Daging Sintetik Masuk Pasar What’s Next Pendidikan Kedokteran Hewan dan Peternakan?
Saturday, 22nd May, 2021 | 974 Views
|
Oleh Drh M.Chairul Arifin

Drh Chairul Arifin-2

DI BERBAGAI LAMAN dan akun media sosial kini sudah mulai bermunculan adanya narasi tentang daging, telur dan susu sintetis atau produk hasil  laboratorium. Produk ini sebenarnya berasal dari hewan hidup aslinya yang dikembang biakkan menurut kaidah-kaidah yang ketat dan sehat.

   Kemudian dari seekor ternak sel puncanya diambil dengan  biopsi  dan dikembang-biakkan dengan mencampur zat-zat protein dan zat lainnya serupa dengan produk aslinya. Akhirnya dapalah bentuk daging, telur dan susu yang sintetis di laboratorium. Produk ini tentu saja dapat diproduksi massal dan masuk pasar. Pabrik pengolah makanan sudah mengincar produk dan bersiap memasarkannya untuk bersaing dengan produk yang konvensional.

    Selain menghemat penggunaan sumberdaya air, lahan, pakan dan sumberdaya lainnya yang lebih penting lagi adalah dari aspek kesejahteraan hewan, yaitu ternak yang terhindar dari berbagai perlakuan yang tidak senonoh dari sejak antemortem, mortem dan postmortem. Produk sinteteis ini malahan sudah mulai masuk pasar, seperti daging sintetis broiler di Singapura. Hal ini bisadilihat sebagaimana lansiran pada lamannya Dahlan Iskan (dalam D’s Way) belum lama berselang.

  Apakah produk daging lab atau sintetis atau produk budidaya semacam ini akan dapat mengancam dan pelan-pelan menggusur peternakan konvensional? Jawabannya, waktu dan teknologi yang akan menentukan. Sebab, bagaimanapun juga produk tersebut dapat tidaknya diterima oleh publik sangat tergantung dari rasa, harga dan kaidah-kaidah agama dan kepercayaan mayasrakat.

    Rasanya, dari segi harga dan rasa itu hanya persoalan waktu saja. Tinggal pandangan dari segi agama atau etik yang masih jadi permasalahan. Dapatkah misalnya Majelis Ulama Indonesia atau MUI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM  menerima produk ini yang sebenarnya menyangkut dari seekor ternak hidup menjadi produk ternak laboratorium  yang dapat diproduksi massal.

What’s Next Pendidikan Dokter Hewan dan Peternakan?

   Lepas dari kontroversi adanya produk sintetis yang sudah mulai memasuki pasar tentunya orientasi pendidikan kedokteran hewan dan peternakan kita kembali dipertanyakan. Apakah masih seperti saat ini? Pasti harus berubah juga untuk antisipasinya dan orientasi ternak hidup sebagian sudah harus tergantikan dengan produk lab. Di sini menjadi semakin sentralnya bidang kesehatan masyarakat veteriner.

   Sebab, akan banyak berhadapan dengan produk-produk sintetis. Fakultas Peternakan akan banyak memberi kuliah-kuliah tentang berbagai teknologi dan ekonomi pembuatan produk  sintetis. Kepada usaha peternakan unggas, sapi potong perlu disampaikan tren atau arah yang akan terjadi di masa mendatang untuk memutar sebagian usahanya berdampingan dengan ‘kompetitor’ produk sintetis.

   Tren ini nampaknya tidak bisa dipandang sebelah mata. Pelan tapi pasti produknya akan membanjiri pasar dan timbul masalah baru lagi. Selama kita masih hidup akan tetap berkelindan dengan sejuta masalah. Selamat mengantisipasi perubahan agar tidak telat mikir. Kepada FKH dan FAPET selamat pula bersiap menghadapi perubahan ini. * M.Chairul Arifin kini Konsultan Peternakan dan Kesehatan Masyaakat Veteriner, tinggal di Bogor.

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang