Balai Benih Induk Cianjur: Kami Upaya Keras Pertahankan Kemurnian Padi Pandan Wangi Khas Cianjur
Monday, 28th March, 2022 | 1118 Views

Pengantar Redaksi:

BERAS CIANJUR sangat terkenal di seantero nusantara. Namun, beras yang mengusung nama beras Cianjur itu adalah PANDAN WANGI yang merupakan varietas setempat yang telah termasyihur hingga belahan bumi lain. Panjang malainya. Bulirnya besar dan…nasinya enaaak bahkan harum wangi ketika ditanak pun saat disantap. Berikut bincang Media Pertanian online www.sembadapangan.com dengan Kepala Balai Benih Induk (BBI) Cianjur Ikhwan Munajat,SE di Desa Suka Mulya, Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

   Menurut Ikhwan, para petani di beberapa kecamatan senang bercocok tanam padi pandan wangi karena mereka sudah mendapatkan lahan dari Pemerintah Daerah Cianjur dengan pola kerjasama pada luasan 5 hektare (ha) termasuk di lahan yang dikelola oleh Balai Benih Induk (BBI) Cianjur yang luasnya mencapai 7.000 meter persegi. Semua kebutuhan sarana produksi, seperti benih, pupuk dan racun serta obat-obatan difasilitasi atau dipinjamkan dari BBI

   Disebutkan bahwa untuk mengurus lahan yang hanya seluas kurang dari satu hektare itu  ada satu kelompok tani sebanyak 20 orang melalui kerjasama bagi hasil. Semua pengeluaran atau pinjaman oleh pihak BBI yang tercatat dalam berita acara ketika panen akan dipotong. Kemudian keuntungan bersih barulah dibagi dua antara petani kelompok dan BBI. Jadi, kerjasama tersebut adalah bagi hasil atau bukan sewa lahan.

   “Dari pengamatan kami dengan sistem bagi hasil ini petani tidak ada yang mengeluh dan tidak ada yang mundur dari kerjasama. Bahkan ada berbagai pihak yang berkeinginan bergabung untuk bekerja sama dengan kami, namun dengan keterbatasan lahan yang ada kerjasama itu belum kami perluas. Sementara ini cukup 20 orang petani,” Ikhwan bercerita.

   Selanjutnya dikatakan bahwa pada 2020 atau dua tahun lalu pihak Pemerintah Daerah Cianjur berencana memperluas lahan untuk padi pandan wangi. Namun, hal itu terkendala pandemi virus korona dan rencana tersebut tertunda. Bahkan kondisi serangan virus korona  ditambah lagi dengan penganggaran ulang atau re-focusing program, maka semakin menjauhlah rencana itu. Tetapi, kini kondisi kesehatan telah membaik dan perekonomian makin stabil, diharapkan rencana perluasan lahan tanam itu bisa diwujudkan pada 2022 ini.

Spesifik (Ciri Khas) Lahan Tanam

    Sebenarnya, Ikhwan bertutur, petani tidak akan sanggup menanam padi jenis pandan wangi karena masa panen yang begitu lama. Mulai dari semai sampai panen itu memakan waktu lebih kurang lima bulan 15 hari, sehingga untuk satu tahun itu maksimal petani bisa bercocok tanam padi pandan wangi dua kali saja. Sesungguhnya kalau boleh memilih petani lebih suka menanam padi varietas unggul lain yang berumur genjah karena lebih cepat uang berputar.

    Adapun produktivitas pandan wangi adalah 5 ton hingga 6 ton per ha. Harga per kilogram gabah kering panen (GKP) adalah 6.000 rupiah yang dijual kepada tengkulak. Sebab, hanya tengkulak yang memiliki izin edar padi pandan wangi Cianjur. Kendati demikian, petani hanya dapat sebesar 5.400 rupiah per kilogram (kg) karena dalam prosesnya, setelah ditimbang masih dikurangi ongkos menyabit.

    Kalau melihat analisa usahanya, para petani masih kurang beruntung dengan mendapatkan harga seperti itu. Agar petani tertarik bertanam padi pandan wangi, maka harga  itu semestinya sekitar 6.200 rupiah per kg. Dengan harga seperti itu petani sudah mendapatkan selisih harga bersih sekitar 200 rupiah per kg. Kalau dihitung harga kotor semestinya pada itu dihargai sekitar 6.700 rupiah per kg.

   “Menurut saya dengan kelebihan sekitar 200 rupiah untuk satu kilogram, petani kita sudah cukup senang. Namun, harga yang ada sekarang belum seperti yang diharapkan oleh petani. Petani belum beruntung,” Ikhwan berujar.

Permukaan Tanah Pengaruhi Produksi

   Hasil panen atau produktivitas sebesar 6 ton per ha tersebut tidak berlaku untuk semua jenis lahan yang ada di Kecamatan Warung Kondang. Untuk lahan terasering atau miring berkotak-kotak, produksinya hanya 4 ton per ha. Sebaliknya untuk lahan sawah petani berupa hamparan datar seperti yang ada di kawasan BBI Desa Suka Mulya petani bisa mendapatkan sebanyak 5 ton per ha hingga 6 ton per ha.

    Ikhwan menerangkan bahwa produksi petani pada lahan terasering lebih rendah dibandingkan dengan lahan yang hamparan datar. Sebab, pematang sawah yang didapatkan kecil-kecil dan terpakai untuk pematang sawah serta pohon-pohon dan tanaman lain, sehingga produksinya lebih sedikit.

Air Tersedia Pertanaman IP-2 Tercapai

    Dampak positif dari ketersediaan air sepanjang tahun di kawasan perbukitan Kecamatan Warung Kondang adalah pertanaman dua kali dalam setahun. Pengolahan lahan pertama pada Januari dan panen pada Juni. Kemudian tanah diolah  lagi pada Juli dan panennya pada Desember. Lahan pertanaman telah ditetapkan dan disepakati bahwa unuk hamparan tertentu hanya untuk varietas pandan wangi. Tidak boleh dicampur atau berdekatan dengan varietas lainnya, seperti Mekongga, Inpari 32 atau Inpari 33. Bahkan tidak boleh berdekatan dengan IR-64. Kalau bercampur, maka hasilnya akan terganggu.

   “Padi pandan wangi merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap tanaman lain. Intinya, petani kami harus kompak melaksanakan penanaman dalam satu hamparan yang luas. Memang sudah pernah dicoba bercampur  dengan varietas yang lain. Padi pandan wangi tidak mengahasilkan apa-apa dan tidak berbuah. Jadi, kami harus mempertahankan kemurnian pada pandan wangi sebagai padi atau beras ciri khas Cianjur yang sudah terkenal,” ungkap Ikhwan.

   Dia menambahkan pula bahwa untuk padi pandan wangi panen yang paling bagus adalah pada November dan Desember. Contohnya, panen terakhir pada Desember ada perbandingan untuk panen yang Juni . Dilihat dari grafik produksinya ada kenaikan yang bagus. Para petani mengamati kenaikan itu karena faktor alam, dimana  keterseiaan air cukup serta penyinaran matahari sangat cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman. Saat banyak hujan yang istilah para petani terjadi PEREKATAN atau pengisian bulir pasti terganggu, sehingga hanya menghasilkan jerami dan canggkang padi saja. Atau hampa buah.

Benih Untuk Satu Tahun

   Menurut Kepala Balai Benih Induk Warung Kondang Ikhwan Munajat, produksi padi pandan wangi yang dikelolanya sebagian besar dijadikan calon benih yang selanjutnya diproses untuk mendapat sertifikat dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih yang ada di Provinsi Jawa Barat. Untuk satu tahun calon benih disediakan sekitar 5 ton, sedangkan sisa setelah diseleksi volumenya sekitar 50 ton dijual kepada pedagang untuk diolah jadi konsumsi.

   Memang, katanya, kalau dirata-rata untuk setiap tahunnya produksi BBI Warung Kondang  yang luasnya 5 ha mencapai 50 ton. Sebanyak 10 ton untuk calon benih atau untuk benih dan 40 ton dijual untuk konsumsi. Benih yang dihasilkan disebarkan ke tujuh kecamatan sentra pandan wangi di Kabupaten Cianjur yang menanam pada pandan wangi. Tetapi, benih yang telah bersertifikat juga dibeli atau dipesan petani dari Provinsi Nagro Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

   Harga benih dengan volume 5 kg per bungkus atau kemasan plastik adalah 35.000 rupiah. Dan yang diirik atau masih bermalai benihnya dijual 25.000 rupiah per kg. Semua sudah berlabel sertifikat dengan jaminan mutu dan daya tumbuh yang baik. Untuk padi konsumsi setelah seleksi calon benih harganya adalah 10.000 rupiah per kg. *sembada/tim

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang