IOPETS Representasi Perkebunan Sawit Indonesia dari A Hingga Z
Thursday, 20th January, 2022 | 684 Views

Pengantar Redaksi:

DI KAMPUS UNIVERSITAS Sumatera Utara (USU) diadakan diskusi ringan bermakna luas tentang perkebunan sawit Indonesia dari ‘mula-mula’ hingga milenial kini. Bahkan diulas juga tentang protes serta complain Masyarakat Eropa (ME) tentang produk sawit Indonesia, seperti crude palm oil atau CPO berikut semua turunannya. Protes itu menyangkut perkebunan Indonesia dianggap not friendly to the (with) environment dan merusak ekosistem. Nah, seusai diskusi ‘singkat’ dengan pembicara Rektor USU Dr Muryanto Amin dan Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Dr Alexander itu diselenggarakanlah penandatanganan Nota Persetujuan atau Memorandum of Agreement (MoA) oleh Muryanto Amin dan Alexander. Tetapi, ada juga pembicara lain yang membahas dan menggelorakan kelapa sawit itu. Mereka adalah Ir Kacuk Sumarto yang mengintroduksi A hingga Z perkebunan sawit Indonesia dalam  Integrated Oil Palm Educations (Edu) Tourism and Sports (IOPETS), Ir Sapto Tranggono,MBA melansir Palm Oil New Generation (PONG) dan Ir Muh.Ferian melontarkan Ketahanan Pangan Bernilai Gizi Tinggi Anti Kerdil (Stunting) Berasal Perkebunan Sawit Rakyat. Berikut tuturan mereka. Selamat menyimak.

                                                                        ***

    Menurut Kacuk Sumarto, untuk mendukung IOPETS tersebut pihak Gubungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Sumatera Utara (Sumut) telah menyusun program dengan beberapa klasifikasi, yaitu riset dan pendidikan basis sawit, memproduksi benih dan bibit, pengembangan perkebunan dan pabrik sawit mentah atau CPO serta pabrik hilir. Lainnya adalah riset khusus tentang ketahanan pangan, konservasi dan perdagangan (ekspor) serta olahraga (sports) yang meliputi  marathon Minyak Sawit dan sepak bola Piala Sawit.

   “Bahkan ada juga program seminar dan turisme yang mencakup forum IPOS, permusiuman yang meliputi Musium Sawit, Musium Perkebunan dan museum Tanaman Obat Keluarga. Juga diprogramkan wisata kebun dan pabrik yang semuanya bekerjasama dengan anggota Gabungan Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia maupun mitra-mitranya,” demikian Sumarto seraya menambahkan bahwa untuk Etalase Kebun Sawit dihidangkan kebun milik 19 persuahaan anggota dari seluruh Indonesia, pabrik kelapa sawit mini, tumpang sari tanaman pangan dan kebun raya.

   “Ya, semua ada di IOPET. Ada proses PONG yang mengolah bahan bakar dan energi. Semua ada di sini dari A hingga Z mengenai perkebunan sawit. Yaa…, 1st STOP journey or traveling yang diharapkan selesai sepanjang 2022 ini,” ungkap Kacuk Sumarto dengan ceria.

   Dia menambahkan bahwa IOPETS itu akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Sebab, IOPETS akan menjadi wahana riset dan pengembangan yang meliputi pendidikan dan pelatihan, penelitian, edukasi tentang produk perkebunan sawit maupun lingkungannya, pemberdayaan serta promosi-promosi.

     Disebutkan juga bahwa orang domestik dan mancanegara yang melancong ke Sumatera Utara termasuk ke Danau Toba bisa mendapat informasi tentang sawit secara komprehensif sekalian berolahraga, seperti marathon. Juga bisa mengamati pengolahan biji sawit menjadi bahan bakar masa depan bersih lingkungan pengganti minyak dari fosil melalui proses PONG. Hal ini juga dimaksudkan untuk memberi gambaran dan pengalaman baru bari negara-negara maju terutama Masyarakat Eropa (ME) bahwa perkebunan sawit Indonesia dikelola sesuai prinsip bersahabat lingkungan.

PONG Apa Pula Ini?

   Memang bahan bakar masa depan sudah lama diidamkan, sebut Sapto Tranggono, semua bisnis sawit akan berubah total dengan palm oil new generation atau PONG itu. Kebun atau perkebunan, pabrik hingga  pengolahan akan berorientasi pada minyak, bensin dan gizi masa depan yang menguntungkan.

   Sapto melanjutkan, teknologi PONG yang sudah dimiliki dan dikembangkan oleh tim yang dipimpinnya dipastikan sangkil (efficient-berdaya guna) karena kini Indonesia telah memiliki teknologi sendiri untuk itu. Dengan demikian, para petani tidak perlu lagi menjual tandan sawit, tetapi sudah bisa menjual produk olahan yang mempunyai nilai tambah yang jauh lebih besar daripada bahan bakunya yang berupa sawit mentah.

  “Indonesia melalui PT Danu Arundaya Rajaswa Ulung atau DARU telah mengembangkan teknologi PONG tersebut dan sudah siap memproduksi bahan bakar bensin berbasis sawit serta pangan dengan nutrisi tinggi,” Sapto menambahkan. Dia adalah Direktur Utama (Dirut) PT DARU.

Bermitra Dengan Petani Sawit Rakyat

  Berbicara pada diskusi bertajuk Bisnis Model Bensin Sawit Berbasis Kebun Sawit Rakyat, Muh. Ferian memaparkan bahwa sawit Indonesia yang diproses dengan teknologi berinovasi canggih sudah bisa menghasilkan 40 persen bahan bakar bensin dan avtur. Selain itu ada dua segmen pasar terkait sawit masa depan tersebut. Misalnya, nabati bahan bakar dan pangan bergizi.

    “Akan mahal? Murah? Saya tidak usah menjawab sekarang,” sebut Ferian sembari menambahkan bahwa mahal atau murah masih terbilang relatif karena tergantung user akan dipakai pada perangkat atau wahana apa bahan bakar yang hebat itu.

Baca juga : Bermitra Dengan Pengusaha Kelapa Sawit…

   “Untuk itu kami mau. Kami bersedia sebagai pemodal dan melakukan kemitraan dengan petani rakyat. Selain menyediakan modal, kami bersedia menyelenggarakan pendidikan maupun pelatihan manajemen bagi petani. Kendati banyak pemilik uang atau investor, kerelaan membantu petani tidak ada. Atau partisipasinya tidak optimal,” ungkap Ferian.

    Benarkah Ferian? Menurut Direktur Teknik dan Produksi PT Danu Arundaya Rajaswa Ulung atau DARU itu kini status Indonesia adalah ‘negara berkembang’ yang sedang bangkit. masih mengimpor vitamin A dan vitamin E untuk mengatasi bayi atau anak kerdil (stunting) itu. Di satu sisi Indonesia kini sudah bisa mengolah kebutuhan anak stunting melalui suatu proses biji sawit. Namun, Indonesia tidak lama lagi akan menjadi ‘negara maju baru’ atau new development country yang berkemampuan melepaskan diri dari kungkungan pasar maupun produk negara maju.  Paling tidak hal itu untuk beberapa produk yang sudah bisa dihasilkan di Indonesia oleh orang Indonesia dengan bahan baku yang tersedia di Indonesia. *sembada/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang