Cidahu Kab.Kuningan: Panen Bagus Minat Petani Makin Tinggi Kelola Tanah Milik Desa Untuk Tanam Kedelai
Sunday, 1st September, 2019 | 915 Views

DORONGAN SEMANGAT DAN peluang yang diberikan untuk menanami tanah bengkok atau lahan milik desa telah menjadi trigger atau pengungkit bagi warga Desa Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan untuk menanam kedelai (Glicyne max) beramai-ramai. Selain beramai-ramai sorak sorai bergembira, bagi para petani di Desa Cibulan hal itu merupakan pengalaman pertama menanam kedelai, apalagi di tanah marginally atau tanah tandus yang selama puluhan tahun hanya ditanami tanaman tebu (Saccarum officinarum). Dan utama pekerjaan warga adalah menambang pasir, tetapi setelah diperkenalkan dan didorong untuk tanam kedelai, pekerjaan menambang pasir mulai ditinggalkan dan sibuk tanam kedelai. Warga kini mengerti makna dan manfaat lingkungan termasuk merawat dan melestarikannya. Berikut tuturan Kepala Desa Cibulan Iwan Gunawan,SIP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Desa Cibulan di sela-sela acara Gerakan Olah Tanam dan Tanam Kedelai di Lahan Bekas Galian Pasir yang digagas Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, baru-baru. Selamat menyimak.

      Tanah yang sedang digarap oleh petani kami merupakan tanah milik desa atau tanah pemerintah desa yang biasa disebut tanah bengkok yang pada periode tanam sekarang luasnya mencapai 200 hektare (ha). Dari 200 ha ini tanah bengkok itu ada sekitar 50 ha yang diserahkan kepada petani warga kami untuk dikelola. Namun, lahan tersebut tersebar di beberapa titik dan akan dikelola oleh satu gapoktan atau gabungan kelompok tani yang bernama Silih Asih di dalamnya ada empat kelompok tani.

          Untuk tahap awal tanam kedelai ini lahan yang digarap seluas 50 ha. Kemudian tanam musim  kedua menjadi 100 ha, terus tanam ketiga menjadi 160 ha dan sekarang sekitar 200 hektar. Lahan yang digarap bertambah terus karena tingkat minat petani setempat dalam mengelola lahan ini sangat tinggi, apalagi pada periode tanam pertama petani bisa panen dengan profitas 1,4 ton untuk satu hektarenya. Semua itu berkat kerjasama petani, penyuluh dan dinas pertanian yang memberikan ilmu dan teknologi pertanian yang sangat bagus, sehingga lahan yang terbengkalai alias marjinal ini bisa dimanfaatkan sedemikian rupa dan mampu panen dengan profit yang lumayan bagus.

       Pada 2018 lalu saat pertama tanam kedelai itu profitas kedelai sudah mencapai 1,2 ton untuk satu hektarnya dan itu di lahan-lahan bekas galian pasir. Pada panen yang baru lalu sudah menjadi 1,4 ton per hektare. Tadinya sebagian besar penduduk itu mengganggur. Tetapi,  sekarang ada kegiatan yang bermanfaat dan mampu mendatangkan pendapatan yang luar biasa. Hal itu sangat membantu perekonomian masyarakat setempat. Sebab, kenyataannya dahulu sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh di galian pasir ini dan kini sebagian besar dari buruh itu sudah menjadi petani kedelai.

           Pihak pusat melalui Kementerian Pertanian memberi bantuan kepada petani melalui kelompok tani dan manfaat yang luar bisa adalah bahwa hanya sebagian kecil dari mereka yang masih bertahan sebagai buruh galian pasir itu. Bahkan itu hanya untuk mengisi waktu kosong setelah selesai mengurusi tanaman kedelai di lahan mereka.

Desa Tentram Karena Kejahatan Kurang Drastis

        Dampak positif lainnya sekarang ini yang sangat terasa, di mana tingkat kejahatan atau kriminalitas sangat jauh berkurang bahkan boleh dibilang hampir tidak ada lagi. Kejahatan berkurang drastis karena semua masyarakat sibuk turun ke lahan menggarap kedelai setelah sekian bulan mendapatkan hasil yang lumayan besar, sehingga tingkat kejahatan berkurang sama sekali.

         Pada periode 2018 harga kedelai di tingkat petani 6.500 rupiah per kilogram (kg), panen terakhir yang lalu itu petani kami jual kedelainya seharga 7.000 rupiah per kg per kg. Itu produksi yang tanam pada Februari 2018. Semua hasil panen petani ditampung di Badan Usaha Milik Desa atau BUMDES yang bekerjasama dengan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia atau KOPTI Kabupaten Kuningan, sehingga di lapangan tidak ada kendala dalam memasarkan kedelai petani.

        Bahkan sebagian dari panen kedelai petani ini kami olah menjadi  tahu dan tempe juga olahan makanan lainnya, seperti kue donat yang berbahan dasar kedelai. Dodol juga berbahan dasar kedelai. Olahan tersebut sangat disukai konsumen. Produksi kemarin itu olahan makanan berbahan kedelai ini lumayan laku di pasaran di lingkungan desa dan kecamatan. Ini prospek baik.

Kebutuhan Protein dan Energi

      Harapan kami selaku pemerintah dan petani agar hasil panen melimpah mendatang harganya yang memuaskan dan bisa memberi keuntungan kepada petani. Dengan bantuan dari pusat seperti sekarang sengat mengurangi angka kejahatan  dan mengurangi kerusakan lingkungan serta membantu pendapatan petani. Wah, ini menyenangkan warga dan terlihat muncul semangat kebersamaan untuk bertani kedelai dan sekaligus mengolahnya.

       Ke depannya kami akan memberikan arahan dan bimbingan bahwa kedelai ini merupakan kebutuhan yang diperlukan setiap hari untuk bahan dasar konsumsi tahu dan tempe. Kedelai juga memberikan nilai protein yang tinggi selain enegi pada umumnya. Dengan adanya pasar yang terbuka lebar ini kami memberikan motivasi dan sosialisasi terus kepada petani  tentang pasokan kedelai lokal yang sangat penting dan sekarang ini telah membuahkan hasil.

       Harapan ke depannya adalah agar petani mampu madiri. Walaupun belum maksimal kami akan berupaya terus mengubah paradigma pemahaman dan pola pikir masyarakat bahwa kedelai sekarang sangat diperhitungkan. Bukan hanya padi dan jagung untuk kebutuhan konsumen dari berbagai olahan atau masakan.

Sudah Tersedia Tempat dan Perangkat Pengolahan 

      Di desa kami ini sudah tersedia tempat pengolahan tahu dan tempe dan sekalian peralatan untuk mengolahnya, sehingga panen petani tertampung di sini semua. Para petani bisa belajar bersama-sama bagaimana mengolah kedelai menjadi bahan makanan bermutu dan disukai oleh pembeli atau konsumen. Akan ada proses pembelajaran berkelanjutan

        Kami sudah membuat semua turunan dari kedelai ini, seperti susu keelai juga sudah diproduksi di sini. Dodol juga ada. Bahkan donat juga sudah dibuat dalam jumlah yang banyak dan untuk sementara masih melayani pasar lokal. Produksi yang dibuat itu habis dalam seharian sumua, sehingga perajin kedelai tidak usah bingung mencari pasar keluar desa. Sebab, untuk saat ini semua itu habis dibeli oleh masyarakat setempat. Contoh kue donat yang buat istri petani yang bergabung di dalam kelompok ibu-ibu hasilnya dijual ke sekolah-sekolah dan pekantoran. Habis semua. Sangat laku. Ini donatnya, kita harus makan. Kita harus rasakan. Uhmm….uhmmm enak. Gurih tentu saja.

          Tahun ini kami sudah  tiga kali tanam kedelai. Mudah-mudahan tahun depan juga bisa tiga  kali tanam kedelai, walaupun musim penghujan tiba kami akan tetap menanam kedelai saja. Tidak akan berpindah ke tanaman lain, seperti jagung begitu. Sebab, para petni dengan kedelai unggul saja sudah bisa mengantarkan Desa Cibulan menjadi juara lomba desa tingkat nasional. Juga juara di Provinsi Jawa Tengah. Dengan capaian seperti itu saja petani kami tidak akan pindah ke lain komoditas.

         Kenapa gerangan tanam di musim kemarau? Ya, jika musim kemarau panjang seperti saat ini sumber air masih bisa didapat petani kami dari 17 titik tuk atau sumber mata air yang bisa dimanfaatkan oleh petani. Dari sumbe mata air itu ditariklah ke lahan ini dengan bantuan pompa agar tanaman kedelai petani bisa disiram. Lahan seluas 200 ha itu harus kami usahai untuk kedelai dan harus kami sirami agar hasilnya maksimal. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang