Ketika Kedelai Dipanen Petani Puas,Namun Kecewa Karena Harga Rendah
Saturday, 7th May, 2016 | 796 Views

PARA petani di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten mempunyai kebiasaan membudidayakan tanaman kedelai sesuai kondisi lahan. Pada musim tanam Maret-April kebiasaan para petani menanam kedelai pada lahan kering atau tegalan dan pada Juni-Juli petani menanam kedelai pada lahan sawah.

 

Pada 2016 ini Kabupaten Pandelang mendapatkan perluasan lahan hingga 8.000 hektare (ha), di mana dari lahan tersebut seluas 3.000 ha itu merupakan kegiatan intensifikasi kedelai pada lahan sawah. Lahan dimaksud berada di Kecamatan Sobang  dan Panimbang, sedangkan yang 5.000 ha  itu tersebar di beberapa kecamatan.

Menurut Nuridawati, Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, daerah Sobang dan Panimbang merupakan sentra kedelai untuk wilayah Kabupaten Pandeglang. Umumnya masyarakat menanan kedelai di daerah pesawahan karena di daerah tersebut bersifat tadah hujan. Di kawasan itu tidak ada irigasi, sehingga pada waktu musim penghujan lahan yang ada ditanami padi. Ketika musim panas atau kemarau datang, para petani menanami lahannya dengan kedelai.

“Hasil panen pada tahun yang lalu rata-rata produksi kedelai mencapai 1,8 ton per ha di atas lahan tanpa olah tanah atau TOT dengan benih yang varietas Grobogan yang didatangkan dari Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu para petani di Pandeglang juga memakai varietas Anjasmoro karena bulir isi kedelai besar dan juga tahan terhadap penyakit,” demikian Nuri kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com, di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Lebih jauh Nuri mengungkapkan bahwa untuk lahan 5.000 ha itu merupakan Perluasan Areal Tanaman Kedelai Program Intensifikasi Pertanian (PATKPIP) yang berada di lahan Perusahaan Umum (Perum) Perhutani. Di lahan ini saat penen cukup memuaskan, namun di satu sisi sangat mengewakan petani lantaran harga sangat rendah. Hal ini terjadi oleh kondisi petani di desa yang menjual kedelai itu kepada tengkulak seharga 6.000 rupiah per kilogram (kg), sedangkan harga pembelian pemerintah (HPP) sudah mencapai 7.000 rupiah per kg.

“Petani kami tidak menikmati harga HPP itu. Para petani langsung menjualnya kepada tengkulak karena desakan kebutuhan sehari-hari dan untuk membeli benih baru, sehingga harga di tingkat petani merosot,” Nuri menambahkan.

 Penangkaran Benih

Menurut Nuridawati, saat ini para petani Kabupaten Pandeglang sudah melakukan penangkaran benih di lima kecamatan, yaitu di Kecamatan  Sindangresi, Sobang, Panimbang, Cibaduyung dan Ciduwi. Penangkaran itu sangat diperlukan saat ini dan ke depan karena para petani kekurangan benih. Selain itu saat dibutuhkan masih harus menunggu dari daerah lain atau bantuan pemerintah, Misalnya, benih ditunggu dari Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah.

“Ada persoalan menyangkut benih itu. Tingkat dormansi atau masa daya tumbuh benih tidak lama, hanya sekitar satu bulan. Nah, benih yang diangkut dari daerah yang jauh berisiko cepat rusak atau mutunya jauh berkurang,” Nuri menjelaskan sembari menambahkan bahwa kendala yang dihadapi saat ini adalah kekurangan tenaga petani untuk mengolah lahan.

Disebutkan pula bahwa generasi muda sekarang sangat sedikit yang tertarik bekerja di bidang pertanian. Pada awal tahun 2016 ini areal tanam Kabupaten Pandeglang sudah mencapai 2.000 ha dari sasaran 8.000 ha di beberapa kecamatan. Sebagian dari  lahan itu juga ditanam di lahan Perum Perhutani. Benih yang dibutuhkan untuk setiap hektare mencapai 40 kg. Tenaga petani sangat kurang.

“Walaupun dari pemerintah disarankan hingga 50 kg per ha, tetapi hal ini tergantung dari pendampingan penyuluh dan para petani memilih yang 40 kg per ha itu. Pemupukan dilakukan dua kali hingga panen terutama di lahan TOT, sehingga hasilnya bisa memuaskan,” kata Nuri.

Untuk 2016 program yang digalakkan adalah berupa bantuan benih, pupuk organik cair (POC) dan rhizobium. Kalau pupuk NPK dan urea harus dibeli sendiri oleh petani. POC dan rhizobium (bakteri untuk perakaran) itu sangat diperlukan petani untuk menggemburkan tanah. Untuk rhizobium dibutuhkan 1.200 gram per ha, sedangkan untuk POC  3 hingga 4 liter per ha.*

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang