Selain Sosialisasi, Untuk Tanam Sorgum Petani Sukabumi Perlu Avalis
Sunday, 4th June, 2023 | 421 Views

PANGAN YANG BERSUMBER dari sorgum saat ini belum menjadi perhatian para petani di Kabupaten Sukabumi. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) baru sebatas wacana bagi petani belum jadi pilihan penting. Selain sosialisasi yang kurang, persoalan yang sering dihadapi para petani adalah pemasaran setelah panen.

   Menurut Koordinator Pendampingan Penggunaan Sarana Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi Sostenes,SP,MT peminatan petani Sukabumi terhadap tanaman yang bernama baru seperti sorgum itu belum merata di era sekarang. Hal itu memang kenyataan, kendati sorgum sudah pernah digalakkan di Indonesia pada Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I-VI yang dikenal masyarakat dengan nama kumpay, cantel atau gandum.

    Dia menambahkan, perkembangan sorgum untuk budidaya di Kabupaten Sukabumi, tidak begitu baik karena petani menghadapi permasalahan pemasaran. Pihak mana yan akan membeli hasil panen sorgum apabila petani menanamnya. Hitung-hitungan para petani adalah pada untung-rugi kalau merencanakan untuk menanam komoditas baru.

     “Kalau diperkirakan tidak ada yang membeli atau pihak industri di sekitar mereka belum ada yang mengolah beras sorgum atau semacamnya, tentu pertimbangan petani akan panjang untuk menanam sorgum. Dengan kata lain kalau ada off-taker atau avails untuk sorgum, petani kita pasti mau tanam,” ungkap Sostenes kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di Sukabumi. Dia didampingi Staf Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanaian (PMHP)  Dinas Pertanian Kab.Sukabumi Rafi Romadon, SP

    Terkait hal itu Rafi menambahkan bahwa untuk pertanaman sorgum di Sukabumi hingga saat ini belum ada petani yang berminat. Sebabnya adalah karena petani masih bingung bagaimana memanfaatkan hasilnya atau dikemanakan hasil sorgum tersebut. Sebab, sampai saat ini blum ada pihak yang mengolah sorgum tuntuk beras sorgum atau tepung sorgum termasuk untuk membuat silase pakan ternak dan gula.

   Selanjutnya dikatakan bahwa pada 2022 yang lalu ada beberapa spot kecil petani yang menanam sorgum di kawasan Nagrak, tetapi hanya untuk kebetuhan benih mereka saja. Hal itu pun karena dbantu pengusaha setempat, dimana benih yang ada di gudang pengusaha itu diserahkan untuk anggota petani. Dari Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi belum ada bantuan untuk budidaya sorgum.

    “Tetapi mungkin pada tahun depan hal itu bisa direncanakan terutama bekerjasama dengan pihak pusat. Artinya, bila ada petani yang berminat menanam sorgum tidak terkendala pada pemasarannya. Dengan demikian, semangat para petani akan muncul dengan sendirinya,” Rafi menambahkan.

Seusai Padi Musim Tanam Untuk Kedelai

    Staf PMHP yang juga di Bidang Perencanaan, Rafi Romadon mengatakan bahwa saat karena persoalan air, Musim Tanam (MT) II untuk padi hampir tidak ada. Karena faktor fenomena kemarau itu para petani sedang menanam kedelai dengan sasara 30.000 hektare (ha). Dan memasuki Juni 2023 ini telah tersedia calon petani calon lokasi mencapai 9.000 ha dan yang terwujud dari luasan tersebut sudah 8.400 ha. Setelah padi memang direncanakan menanam kedelai.

    “Diharapkan dan semoga kemarau tahun ini adalah bersifat basah, sehingga masih ada air untuk pertanaman kedelai saat awal pertumbuhannya. Permulaan vegetatif kedelai masih memerlukan air. Semoga kondisi hujan tahun ini sama seperti pada 2022 yang lalu,” demikian Rafi.

   Disebutkan, sebenarnya pihak Dinas Pertanian Sukabumi sudah menyusun sasaran tanam, tapi realisasinya kadang sedikit berbeda dari sasaran yang sudah direncanakan. Jadi, untuk kepastian luas tanam Juni berapa dan seterusnya Juli berapa tidak punya. Namun, sasarannya sudah ada. Kondisi di Sukabumi masih banyak sawah yang tadah hujan, sehingga untuk saat ini yang bisa dibicarakan baru di sasaran yang sudah. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang