Petani Desa Lio, Karang Tengah, Cianjur: Pakai Varietas Padi Produktif SATU BIJI Beranak 60 Batang Serumpun Hasil 11 Ton Per Ha
Saturday, 18th March, 2023 | 581 Views

SEORANG PETANI DENGAN kreatif dan cermat tak henti mencoba terus mencoba dan mencoba lagi beberapa benih padi dari bermacam varietas di lahan keluarga. Coba dan mencoba dengan membuat demonstration plot (demplot) swadaya  di sawah setengah hektare milik keluarga. Telah berulang kali menanam SATU BIJI benih bertumbuh menjadi 60 BATANG dalam serumpun dengan hasil 11 ton per hektare (ha).

    Adalah petani Desa Lio bernama Dian Rodian (38) yang cerdas mengelola lahan dan sistem pertanian di desanya, Desa Lio, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Jabar). Lahan sawah milik keluarganya adalah seluas 2,5 ha. Ketika melakukan percobaan demi percobaan Rodian memanfaatkan lahan keluarga seluas setengah hektare.

    “Namun, setelah mantap barulah semua lahan yang ada untuk pertanaman padi yang produktivitasnya tinggi tersebut. Saya tidak mau menanam venih padi varietas lain walaupun anggota kelompok tani yang saya bina memakai benih varietas lain yang cocok bagi mereka,” demikian Dian Rodian, Ketua Kelompok Tani Lio, Desa Lio kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di rumahnya di Desa Lio. Dia didampingi oleh Staf Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur Febby Ramanda, ST dan M. Imran, SST

    Menurut Dian, di desanya tersedia lahan sawah beririgasi dan tidak beririgasi seluas 22 ha. Para petani termasuk petani di Kelompok Tani Lio lebih senang menanam benih padi varietas unggul baru (VUB) Inpari (Inbrida Padi Sawah Irigasi) -32. Sepanjang Maret 2023 para petani telah memanen padi mereka dan hanya beberapa spot atau bidang yang belum dipanen pemiliknya karena kekurangan tenaga. Sebelum berakhir Maret semua lahan telah beres panen dan akan segera disiapkan untuk pertenaman padi berikutnya, di mana dalam setahun hanya bisa bertanam padi dua kali.

    Dian menambahkan bahwa produktivitas panen itu sangat relatif karena tergantung keadaan sawah. Kalau yang cukup mendapatkan air dan pupuk bisa mencapai 6 ton per ha. Tetapi, ada juga yang 5 ton per ha bahkan ada yang hanya 4 ton per ha. Para petani mendapat air dari saluran irigasi Cikalong-Cibalagung yang berjarak jauh. Kalau banjir barulah air bisa menjangkau hingga persawahan para petani di desa itu. Tetapi, jika mengharapkan air dari irigasi, pasti tidak mencukupi, sehingga hasil tidak maksimal. Jumlah anggota kelompoknya adalah 22 petani.

    “Tetapi, anggota Kelompok Tani Lio ada sebagian petani yang bisa mendapatkan 8 ton per ha dengan Inpari-32. Memang tidak menentu karena pembagian air tidak merata di daerah ini. Artinya, ada sawah yang kelebihan air ada yang sedang mendapatkan air ada juga yang kekurangan air. Walaupun saya ketua kelompok tani, tetapi saya tidak pemakai varietas mana pun selain Mapan itu,” ungkap Dian sembari menambahkan bahwa petani di Desa Lio menggunakan Inpari-32.

    Selanjutnya dikatakan bahwa varietas Mapan-P.05 telah dipakainya sejak 2014. Sepanjang dua tahunan atau hingga 2016 hasil panen yang dicapai sebesar 11 ton per ha. Tetapi, setelah dikembangkan pada tahun berikutnya hasil yang didapat susut menjadi 9 ton per ha, mungkin karena kondisi tanah dan air yang kurang. Kendati hasilnya turun, untuk hasil sebanyak itu masih menguntungkan.

    “Sesungguhnya saya sering melakukan percobaan berbagai varietas padi sekaligus perlakuan-perlakuan tertentu. Saya mencatat ada benih yang bagus, tetapi tidak tahan terhadap penyakit dan hama. Untuk menghadapi hama dan penyakit tanaman, seperti bakteri dan virus itu varietas Mapan-P.05 itu yang paling tepat. Lagi-lagi pengaruh ketersediaan air sangat besar,” demikian Dian.

   Disebutkan pula bahwa keluarganya tidak memakai pupuk kimia secara penuh di sawah seluas 2,5 ha itu melainkan dengan apa yang mereka sebut sebagai semi organik, yaitu menyela dengan pupuk kandang yang diperoleh dari puluhan ekor ternak kambing yang di kandang di sekitar rumah sebanyak. Pupuk kimia yang dipakai adalah urea, sulfat posfat 36 persen (SP-36) dan natrium-posfat kalium (NPK).

Satu Biji Jadi 60 Batang Serumpun

    Hingga musim tanam (MT) Oktober-Maret (Okt-Mar) yang panen pada 2023 ini benih Mapan-P.05 disemai paling lama 20 hari sebanyak 11 kilogram (kg) hingga 12 kg lalu ditanam satu biji masing-masing berjarak 40 centimeter (cm). Pada umur 37 hari atau 17 hari setelah dipindahkan, benih dari satu biji itu sudah mulai beranak dan mencapai puncak pertumbuhan mencapai 40 batang hingga 60 batang dalam serumpun. Kalau lebih dari 20 hari pertumbuhannya tidak akan baik dan anakannya pun tidak maksimal.

  “Pada umur 5 hari diberi pupuk urea sebanyak 1 kuintal dalam satu hektare. Pemupukan kedua empat kuintal dalam satu hektare berupa urea, NPK dan SP-36. Kalau pupuk kandang yang sudah tersedia banyak langsung ditaburkan di permukaan lahan dan diolah secara bersamaan dari awal,” kata Dian sambil menambahkan bahwa harga benih Mapan.P-05 itu cukup mahal, yaitu 110.000 rupiah per kg.

   Pemupukan awal menggunakan urea gunanya untuk memperbanyak anakan dan pertumbuhan, jika udah tumbuh akarnya berwarna putih langsung kasih pupuk urea. Itu lima hari selesai ditanam di sawah. Untuk satu hektare itu hanya membutuhkan satu kuintal pupuk urea, pemupukan kedua itu berimbang misalnya untuk 1 hektare itu jumlah pemupukan 4 kuintal  sampai panen. Nah, satu kuintal umur 5 hari dan 3 kwintal lagi dengan NPK dan SP-36.

  Penggunaan pupuk ini tergantung kondisi lahan juga ada yang menggunakan sampai 6 kuintal karena unsur haranya sudah berkurang. Banyak teman Dian sebagai peternak sapi kambing dan ayam membuang begitu saja kotoran ternak mereka itu. Dian membeli pupuk kandang itu setiap sudah terkumpul cukup. Namun, hal yang aneh, dari pembelian pupuk kandang itu justru dipakai petani lainnya untuk membeli sigaret. Mereka senang dapat uang dari Dian dan langusng membeli sigaret. Kalau Dian, dia langsung menaburkan pupuk kandang itu di permukaan sawahnya untuk diolah dengan traktor tangan.

    Kebanyakan petani yang memang hanya penggarap di Kecamatan Karang Tengah termasuk di Desa Lio hanya senang menggunakan benih Inpari-32. Hal tersebut lebih dimungkinkan karena benih tersebut merupakan bantuan atau subsidi dari negara. Petani tidak mau pakai Mapan karena harga yang mahal tersebut, padahal pada hasil akhir panenan yang didapat pasti lebih menguntungkan. Di Desa Lio hasil Inpari-32 berkisar antara 4 ton hingga 6 ton per ha.

    Hasil tersebut lebih disebabkan keadaan atau faktor ketersediaan air dan hama. Untuk air karena tidak merata lantaran agak jauh dari saluran irigasi. Artinya, para petani tidak semua mendapatkan air yang cukup selama pertumbuhan padi. Ada yang dapat sedikit, sedang da nada petani yang mendapat air secara melimpah atau berlebihan. Hal itu berdampak pada hasil panen dan pendapatan petani. Pada Maret 2023 ini harga hasil panen mencapai 4.200 rupiah per kg hingga 4.800 rupiah untuk gabah kering panen (GKP). Adapun luas pertanaman di Kecamatan Karang Tengah adalah 2.160 ha , tetapi luas panen hanya 424 ha.

Organisme Pengganggu Tanaman

    Menurut Ketua Kelompok Tani Lio dari Desa Lio, musim tanam yang lalu banyak serangan organisme pengganggu tanaman atau OPT, seperti tikus, blas, wereng dan penggerek batang. Dan OPT yang paling banyak gangguannya adalah dari tikus yang mengakibatkan kerugian hampir 60 persen. Ada petani yang dapat hasil sawah hanya 1,2 ton per ha lantaran serangan tikur yang sangat mengganas.

   “Kami sudah melakukan gerakan penggendalian bersama petugas petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dengan mengepung tikus. Itu dilakukan hampir setiap minggu, tetapi tidak membantu karena populasi tikus itu sagat banyak. Kata orangtua yang berpengalaman di sawah, ada periodisasi populasi tikus dalam setiap delapan tahunan. Mungkin  itu benah karena delapan tahun lalu tikus juga banyak dan pada 2023 ini adalah tahun ke-8,” Dian mengatakan dan menambahkan serangan OPT blas menibulkan kerugian petani hingga 20 persen.

    Untuk hama wereng dan penggerek batang, petugas POPT telah menyarankan agar melakukan pertanaman secara serentak. Kalau jerami yang ada harus dibakar saja atau jangan diolah ke dalam tanah. Nah, sekarang musuh alami wereng dan penggerak batang adalah itik dengan melepas itik itu ke sawah setelah panen pertama, maka hama-hama itu akan disosor atau dimakan.

Harga Turun Saat Panen

     Ketika panen serentak kemarin harga sudah turun menjadi 4.000 rupiah per kg. Kalau harganya seperti itu petani hanya balik modal yang dikeluarkan. Namun, kalau harga bisa mencapai 4.500 rupiah per kg atau 4.800 rupiah per kg, misalnya, maka petani sudah mendapat keuntungan yang cukup.

      Diceritakan oleh Dian bahwa biaya yang harus dikeluarkan petani untuk luasan satu hektare adalah antara 9 juta rupiah hingga 10 juta rupiah. Itu mulai dari pengolahan tanah, benih, penyiangan, pemupukan hingga pemanenan. Tetapi, angka itu belum termasuk kalau ada serangan hama dalam bidang yang luas.

     Di Desa Lio bahkan secara umum di Kecamatan Karang Tengah tersebut para petani memanen padi mereka hanya dengan cara menyabit. Dan itupun dilakukan sendiri-sendiri lantara harga tenanga pemanen atau buruh sangat mahal untuk ukuran desa, yaitu 60.000 rupiah per hari dengan hitungan waktu hanya dari pukul 07 pagi hingga 12 siang atau hingga sabedug untuk pengolahan tanah. Sementara untuk buruh panen adalah upahnya sebesar 600 rupiah hingga 1.000 rupiah per kg tergantung kondisi sawah. Kalau di bawah itu tenaga kerja yang dihubungi tidak akan mau memanen dan memilih ongkang-ongkang di rumahnya.

    Ditemui saat memanen hasil sawahnya, Ipin (58), mengatakan bahwa  sawah keluarganya hanya seluas 2.500 ha. Benih yang ditanam di lahan tersebut adalah varietas Ciherang. Menurut perkiraan Ipin hasil padinya tidak akan memuaskan karena hama babeluk (wereng). Hal yang sama juga diungkapkan kerabatnya Marni (55) dan Inah (55), di mana mereka sama-sama melakukan pemanenan padi yang berumur 100 hari itu.

   Menyangkut hama babeluk tersebut sangat mengherankan Marni dan Inah. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, jika tanaman sering disemprot malah tanamannya rusak dan hama jadi kebal. Hasil panen tidak akan ada. Mereka heran mengapa hal semacam itu bisa terjadi. Kalau dibiarkan atau tidak disemprot, tanaman padi malah sehat walau hasilnya tidak sesuai harapan. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang