan seiring dengan gelora peningkatan perekonomian petani. Tentu tidak ada yang mustahil atas harapan, ikhtiar, kesungguhan keuletan dan permohonan kepada Maha Pencipta Maha Pemurah.

Doktor Yudi Sastro: Ya, kita harus berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan para petani. Tentu harus mengalir hangat dan menggoda hati.

Doktor Atris Suyantohadi: Betul. Kita harus segera menulis buku pedoman. Tentu tidak rumit dan bertele-tele. Tidak berat. Mudah dicerna.

Insiniur AM Sunarso: Sangat setuju. Memang harus. Buku pedoman sebagai pegangan bagi para petani kedelai kita. Buku itu harus memanggil merangsang ingin tahu.

     Menurut Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Dr Yudi Sastro, pertemuan antarpihak dilakukan sebagai kilas balik tentang permasalahan kedelai belum tuntas sampai saat ini. Di lapangan atau di kalangan petani masih banyak permasalahan di sisi budidaya yang saling berkejaran dengan upaya meningkatkan produktivitas nasional.

   “Selain di budidaya kedelai di lapangan, di hilir juga bermasalah pada ketersediaan, sehingga harus menjadi perhatian yang harus ditangani atau ditanggulangi dengan tindakan nyata. Kita harus berbuat dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ungkap Yudi Sastro dalam pertemuan khusus di Yogya, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), baru-baru ini. Dalam acara itu hadir tim dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogya dan tim pengusaha Sistem Resi Gudang (SRG) Kabupaten Bantul, DIY serta beberapa tim petani penangkar dari empat kabupaten dan satu kota di DIY.

    Selanjutnya Yudi mengatakan bahwa bagian bahan pokok makanan masyarakat Indonesia adalah tempe dan tahu yang berasal dari kedelai. Sementara kedelai yang bisa disediakan petani Indonesia tidak sampai 20 persen dari kebutuhan nusantara, dimana selebihnya (sekitar 82 persen) berasal dari impor yang nota bene bersifat genetically modified organism (GMO) atau modifikasi genetik dari organisme yang ditengarai tidak aman pada kesehatan manusia dalam jangka panjang. Itu importasi pada 2022 yang lalu.

   Kini, kata Yudi, ada Asosiasi Masyarakat Kedelai Nusantara (Asmakara) yang merupakan komunitas untuk memperjuangkan budidaya sekaligus pemasaran kedelai daerah-daerah. Asmakara telah berkembang di masyarakat yang kenyataannya selama beberapa tahun belakangan ini pemikiran mereka sudah tergerus bahwa budidaya atau menanam kedelai itu tidak untung.

   Jadi, kini ada pikiran untuk memecahkan persoalan dan kendala di perbenihan kedelai. Untuk itu harus bahu-membahu dengan beberapa pihak, seperti dengan Asmakara, petani penangkar, pengusaha pembeli hasil panen petani atau penjamin pemasaran, para pakar dari kalangan kampus dan praktisi di bidang komoditas kedelai.

    “Sebab, pengembangan benih kedelai tidak segampang pada benih jagung karena masa simpannya yang sebentar, yaitu tidak lebih dari empat bulan. Sementara untuk jagung bisa 6 bulan. Bahkan  sampai satu tahun. Sangat perlu penanganan yang sungguh-sungguh,” Yudi menegaskan seraya menambahkan bahwa untuk itulah diperlukan buku pedoman praktis, sederhana dan menarik hati petani untuk membaca.

    Direktur Perbenihan Yudi Sastro memaparkan bahwa komunitas Asmakara yang telah berdiri dan berbuat melalui kemitraan dengan para petani. Pengurus Asmakara berbuat tanpa sorak-sorai atau gembar-gembor, perlu lebih dikembangkan ke daerah lain selain di DIY. Pemikiran yang sedang diterapkan di lingkungan Asmakara perlulah dituangkan dalam satu buku sederhana, namun menarik.

   Dari buku yang menjadi pedoman para petani itu diharapkan bisa dimodifikasi dan dikembangkan di daerah lain dengan cara duplikasi sesuai dengan lingkungan stategis sesuai dengan sumber daya ada. Hal tersebut tentu saja akan dinamis. Bisnis kedelai dari hulu hingga hilir harus menjadi milik petani.

Optimis Petani Berjaya

   “Saya yakin kalau pekerjaan kita ini dieksplor secara masif oleh media, pasti akan ada peningkatan yang sangat besar tentang budidaya kedelai mulai dari hulu sampai hilir. Kita juga sedang mengembangkan paguyuban masyarakat kedelai lokal wisata. Ide ini bergulir begitu saja karena kami melihat para petani dan kelompok tani kedelai makin lama makin tidak merasa memiliki dan tidak mempunyai kebanggan sebagai petani. Kita harus balikkan bahwa menjadi petani memang menjadi kebanggaan,” ungkap Ketua Asmakara Dr Atris Suyantohadi.

   Memang, katanya, di sela-sela aktivitas sebagai peneliti, anggota tim di Asmakara mulai mengembangkan secara bersama tentang apa dan bagaimana kedelai nusantara ke depan. Bangunan Asmakara diupayakan lengkap dengan semua potensi yang ada, sehingga ini menjadi sinergitas dalam program. Sebab, hal yang dikembangkan itu sinergitas pentahelik karena sekarang sudah eranya pentahelik yang melibatkan semua pihak.

   “Sementara ini kami masih kecil sementara yang dihadapi itu permasalahan besar. Dalam kegiatan ini kami akan membangun sebuah model persediaan benih kedelai nasional yang dirangkum dalam sebuah buku karya. Buku pedoman bagi petani yang bersumber dari lingkungan akademi, peneliti, tetapi juga dari praktisi.  Juga dari gapoktan serta pemerintah atau Kementerian Pertanian. Tinggal lihat, baca dan terapkan. Selesai lalu tunggu hasil,” Atris memaparkan sembari menambahkan bahwa buku itu nantinya bisa dijadikan oleh berbagai kalangan sebagai referensi tentang apa saja menganai kedelai.

Jembatan Berbagai Pihak

   “Saya coba memahami dan menuangkan ke dalam bentuk tulisan terkait apa yang menjadi harapan tentang kedelai. Tentu saja dari sisi kami secara perspektif  pelaksana di lapangan, dimana kami ada di tengah-tengah berbagai kalangan. Kami berbaur antara produser komoditi yang harus kami selesaikan dan layani dan juga kebutuhan konsumen atau masyarakat. Kami jembatan atau ibarat jembatan bagi berbagai pihak,” demikian statement Ir AM Sunarso, Off-taker Jaya Agro Prima sekaligus Direktur Sistem Resi Gudang (SRG) Bantul, DIY.

   Pertama, ungkap Sunarso, dari segi pasar yang menjadi tumpuan aktivitas SRG dalam berbisnis adalah pasar. Sebab, tanpa pasar yang jelas pengelola SRG tidak berani mengajak petani untuk berbudidaya. Risikonya terlalu besar. Misalnya, kalau petani bisa berproduksi dengan hasil panen yang bagus kemudian tidak bisa tertampung  atau tidak bisa dibeli. Pasti akan berisiko besar, sehingga harus dekat-dekat dengan potensi pasar yang ada.

   “Saya berharap bahwa buku pedoman itu lengkap dan jelas. Artinya tulisan yang akan kita buat itu bagian dari penjaminan bahwa kami dengan mitra kami mampu menjamin keberlangsungan ketersediaan hasil panen. Bukan hanya volumenya, tetapi juga mutunya. Sebab, setiap industri selalu  meminta spesifikasi mutu tertentu dalam produk dan mutu spesifikasi dari tahun ke tahun yang semakin meningkat persyaratannya. Kendati demikian, para petani juga harus mendapat imbalan untuk meningkatkan taraf hidup serta perekonomiannya,” Sunarso menceritakan.

     Menurut Sunarso, pihaknya selalu menganggap petani itu penting karena apabila petani tidak menanam kedelai siapa pun tidak akan dapat berbisnis. Jadi, keuntungan itu bukan keinginan, tetapi keniscayaan dan kewajiban bagi kita semua untuk mewujudkannya. Jika petani itu sudah bisa bekerja sama mencari keuntungan dan yang dicari itu juga hubungan, maka semua proses itu akan dijalankan mulai dari awal. Sebab,  harga itu muncul setelah akhir dan itu bukan dikendalikan oleh petani.

    “Nah, pemerintah itu menginginkan yang namanya ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Pemerintah itu mengatur segalanya  dalam bentuk regulasi yang harus dipenuhi. Dengan demikian, saya berpikir bahwa regulasi dan kebijakannya perlu menjadi bagian isi buku yang akan disusun segera. Di lain  pihak kita juga harus melihat dinamika bisnis,” Sunarso melanjutkan.

   Disebutkan pula agar buku itu nantinya tidak hanya mengajarkan cara berbudidaya, tetapi lebih dari itu dengan mengajarkan bagaimana caranya beragribisnis benih kedelai. Buku ini akan disajikan dengan bahasa yang gampang dimengerti, gampang diingat dan menjadi pedoman untuk diikuti dengan santai dan menggembirakan. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang