Dari G.Kidul: Sukses dan Untung Menangkar Benih Kedelai Tetangga Desa Ramai-ramai Niat Terlibat
Tuesday, 27th June, 2023 | 416 Views

 

Pengantar Redaksi:

MASA TANAM SEPANJANG masa tetap menjadi perhatian para petani kedelai (Glycine max)  warga Desa Jurang Jero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Persoalan kala juga menjadi perhatian sungguh-sungguh para petani karena terkait dengan perubahan iklim. Pun kini di tengah deraan musim panas kemarau, para petani di kawasan itu telah menyiasatinya dengan tetap mengolah tanah. Lantaran kondisi alam, di daerah mereka ada pola tanam PADI-KEDELAI-KEDELAI. Ketua Kelompok Tani Sedyo Manunggal-1 Agus Priyatno mengatakan bahwa tanaman kedelai anggotanya telah menghasilkan panen sebanyak 2,5 ton per hektare (ha). Nah, hasil itu baru pernah tercapai pada 2012 silam. Kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com Priyatno bertutur sebagai berikut. Selamat menyimak.

   Sesungguhnya pada 2023 ini kami mempunyai 10 hektare (ha) lahan yang siap diolah. Namun, sekarang kami hanya mengajukan delapan ha, padahal sebelumnya ada pejabat yang meminta kami mengolah 15 ha. Kendati demikian pihak Dinas Provinsi DIY membulatkan lahan itu menjadi 10 ha. Kami para petani terima saja. Benih untuk luasan itu dijanjikan berupa bantuan dan akan segera dikirim.

    Tetapi, faktanya benih yang datang itu hanya untuk delapan hektare, padahal kebutuhan benih untuk satu hektare mencapai 50 kilogram (kg) untuk satu hektar itu kami membutuhkan 50 kilo benih kedelai. Waktu yang lalu pada pertanaman berumur tiga minggu seperti yang ada di hamparan dekat ini hanya dikirim 4 kuintal atau 400 kg. Pas untuk 8 ha saja. Benih itu adalah bantuan murni dari Kementerian Pertanian.

Ngertiyo Mbiyen….!

   Kami menanam kedelai ini di musim tanam kedua (MT-2). Ternyata ada petani lain yang berniat terlibat untuk penanaman kedelai ini. Mereka-mereka meminta bergabung masuk kelompok tani. Ada juga yang sendiri-sendiri dengan meminta benih. Mereka berkata ngertiyo mbiyen koyo ngene aku iki melu tanam bareng poro sedhulur—KALAU SEBELUMNYA (DULU) PAHAM BEGINI, AKU INI IKUT MENANAM BERSAMA PARA TETANGGA (SANAK SAUDARA).

   Para petani di sekitar ada yang meminta benih lima kilogram. Ada yang 10 kg. Bahkan ada yang 25 kg. Ya, tergantung dari luas tanah yang akan mereka tanam. Benih sudah tersedia dari hasil panen yang lalu. Benih itu memang tidak bersertifikat. Tidak perlu sertifikat. Kenapa? Karena benih yang ada itu dipakai petani sendiri dari hasil panen sendiri. Kalau diperjual-belikan, ya mungkin bisalah dipertanyakan hasil laboratorium sekalian sertifikatnya.

   Dan memang ada beberapa orang petani kita ini sangat percaya dengan benih hasil panen sendiri. Sebab, ada petani bersama-sama dengan saya menanam kedelai ini pada Februari 2023. Panennya juga bersamaan. Kebetulan Mei 2023 ini ada MT-3 dan ternyata ada bantuan benih dari Kementerian Pertanian. Itulah benih untuk lahan seluas 8 ha ini. Benihnya kita bagi-bagi kepada petani yang berminat. Yo to, mosok ora dinehi, wong njaluk (ya masakan tidak diberi, mereka meminta benih).

  Kendati demikian, masih ada saja petani yang tidak percaya kepada kami terkait benih itu. Ya, tentu bisa dimaklumi juga. Sebab, beberapa kali bantuan benih dari pemerintah itu sudah rusak. Tidak bisa ditanam. Contohnya, pada MT-2 yang lalu ada beberapa kelompok yang tidak menanam benih kedelai yang diberikan pemerintah. Alasannya benih dari pemerintah itu tidak bagus. Jelek, katanya. Nah, benih kedelai yang kami tanam sekarang walaupun tidak bersertifikat, petani mau saja menerima dan menanamnya. Kok mereka mau begitu saja? Sebab, ada jaminan dari pengurus kelompok tani kalau gagal tumbuh akan diganti dengan benih yang baru.

   Dilihat dari pertumbuhan kedelai yang kita dekati sekarang yang merupakan bantuan dari pemerintah. Diberikan juga bantuan pupuk berupa granul NPK (Natrium Posfat Kalsium) yang oleh petani dicairkan terlebih dulu kemudian ditebar ke tanaman. Terkait hal ini sebagai ketua kelompok tani sudah menyosialisasikan kepada warga yang berminat tanam kedelai—sinten mawon (siapa saja)—anggota kelompok atau bukan bahwa tersedia benih kedelai. Bisa minta sesuai kemampuan tanam.

Kesetiaan Anggota Kelompok

    Sebab, secara turun-temurun kemi pasti tanam kedelai. Itu sudah tradisi. Secara khusus warga di Desa Jurang Jero atau di Kecamatan Ngawen umumnya, total seluas 50 ha di kawasan ini sudah menjadi tradisi. Di sini pasti ada tanaman kedelai, apalagi setelah MT-2. Semoga Allah Maha Kuasa Maha Pemurah masih memberikan sisa embun. Semoga ada sisa air membasahi tanaman.

    Ada kebiasaan petani di daerah kami yang saya kagumi dalam hidup saya keseharian. Mereka jujur dan lugu atau polos-polos apa adanya. Jadi, saya sebagai ketua kelompok tani harus menjunjung tinggi nilai kejujuran warga desa para petani agar kalau bisa diterima pihak lain  bisa ditiru oleh anggota kelompok tani yang lainnya.

    Contohnya,  petani di sini, kalau sudah ada ikatan dengan petani lain terutama perkumpulan, maka mereka tidak akan berkhianat. Hasil panen tidak akan dijual kepada tengkulak atau rentenir. Ini luar biasa. Ini modal besar dalam kebersamaan. Kami berharap hal ini lekat di sanubari semua anggota maupun yang bukan anggota kelompok tani.

    Kendati demikian, sebagai manusia bisa saja ada godaan atau iming-iming pihak lain Bisa sekadar godaan biasa. Bisa juga untuk merusak tatanan moral atau kebiasaan warga desa. Jadi, kami ada semacam aturan. Apabila ketahuan ada yang menjual hasil panen kedelai kepada pihak lain, maka masa tanam berikutnya tidak akan diberi bantuan benih dan sarana produksi (saprodi) lainnya.

   Selain itu pengurus akan meminta ganti rugi benih yang telah mereka pakai. Juga pupuk. Setelah itu urus diri sendiri cari benih dan pupuk sendiri. Sebab, petani sendiri juga kesusahan mencari pupuk, sementara kalau bekerja-sama dengan kita benih dan pupuk sudah tersedia. Tinggal ambil dan angkut. Sudah enak. Jadi, untuk apa berkhianat? Itulah aturan kami.

Jika Hasil Panen Bagus…..!

   Walaupun harapan bisa menjulang, ya semoga tentu saja. Apabila hasil panen kali ini bagus, benih selanjutnya tersedia cukup. Kami akan meningkatkan perluasan tanam kedelai menjadi 15 ha pada 2024 mendatang. Itu juga untuk calon benih selanjutnya. Bahkan bisa mencapai 20 ha. Sebetulnya masih ada peluang bertanam lebih luas walaupun musim kemarau karena di sebelah pertanaman yang sekarang ada kedung yang airnya tetap ada. Tidak kering.

   Namun, para petani atau kelompok tani tidak mempunyai selang untuk menarik air. Kalau sumur bor, petani punya empat lubang dengan kedalama 100 meter, tetapi kami tidak punya selang yang panjang. Namun, dengan semangat kebersamaan, bisa bergantian. Untuk sementara itu cukup.

   Memang karena keadaan lahan yang ada, kelompok tani yang saya naungi tidak bisa menanam 20 ha sekaligus untuk kedelai. Tetapi, kalau dua kelompok yang ada, kami optimis lahan yang 20 ha untuk pertanaman kedelai itu bisa terlaksana dalam waktu dekat. Jumlah anggota Kelompok Tani Sedyo Manunggal-1 adalah 52 petani. Jumlah ini mengurusi lahan yang ada di desa kami seluas 20 ha.

   Secara khusus saat ini kami bersyukur karena ada pendampingan dari pihak Java Agro Prima (JAP) serta dari Asosiasi Masyakarat Kedelai Nusantara (Asmakara). Mereka-mereka mengutus ahli pertanian ke lahan kami dan melihat pertanaman, seperti sekarang. Katanya sih, ada ahli agronomi yang diperintahkan melihat lahan kami. Wah…, matur nuwun saestu (sungguh terima kasih) kami dibantu dengan berbagai cara. Jaminan pembelian hasil panen juga sudah ada, yaitu pihak JAP. Petani senang. Petani nyaman.

   Dan mereka-mereka tidak kami beri honor atau menghidangkan makanan. Itu luar biasa, mereka datang tanpa pamrih. Mereka akan membeli hasil panen kami. Mereka mengawal pertumbuhan kedelai calon benih ini hampir tiap hari. Tanaman kami adalah jenis Grobogan yang sosoknya besar. Jenis kedelai Grobogan sangat bisa bersaing dengan jenis impor.

   Kedelai impor yang sudah lama di gudang mancanegara dan lama di kapal saat pengiriman mutunya jelas berkurang. Kalau kedelai Grobogan pastilah seger, renyah dan beraroma mantaaap….! Tempe dan tahu atau susu kedelai dari petani Indonesia pastilah lebih enak. Lebih begizi daripada kedelai yang lama di gudang. Itu pikiran petani desa kami.

   Tetapi, itu kepastian berdasar pengalaman pinten-pinten ndosowarso (beberapa dekade). Petani lebih tahu rasa. Kenyataannya….orang bukan dari desa senantiasa bertanya kepada orang desa yang notabene petani tentang hasil panen. Hal itu tidak bisa dipungkiri atau disangkal sampai kapan pun.  *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang