Konvensi Jagung Indonesia Digelorakan
Tuesday, 15th August, 2017 | 711 Views

 

PUSAT KAJIAN PANGAN Strategis (PKPS) menggagas Konvensi Jagung Nasional karena dinilai sebagai pangan strategis bagi penduduk rakyat Indonesia. Mata rantai atau turunan jagung bisa dimanfaatkan untuk beragam kebutuhan, seperti beraneka makanan dan untuk pakan ternak yang pada gilirannya akan menjadi panganan manusia. Mengapa harus berpredikat konvensi yang bermakna maha besar itu digelorakan?

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, konvensi adalah permufakatan atau kesepakatan atau perjanjian para penguasa atau juga diartikan sebagai konferensi tokoh dan pemuka masyarakat untuk tujuan khusus. Nah, tujuan khusus para pemuka yang terhimpun di PKPS itu adalah untuk bermufakat atau berjanji tentang pemanfaatan jagung.

Adalah Mantan Menteri Transmigrasi Republik Indonesia Ir Siswono Yudho Husodo yang memprakarsai konvensi itu. Dia menjadi ketua di PKPS. Siswono bernostalgia tentang fakta sejarah bahwa pada zaman penjajahan Belanda, Indonesia merupakan Negara penghasil utama produk-produk terbaik di dunia, antara lain eksportir pala, lada, karet, kopra, teh, rempah-rempah, cokelat, kopi dan gula putih. Seiring dengan perkembangan zaman, dalam skala dunia saat ini Indonesia menjadi penghasil utama nomor satu untuk minyak sawit mentah (CPO-crude palm oil) dan lada dan nomor tiga untuk komoditas cokelat serta nomor empat untuk komoditas kopi.

Kepada pers baru-baru ini Siswono berujar bahwa dalam menyikapi problematika pangan di Indonesia, PKPS melihat kondisi komoditas pertanian khususnya pangan yang sering mengalami masalah baik berupa kelangkaan, besarnya impor maupun gejolak harga dan kualitasnya. Industri pertanian khususnya untuk pakan ternak juga memerlukan perbaikan dan peningkatan produktivitas hasil usaha tani untuk menjamin keberlanjutan, kualitas dan profitabilitas. Konvensi jagung Indonesia akan mengkaji industri komoditas jagung secara komprehensif.

“Mengamati aktivitas budidaya tanaman jagung beberapa tahun terakhir ini tampak belum memperlihatkan kondisi dan proses yang ideal dilihat dari pola penanamannya yang skalanya kecil-kecil menyebar, tidak efisien dan berbiaya tinggi. Hal ini yang mempengaruhi kekurangan pasokan terjadi untuk industri pakan, ketidakpastian data produksi dan peningkatan penggunaan bahan substitusi yang berasal dari produk impor. Jadi, konvensi jagung ini harus digelorakan secara nasional,” cerita Siswono. Dia didampingi pelaku usaha industri jagung, seperti Anton Supit, Anggoro Udoro Kasih, Sudirman serta Yeka HF dan Adhi Widhiharto sebagai Sekretaris PKPS.

Anton Supit mengungkapkan kenyataan bahwa kini ada permasalahan besar yang perlu dipertimbangkan dalam manajemen pengelolaan komoditas jagung. Permasalahan itu adalah upaya meningkatkan produktivitas jagung yang kebanyakan dilakukan oleh produsen kecil dan optimalisasi biaya transportasi jagung yang bersumber pada kebun-kebun penghasil jagung yang tersebar di wilayah yang amat luas dengan kondisi infrastruktur yang terbatas.

“Peningkatan kualitas jagung Indonesia yang mengandung aflatoksin yang tinggi akibat dari pengeringan yang kurang ideal terutama yang dipanen pada musim hujan. Perbaikan efektivitas penggunaan lahan pada lahan yang digunakan secara bergantian antara jagung dengan padi dan komoditas lain. Hal ini sangat penting mengingat penggunaaan lahan yang bergantian tersebut sangat luas,” ungkap Anton Supit.

Menyinggung insentif Adhi Widiharto mengatakan bahwa pemberian insentif harga untuk merangsang peningkatan produksi harus dilakukan atau diadakan. Sebab, harga yang menguntungkan petani adalah pemicu peningkatan produksi yang paling efektif. Harga seringkali anjlok karena impor yang begitu besar.

Kendati demikian, menurut Adhi, data produksi yang tidak kuat dan komsumsi menimbulkan kerancuan. Di satu sisi beberapa pihak mengatakan Indonesia telah swasembada jagung, tetapi fakta di sisi lain memperlihatkan sulit menemukan komoditas jagung dalam jumlah yang cukup lancar.

“Untuk itu pembenahan manajemen produksi jagung nasional perlu memperhatikan baik itu kelemahan dan potensi yang ada pada komoditas ini,” kata Adhi.

Jagung Indonesia Berbeda

Sudirman bercerita bahwa pemanfaatan jagung di Indonesia berbeda dengan Eropa maupun Amerika. Di Eropa pakan ternak bertumpu pada kedelai dan jagung lebih untuk manusia, sementara Amerika Serikat jagung menjadi komponen utama pakan ternak yang dibutuhkan pabrik ternak pakan skala besar, peternak ayam mandiri dan pabrik pakan skala kecil dan menengah termasuk pabrik pakan milik korprasi susu.

Sementara di Indonesia komoditas jagung telah dikembangkan dalam berbagai bentuk produk turunan baik untuk produk pangan manusia. Contohnya, minyak jagung, high-fructose corn syrup (HFCS), glucose and dextrose, starch, beveragealcohol, industrialcohol cerealflakea, tepung jagung (corn grits), cornmea dan brewersgrits untuk produksi bir maupun untuk pakan ternak.

Jagung adalah komoditas strategis karena untuk Indonesia produk turunannya, yaitu pakan yang digunakan secara luas dalam industri ternak unggas (ayam) yang merupakan sumber protein utama masyarakat. Daging ayam bersama telur ayam adalah sumber protein yang paling murah yang perlu ditingkatkan volume produksinya melalui peningkatan populasi ternak unggas ayam, karena jumlah penduduk terus meningkat.

“Cara berpikir strategis yang tepat dalam pengelolaan pasar unggas dan ternak perlu diwujudkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pangan 255 juta penduduk Indonesia saat ini dengan laju pertumbuhan 1,3 persen per tahun,” demikian Sudirman.

Menurut dia, pengusaha pakan ternak di Indonesia tidak boleh membiarkan feed wheat (gandum untuk ternak yang merupakan gandum berkualitas rendah yang tidak diperuntukkan menjadi pangan di Negara asalnya) sebagai unsur utamanya karena Indonesia tidak dapat memproduksinya meskipun feed heat harganya sangat murah. Indonesia bisa meniru Amerika Serikat yang memakai pakan ternak berbasis jagung.

Untuk itu Siswono menambahkan bahwa pengaturan harga untuk pasokan pakan ternak perlu dijaga agar tidak terlalu tinggi karena dalam struktur biaya produksi ayam atau ternak biaya terbesar adalah pakan dan komponen pakan yang terbesar adalah dari jagung. Upaya untuk meningkatkan taraf hidup petani dapat diwujudkan melalui peningkatkan jumlah produksi jagung yang berkualitas tinggi secara efisien. Komoditas jagung merupakan mata pencarian bagi 6 juta petani.

Bahkan Udoro Kasih menekankan juga bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mewujudkan swasembada jagung. Bahkan bisa menjadi eksportir karena dalam satu tahun dapat penen jagung du hingga tiga kali atau satu kali bergantian dengan produk pangan lain di lahan yang sama. Sementara di Amerika hanya bisa panen sekali dalam setahun. Dengan kelebihan tersebut Indonesia perlu mengembangkan berbagai jenis industri berbasis komoditas jagung secara hulu-hilir yang tidak terbatas untuk bahan baku pakan ternak. * sembada

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang