“Kami Sediakan Paket Pengembangan Wirausaha Muda”
Monday, 12th June, 2017 | 684 Views

TERKAIT REFORMASI INSTITUSI di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor, pihak pengayom lembaga itu telah melakukan terobosan-teroboan untuk mengakselerasi hilirisasi sektor pertanian apabila mashasiswa telah tamat. Berikut ini tuturan Ketua STPP Bogor Ir Nazaruddin,MM kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di Bogor, beberapa waktu yang lalu.

     Di Kampus STPP ini kami ada paket pengembangan wirausaha muda. Paket tersebut berupa bantuan tunai langsung kepada para mahasiswa dengan nominal antara 10 juta rupiah hingga 30 juta rupiah per orang. Tujuannya adalah agar mereka membentuk kelompok bisnis dari diri sendiri maupun bergabung dengan masyarakat di sekitar kampus ini.

     Sebab, para mahasiswa memang tinggal di sekitar kampus ini. Mereka tinggal di asrama. Ada di sini wirausaha dan hanya terbatas untuk mahasiswa dan jasa serta bisnis yang dirintis itu sudah bermacam-macam. Misalnya, cara berbisnis ayam yang baik. Cara membina relasi dengan konsumen yang baik. Juga ada cara berbisnis domba yang baik sekaligus meningkatkan hubungan dengan para pembeli, bahkan juga ada cara bercocok tanam yang baik dengan penanganan pascapanen yang benar sekaligus pemasarannya.

     Saya berani menjamin bahwa mental penyuluh yang lulus dari STPP Bogor sudah baik. Mereka tidak akan menjadi penyuluh yang berdagang yang sangat tidak profesional terhadap ilmu yang mereka dapat. Kendati demikian, saya juga tidak membatasi pemikiran kalau ada penyuluh kita ada yang berbisnis setelah jam kerja. Sejauh itu tidak mengganggu waktu kerja mereka, hal tersebut bisa saja dilakukan.

      Sekarang ini kami mendidik mahasiswa sebelum mereka menjadi penyuluh yang masuk ke lapangan, sehingga mental mereka dapat kami pertanggungjawabkan. Sangat beda dengan zaman dahulu, di mana kami melakukan pendidikan dan pelatihan kepada mereka setelah lama menjadi penyuluh, sehingga motivasinya berbeda. Dan hasilnya pun berbeda tentu saja.

  Saya malah menginginkan seorang penyuluh hortikultura sebaiknya mereka memiliki lagi satu kegiatan, seperti hidroponik yang bisa menjadi suatu usaha bagus yang bisa dicontoh oleh petani di mana saja. Tetapi, hal itu tidak menjalankan usaha tani sebagai bisnis. Nah, seperti yang disebut di atas tadi bahwa ada penyuluh yang berbisnis, ya hanya sebagian kecil saja yang bermental seperti itu. Dalam kaitan mental mahasiswa sebagai calon penyuluh, kami juga bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang berguna membentuk mental calon penyuluh. Semua mahasiswa kami disiplinkan dan harus setia pada Negara kesatuan kita ini.

Penyuluh Harus Jadi Marketer

     Saya selalu mengatakan kepada mahasiswa Please produce what you will sale, but do not sale what to produce. Ya, itu berulang-ulang saya tekankan kepada semua mahasiswa. Silakan produksi apapun itu yang bisa dijual, tetapi jangan menjual apa yang bisa diproduksi. Kalau hanya bisa menjual saja pasar, itu akan seperti apa tidak akan mengerti. Untuk melakukan usaha tani yang harus dilihat dahulu adalah pasarnya. Bukan hanya memproduksinya. Tetapi, harus melihat pasarnya seperti apa. Apakah ada peluang atau tidak. Sebab, kalau berbicara tentang teknologi saja Indonesia sangat tidak mampu bersaing,

       Di kampus kami ini sudah ada mata kuliah pemasaran. Cuma hal yang harus lebih kami tingkatkan lagi adalah kopentensi para dosennya. Sebab, sebagian besar dosen adalah orang lama. Untuk mata kuliah pemasaran ini ada 3 satuan kredit semester (sks)  setiap semesternya. Jadi, kami rasa akan cukuplah untuk memandu mahasiswa untuk memasarkan produknya dengan baik setelah terjun di masyarakat nantinya.

      Saya berharap semuanya bisa menjadi marketer atau pemasar yang mampu menjual produk buatan atau hasil karya sendiri. Sekarang tidak ada penyuluh yang menjadi marketer  pertaniannya. Kalau hal itu menjadi pertanyaan besar tentu hal ini saya akui. Ini kami akui. Ini memang perlu penguatan secara terintegrasi. Bahkan secara komprehensif. Kendati demikian, syarat melakukanya perlu azas keterbukaan dan fairly dalam arti menjadi marketer yang baik dan jujur. Saling menguntungkan dengan petani. Nah, apabila tengkulak tetap masih bisa masuk ke lingkungan petani kita karena penyuluh tidak disiapkan menjadi marketer bagi petaninya.

       Sekarang ini yang menjadi kendala di STPP adalah sarana dan prasana masih sangat kurang. Perpustakaan juga masih kurang. Laboratorium apalagi. Nanti kalau lima program studi sudah berjalan baik kami juga butuh laboratorium pascapanen. Infrastruktur juga masih kurang. Dan tentu kualitas dari semua sisi harus ditingkatkan. *sembada

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang