Empat Puluh Lima Ton Sangat Bagus Saat Ini
Tuesday, 6th December, 2016 | 739 Views

HASIL panen ubijalar (Ipomea batatas) yang mencapai 45 ton per hektare (ha) saat ini terbilang bagus. Dan upaya budidaya yang berhasil semacam ini harus diapresiasi atau dihargai, sehingga ke depannya pola budidaya yang dipakai saat ini bisa dilajutkan untuk hasil yang lebih baik lagi.

Pada banyak peristiwa panen ubijalar selama ini di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) hasilnya paling tinggi hanya mencapai 30 ton per hektare (ha). Namun, di Kabupaten Karanganyar  didapat hasil nyata yang mencapai 45 ton per ha yang bisa disaksikan bersama termasuk petugas dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jateng. Hasil yang dicatat ini akan menjadi acuan statistik secara nasional.

“Dengan demikian hasil yang dicapai petani anggota Kelompok Tani Sembodo di Desa Karanglo, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar ini sangat menggembirakan. Untuk itu diharapkan para petani anggota Kelompok Tani Ngudi Rejeki yang hadir di sini bisa mendapat pelajaran dari petani Kelompok Tani Sembodo, agar sama-sama mendapat hasil yang lebih baik. Jangan segan saling membagi dan jangan malu mencari ilmu atau pengalaman dari pihak yang lebih berhasil,” kata Nuswantoro, SP, Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi Jateng saat bertemu muka dengan petani seusai memanen ubijalar yang menjadi bagian Program Counterpart Fund-Second Kennedy Round yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Jepang.

Soal Harga Harus Disiasati

Menurut Nuswantoro, kondisi alam dengan curah hujan saat ini perlu disiasati dengan bijak karena telah berpengaruh pada harga ubijalar. Selama masa panen ubijalar banyak turun hujan, maka penanganan hulu hingga hilir harus dipikirkan bersama agar tidak terlalu merugi. Sebagaimana  terjadi saat ini, di mana budidaya bagus dan hasilnya atau produksi pun bagus, tetapi harga belum bersahabat kepada petani.

“Masalah ini harus dipikirkan bersama. Tetapi, pihak Kelompok Tani Sembodo saya lihat sudah mengantisipasi secara cerdas dengan penanganan pengolahan seperti bisa kita rasakan sekarang dengan penganan yang bersumber ubijalar ini. Di hadapan kita saja ada lima macam makan yang terbuat dari ubijalar dan rasanya enak, gurih dan lezat. Ini satu langkah baik dan maju, sehingga anggota petani tetap bisa merasakan keuntungan,” ungkap Nuswantoro.

Contoh upaya lain, demikian Nuswantoro, para petani ubijalar di Kabupaten Batang, Jateng telah mengikat perjanjian atau kesepakatan bersama dengan pemilik perusahaan kosmetika yang ada Cirebon, Jawa Barat (Jabar). Perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik itu menawarkan harga ubijalar 2.400 rupiah per kilogram (kg). Perusahaan itu membutuhkan bahan baku ubijalar sekitar 600 ton per bulan dan masih kekurangan. Hal semacam ini juga bisa ditempuh kelompok tani di mana saja termasuk yang di Karanganyar. *sembada

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang