Kini Dengan Mudah ‘Menyulap’ Sampah Menjadi Berkah
Saturday, 11th February, 2023 | 611 Views
|
Oleh Drh Chairul Arifin, Pemerhati Peternakan Nasional dan Internasional
Drh Chairul Arifin

Drh Chairul Arifin

SERING PARA PESULAP berkata dan berseru abracadabra… bimsalabim lalu keluarlah beberapa ekor burung merpati dari tubuh sang pesulap. Itu biasa kita lihat di berbagai acara sulap berbagai televisi yang kita tahu itu hanyalah trick untuk menipu kita sebagai penonton.

       Tetapi, apa yang kami lihat beberapa hari terakhir ini benar-benar nyata dan terbukti terlihat secara kasat nyata. Bukan sulap bukan pula sihir, melainkan yang terjadi orang yang memanfaatkan sampah dapur organik dari sisa makanan menjadi pakan ternak, sehingga dapat memperkuat ketahanan pangan keluarga. Lho, kok bisa ya? Berikut ini ceritranya sampai tuntas.

Pak Damanhuri Penggerak Komunal

      Pagi itu tanggal 28 Januari 2023, hari Sabtu, udara seluruh Jabodetabek diselaputi dan diberkati dengan hujan seharian. Kami sempat mengunjungi lokasi di Kabupaten Bogor yang sejuk tepatnya di Desa Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.  Kami  diterima di kantor kepala desa karena memang dia kebetulan sebagai kepala Desa Gunung  Putri, Kecamatan Gunung Putri bersama aparatnya.

    Beliau menceritakan keberhasilannya untuk menjadikan desanya sebagai  desa bebas sampah baik sampah organik dan anorganik dengan menggerakkan partisipasi warganya. Sampah rumah tangga yang berjumlah 1-2 kg sehari nya diminta dipilah sendiri oleh para warganya, yang seluruhnya 24.000 orang sejak dari rumah. Hasilnya sekitar 70 persen sampah makanan dan 30 persen sampah anorganik berupa plastik, botol dan sampah lainnya berupa stirofom dan sampah polyethylene terephthalate (PET-polietilena tereftalat/platik serbaguna).

     Sampah ini kemudian disetor ke beberapa titik  bank sampah di setiap rukun warga (RW), sehingga tidak terjadi tumpukan sampah yang menggunung yang mengundang para pemulung dan menimbulkan dampak lingkungan. Sampah organik kemudian terus dibudidayakan menjadi tempat media lalat black soldier flies (BSF) bertelur. Larva itu biasa disebut orang awam sebagai belatung. Nah, belatung inilah yang rakus memakan sampah organik tersbeut. Dampaknya adalah desa di Gunung Putri ini menjadi desa yang kurang sampah karena ulah larva atau belatung. tersebut.

    Tentu cerita ini berlanjut, dimana larva lalat BSF ini yang kita sebut juga sebagai maggot, selanjutnya ternyata juga merupakan pakan hewan dan berbagai manfaat lainnya setelah mengalami proses sederhana. Prosesnya dapat melalui pengeringan untuk dijual dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak konsentrat yang kaya protein hewani. Dalam bentuk basah (segar) sekalipun maggot ini sangat disukai oleh ternak ayam dan ikan sebagai makanan konsentratnya. Untuk burung berkicau atau ikan hias biasa dijual dalam bentuk pakan jadi yang sudah kering dan dikemas serupa dengan pellet yang dibungkus apik dalam kemasan 100-1000 gram

   Hal yang terjadi di tempat salah  satu warga bernama Damanhuri adalah berbudidaya maggot dengan usaha terintegrasi dengan ternak ayam kampung, diternakkan dengan kandang sistem baterai dengan pakan maggot. Kotoran ayam selanjutnya  ditampung dan menjadi media yang baik untuk tumbuhnya maggot,. Anehnya kotoran ayam tersebut tidak berbau kotoran ayam sebagaimana layaknya, tetapi seperti bau hasil fermentasi ragi tape.

   Oleh karena itu kami ditunjukkan contoh peternakan ayam di sela-sela lahan yang sangat sempit di jalan yang berliku melihat peternakan ayam sistem batere pada seorang warga yang masih punya lahan sisa dari batas rumah dengan tetangga. Luasnya hanya 2 kali meter untuk melakukan budi daya maggot terintegrasi dengan ternak.

   Selain itu ditunjukkan pula kolam lele dan ikan hias yang masing-masing terintegrasi dengan maggot itu. Kami diminta menebarkan maggot pada kolam lele dan kemudian berpuluh ekor lele di kolam itu saling berebut maggot ke permukaan. Bukan lele saja, tetapi juga untuk kolam ikan lainnya, nampak berebut pakan maggot. Sisa media maggot yang ada disebut casgot ini pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tumbuhan. Ternyata tanaman tumbuh lebih subur.

   Membudidayakan maggot ternyata akan memperoleh manfaat ganda bagi desa Gunung Putri yang telah banyak memperoleh penghargaan secara nasional, yaitu pertama menumbuhkan  usaha urban farming di daerah perkotaan yang berlahan sempit sekaligus menyerap tenaga kerja. dan menekan arus urbanisasi yang makin pesat. Sebagaimana diketahui desa Gunung Putri ini merupakan bagian dari Metropolitan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur (Jabodetabekpunjur) akibat penduduk komuternya.

   Kedua, tumbuhnya usaha yang terintegrasi secara horizontal, terpadu antar komoditi baik ternak dan tanaman. Kawasan yang terintegrasi ini akan berdampak semakin efisien usaha dan menimbulkan keuntungan ganda. Ketiga, dapat menjadi solusi sampah perkotaan yang selalu menimbulkan masalah karena adanya polusi bau dan berbagai penyakit yang timbul. Timbunan sampahnya di tempat pembuangan sampah (TPS) dan TPS tidak akan terjadi lagi karena secara organik didaur ulang atau reuse, recycling dan reduce ( 3R).

    Bahkan untuk desa ini diketahui  selalu kekurangan sampah organik karena semua sampah dapur telah mengalami 3R. Keempat, alternatif penyediaan bahan pakan (konsentrat) yang timbul untuk ternak dan ikan karena selama ini pakan memakan ongkos produksi yang cukup besar pada peternakan dan ikan. Kelima, pemanfaatan sisa media maggot yang sudah tidak digunakan lagi (casgot) dapat sebagai pupuk organik tanaman yang unggul.

    Contoh dari Damanhuri ini adalah contoh yang baik untuk menjadi dasar bagi perencanaan bottom up, tidak top down yang nyata kelihatan hasilnya.  Bagaimana suatu daerah menjadikan dirinya terbebaskan dari masalah sampah dengan menjadikan modal usaha budi daya maggot terintegrasi dengan usaha lainnya yang saling terkait.

Pak Arman Penggerak si Pengepul

  Lain lagi dengan Arman. Serupa tetapi tak sama dengan usahanya Damanhuri, Arman dengan usaha perorangannya yang berlokasi di Desa Bojonggede, Kabupaten Bogor berhasil menggerakkan para pengepul sampah rumah tangga baik anorganik dan organik. Para pengepul ini mengumpulkan sampah yang dikumpulkannya dari pemulung di berbagai rumah tangga, pesta hajatan dan keramaian untuk diserahkan pada Arman, sehingga dia bersedia membayar sampah sampah itu untuk kemudian diolah di belakang rumah di pinggir jalanan Bojonggede yang tampak ramai dan padat rumah itu.

   Sampah organik dia kelola seperti biasa menjadi maggot melalui lalat BSF. Kemudian dia jual setelah dia proses sebagaimana mestinya. Menurut dia, para pelanggannya selalu berdatangan beli hasil maggot tersebut sesuai peruntukan untuk pakan unggas dan burung serta ikan kolam. Kami pun terheran-heran mendengar ceritanya. Di belakang rumahnya berhimpitan dengan usaha budi daya maggot ada bangunan menonjol ke atas seluas 2×3 meter berbentuk kubah yang dia sebut sebagai inceniratot.

   Bangunan ini adalah penghancur sampah anorganik berupa plastik, botol bekas dan sampah anorganik lainnya menjadi bubuk sampah an organik. Insenirator tradisional ini di bawah di dalamnya terdapat besi panas yang selalu membara siap membakar berbagai sampah anorganik yang masuk. Asap dikeluarkan oleh blower ke pintu keluar di belakang rumah yang dia buat menghadap ke atas hampir berhimpitan dengan plafon atap rumah.

   Uniknya Arman ini dia bertindak hanya sebagai pengolah sampah perorangan baik sampah organik maupun anorganik dengan cara tradisional. Dia juga berhasil menciptakan suasana lingkungan sekitarnya dengan aman dan tenteram. Asal yang keluar dari cerobong asapnya malah dianggap oleh penduduk sekitar sebagai pengusir nyamuk. Kalau dia Arman tidak bakar bahannya, maka penduduk sekitarnya menagih dan menanyakan kenapa tidak bakar-bakar lagi.

    Arman yang lugu, tetapi pintar ceritera itu bernasib sama dengan Damanhuri. Kekurangan sampah untuk diolah Arman sampai berani membeli sampah pasar  dari hajatan, keramaian yang secara berkala diserahkan ke rumahnya. Dia dianggap sudah sebagai bapaknya pemulung yang memperolehnya dari mengais sampah berbagai rumah tangga, hotel, restoran dan katering, pesta hajatan dan dari keramaian lainnya. Pasangan orang baik dan berkreasi—Damanhuri dan Arman— benar benar-benar menunjukkan karya nyata yang  patut ditiru untuk mengurangi sampah jadi berkah.. Di tempat lainnya mungkin banyak yang sudah mempraktikkan hal yang serupa dan tak terberitakan kepada umum.

Rekomendasi Positif

    Upaya kecil, namun berdampak luar biasa ini dipatikan sudah memperoleh bantuan fasilitas dari kementrian dan lembaga yang ada. Namun, ada baiknya kami mengingatkan saja agar budidaya maggot merupakan upaya yang kreatif masyarakat. Hal tersebut dapat ditularkan ke berbagai daerah yang mengalami masalah sampah dengan penyelesaian yang menimbulkan dampak positif tidak saja bagi masyarakat, tetapi juga untuk lingkungan hidup.

   Kepada, Kementtian Pertanjan, usaha maggot ini bermanfaat  bagi tumbuhnya integrasi dengan  ternak dan tanaman.. Dengan peternakan dapat menjadi alternatif sumber pakan ternak yang sangat disukai oleh ternak. Demikian juga untuk perikanan sebagai pakan ikan. Tentu sedikit banyak, masalah penyediaan pakan yang porsinya bisa sampai 70 persen dapat teratasi.

  Untuk tanaman pasti bermanfaat sebagai penambab kekurangan pupuk organik yang pelan pelan dapat menyubtitusi pupuk anorganik. Subsidi pupuk yang selama ini banyak dinikmati oleh pupuk anorganik dapat sebagian dialihkan ke pupuk organik. Kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) upaya budi daya maggot ini dapat menjadi contoh untuk mengurangi pemanasan global dari ternak dan budi daya pertanian lainnya yang selama ini dituding sebagai salah satu kontributor besar penyumbang pemanasan global. Itu sekaligus sebagai upaya pemecahan masalah sampah di perkotaan.

   Jadi, pihak Badan Pangan Nasional, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKBN) dan Kementrian Kesehatan dapat mengambil manfaat untuk meningkatkan  ketahanan pangan keluarga terutama untuk mengatasi masalah stunting. Produk protein hewani yang dihasilkan dari pemberian pakan maggot sungguh sangat bermanfaat untuk 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), sehingga sumbangan maggot dapat mempercepat turunnya angka stunting yang ditargetkan dari saat ini sebesar 24 persen menjadi 19 persen di tahun 2024.

   Kenudian last but not least, bagi para perencana baik di pusat maupun daerah dapat menjadikan bukti perencanaan yang sifatnya bottom up dengan mengandalkan hal penting melalui perencanaan dari bawah. Dengan demikian, Membirukan Langit dan Menghijaukan Bumi itulah motto dari satu pegiat usaha budidaya maggot yang terintegrasi. *Jakarta, Januari 2023

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang