Dari Kec.Kali Bunder, Kab.Sukabumi: Memang Baru 10 Ha dari 100 Ha, Kami Bertekad 90 Ha Lagi Tetap Untuk Sorgum
Thursday, 8th June, 2023 | 399 Views

Pengantar Redaksi:

SEUSAI DARI DINAS Pertanian Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat bahwa Kecamatan Kali Bunder itu di hamparan dataran rendah, Apalagi di tempat tujuan untuk berjumpa petani, yaitu di Desa Bale Kambang. Ternyata tidak. Memang kami tidak terkejut. Kami sudah terbiasa mengadakan liputan ke kawasan berlumpur, genangan, di lembah atau perbukitan berhutan. Kami pun senang saja. Dan menuju ke perbukitan Desa Bale Kambang mulai dari Kecamatan Jampang Kulon, jalannya sangat jelek. Penuh kubangan dan berbatu. Tetapi, para petani tetaplah bertani tanpa terpengaruh keadaan jalan untuk menjual hasil. Berikut tuturan Dodi Darmawan off-taker jagung dan sorgum yang dekat lekat dengan para petani. Selamat menyimak.

    Awal dulu itu kami ada kerja sama dan saya sebagai pengelola lahan di sini. Kami memulainya pada 2012 yang lalu untuk komoditas kayu. Lalu jagung. Dan sekarang ini kami melakukan kerjasama dengan kelompok tani untuk menanam sorgum. Alhamdulillah selama ini dengan kelompok tani itu kerjasama berjalan terus dan lancar, yaitu mulai dari menanam jagung dan sorgum. Ya, semuanya lancar. Kerjasama menanam sorgum dengan petani ini kami mulai pada 2022. Tanam sorgum Desember dengan varietas SURI-3 dan panen pada April lalu.

   Luasan lahan yang tersedia sekarang ini ada sekitar 100 hektare (ha), tetapi lahan yang ditanami sorgum baru 10 ha. Itu dikelola oleh 90 orang petani, namun sekarang ini yang bertahan tinggal 60 orang petani saja. Ada yang pindah dan ada yang menikah di tempat lain. Ke depannya untuk tanaman sorgum jika hasil panen itu bagus kami akan menanam terus.

  Hasil yang bagus itu menurut kami pasti mampu menutupi biaya operasional dan masih ada sisa yang lumayan dari panenan tersebut yang bisa dinikmati oleh petani kami. Harapan kami juga melalui kedatangan ternak domba di lahan ini sebagian dari pakan ternak domba itu bisa tertutupi dengan hijauan yang dihasilkan oleh tanaman sorgum tersebut.

Panen Sorgum Petani Kami Bawa Ke Pabrik

  Jika sorgum ini sesuai dengan harapan para petani, kami akan mengembangkan benih sorgum sendiri untuk kebutuhan kelompok tani. Bahkan juta untuk kebutuhan para petani yang berminat sorgum di Kabupaten Sukabumi dan daerah lain. Nah, untuk kebutuhan petani lain di luar kelompok tani di sini tentu akan disertifikasi oleh Balai Pengawasan Benih, sehingga nantinya sudah berlisensi.

  Setelah itu kami juga akan memasukkan sorgum petani hasil petani ini ke pabrik-pabrik yang membutuhkan sorgum. Sebab, sudah ada pembicaraan-pembicaraan informal dengan beberapa pihak yang sudah berminat mengolah biji sorgum menjadi beras sorgum, tepung sorgum untuk kue serta mi atau turunan yang lainnya, seperti gula cair dan gula padat.

   Pada awal 2017 kami bersama petani menanam jagung. Lumayan hasilnya pada waktu itu, dimana untuk satu hektare dapat hasil panen sebanyak 5 ton dengan harga 4.000 rupiah untuk satu kilogramnya. Tapi, waktu itu musim kemarau sama persis dengan sekarang, sehingga hasil panen petani tidak begitu bagus sesuai harapan mencapai 7 ton per hektare (ha) karena saat penanaman kekurangan air.

   Begitupun dengan pertanaman sorgum. Kami sedang merencanakan pertanaman setelah hujan turun. Mungkin pada Oktober. Sebab, tanah di sini sangat kering. Bahkan retak kalau tidak ada hujan ditambah kondisi tanah jenis liat merah. Boleh dibilang tanah yang tidak begitu subur atau tidak gembur, sehingga tanaman tidak tumbuh subur.

   Benih sorgum ini kami dapat dari Surabaya. Dan sebelum memperkenalkan sorgum ini kepada petani kami lebih dahulu menanamnya dan mengajak para petani melihat hasilnya. Setelah petani melihat hasilnya cukup bagus. Adapun yang ditanam adalah varietas bioguma. Para petani bisa melihat hasilnya dan mengatakan tertarik membudidayakan. Itulah yang terjadi pada panen yang lalu walau hasilnya belum sesuai harapan.

  Setelah lihat hasil dari tanaman itu petani mau diajak kerjasama. Lalu kami memberikan benih dan pupuknya kepada petani. Hasil panen mereka kami yang beli dengan harga  4.000 rupiah per kg. Petani menanam sorgum varietas SURI-3 pada Desember 2022 dan panen pada April 2023 sampai awal Juni 2023 ini. Tetapi, akibat kekeringan petani cuma bisa memanen sorgum dua kali. Setelahnya pucuk batang sorgum itu hangus terpanggang matahari karena sudah memasuki  musim kemarau.

  Hasil yang sekarang ini memang tidak begitu bagus untuk 10 ha lahan sorgum petani hanya mampu menghasilkan 4 ton saja. Memang itu sangat jauh dari harapan. Tetapi, kami semua bersyukur dan petani anggota kelompok tani tidak kapok atau jera. Malahan pada saat turun hujan mendatang mereka akan menanam sorgum lagi. Mereka sangat semangat.

   Di luar yang 4 ton itu masih ada yang dijemur petani di pekarangan mereka masing-masing. Itu belum kami timbang. Jadi, secara keseluruhan dari 10 ha itu belum tahu pasti berapa ton,  namun yang sudah tertimbang baru 4 ton. Dengan harga yang kami beri kepada petani anggota kelompok telah memancing semangat petani lain di luar keanggotaan. Mereka mau bergabung. Dan kami senang melayaninya. Benih untuk itu nantinya telah tersedia cukup.

   Kami berkeinginan hasil dari sorgum ini akan kami jual juga ke pihak luar yang berminat untuk mempunyai benih sorgum. Untuk sekarang ini kami berkonsentrasi untuk ketersediaan benih di lahan desa ini. Terus hijauannya akan dimanfaatkan untuk pakan ternak kambing dan domba. Seterusnya nanti turunannya akan dipikirkan, seperti produksi beras sorgum, tepung sorgum, gula merah dari nira sorgum dan lain-lainnya.

   Sekaraang ini ada persoalan dengan kesuburan tanah karena tanah di kawasan ini jenis tanah liat atau tanah merah, sehingga perlu perlakuan khusus seperti pemupukan dengan memakai kompos atau pupuk organik. Ya, pada tahap awal hal itu harus dilakukan karena kita mempunyai peternakan kambing dan domba. Kotorannya akan kami pakai sebagai pupuk organik pada pertanaman sorgum berikutnya.

   Harapan saya dengan pemupukan rutin tanah yang kurang subur ini kondisinya akan membaik dan semakin subur. Pada pertanaman sorgum yang lalu gangguan hama tidak ada. Untuk ratoon atau pertumbuhan anakan tidak tumbuh dengan baik akibat panas dan kekeringan, sehingga dibiarkan saja layu dan mati. Ya, begitulah peredaran alam yang ke depan perlu disiasati untuk hasil yang lebih baik. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang