Usaha Tani Kacang Hijau Sangat Menggembirakan: Demand Luar Biasa Supply Luar Kemampuan
Sunday, 18th October, 2020 | 744 Views

MEMANG BUKAN TITIK kulminasi atau belum menjadi patokan soal ketidakmampuan petani untuk menyediakan bahan baku kacang hijau atau Vigna radiata bagi konsumen di Indonesia. Ya, jangankan konsumen dalam skala luas atau besar. Untuk skala Kabupaten Cianjur dan sekitarnya saja belum bisa terpenuhi. Para penyuluh pertanian di kawasan ini berkesimpulan bahwa usaha tani kacang hijau sangat menggembirakan. Sebab, demand atau permintaan untuk itu luar biasa kendati supply masih di luar kemampuan petani.

      Fakta di atas dilontarkan oleh Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Abdul Sidik, SP,MM. Dia menyikapi kondisi cuaca di awal musim La Nina (Anak Perempuan, Spanyol) yang mendatangkan curah hujan lebat sekalian dengan semangat petani yang menggebu-gebu untuk membudidayakan kacang hijau seusai panen padi.

      Di Kabupaten Cianjur, menurut Sidik, untuk program  kacang hijau itu diselenggarakan di Desa Babakan Caringin dan Suka Jadi. Dampak dari curah hujan yang tinggi beberapa waku yang lalu sebagian kecil lahan petani yang ditanami kacang hijau mengalami kerusakan walaupun telah mulai berbunga. Kenyataannya petani tidak bisa panen.

     “Begitu banyak permintaan dari berbagai pihak di Kabupaten Cianjur maupun dari luar, tetapi tidak bisa dipenuhi karena produksi tidak mencukupi. Selain dari demand yang besar atau tinggi, supply yang ada tidak sebanding dengan permintaan itu,” demikian keterangan Sidik kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya, baru-baru ini.

      Pengaruh karena banjir terhadap produksi, demikian Sidik, tidaklah terlalu besar. Sebab, untuk kacang hijau, panennya terbilang unik dibandingkan dengan kacang-kacangan yang lain. Walaupun tanaman kacang hijau sudah berumur panen pada hamparan luas seperti di Kecamatan Karang Tengah, belum tentu serentak dipanen oleh petani. Ada tahapan panenen yang tidak bisa diberlakukan serupa dengan kacang-kacangan yang lain, seperti pada kedelai, kacang tanah, buncis atau lainnya.

      “Kalau kacang hijau bisa panen hingga delapan kali. Bahkan hingga puluhan kali. Karena kondisi seperti itulah yang menyebabkan petani belum terbiasa menimbang hasil setiap hektarenya. Misalnya, berapa profitas atau berapa ton per hektarenya. Walaupun secara teori hal itu bisa dilakukan dengan mengambil secara ubinan, tetapi petani kita belum membiasakan hal itu. Hal terpenting bagi petani adalah kacang mereka dicari konsumen dan diserap pasar,” kata Sidik sembari menambahkan mengetahui permintaan begitu  banyak dan besar, animo petani untuk menanam kacang hijau jadi tinggi.

Korporasi Petani

      Dari pemantauan Sidik setelah petani menanam kacang hijau dari bantuan benih Kementerian Pertanian melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, petani kelabakan menerima permintaan. Dari kondisi itu ke depan para petani perlu menguasai jalur distribusinya, sehingga petani lebih dekat kepada konsumen. Misalnya, langsung secara online kepada konsumen secara eceran maupun jual volume besar.

    Selain itu, katanya, para petani yang sudah menjadi anggota kelompok tani atau gabungan kelompok tani, bisa juga memulai berdagang secara moderen melalui korporasi petani. Kelompok tani mengikat perjanjian jual-beli dengan pihak afalis, sehingga harga terjamin dan pihak afalis mengambil kacang hijau hingga di lahan petani. Hal semacam ini sangat menguntungkan juga karena bisa hemat waktu dan ongkos angkutan dan pasti terhindar dari jaringan tengkulak.

     “Saya berharap pada 2021 mendatang Kecamatan Karang Tengah bisa menjadi sentra kacang hijau di Kabupaten Cianjur. Sebab, peluang pasar sangat terbuka. Sudah ada. Penyerapan tenaga kerja juga terbuka mulai dari pertanaman, pemeliharaan, panen hingga pasarnya. Korporasi petani harus dikembangkan,” ungkap Sidik.

      Disebutkan bahwa saat ini upah kerja memanen kacang hijau mencapai 2.000 rupiah untuk setiap kilogram (kg). Dalam satu hari buruh panen itu bisa memanen kacang hijau sampai 30 kg bahkan bisa sampai 40 kg. Kalau itu dikalikan 2.000 rupiah, mereka bisa membawa uang pulang ke rumahnya sekitar 60.000 rupiah. Bahkan bisa 80.000 rupiah untuk satu hari kerja. Misalnya, ibu-ibu rumah tangga yang biasanya hanya diam di rumah apalagi di masa pandemi Korona yang sulit mencari pekerjaan, melalui kegiatan panen kacang hijau mereka bisa membantu perekonomian keluarga.

      Khusus untuk Kecamatan Karang Tengah pertanaman saat ini hanya 25 ha dan diharapkan pada 2021 mendatang bisa mencapai luasan hingga 50 ha. Hal itu bisa dilihat dari antusiasme petani untuk menanam kacang hijau lantaran panen yang bisa hingga puluhan kali dan hasilnya menguntungkan. Pasar sudah siap menerima dan harga menggembirakan. Pada panen pertama hingga panen ketiga mencapai rata-rata 12.500 rupiah per kg kering pipil. Itu di tingkat petani. Kalau di pasar atau pedagang mencapai 15.000 rupiah per kg.

     Kondisi tersebut di atas menurut Abdul Sidik sudah dimulai petani di Desa Langen Sari, Kecamatan Karang Tengah. Pemerintah tidak memberi bantuan benih, tetapi para petani telah membudidayakan kacang hijau seluas 5 ha. Itu inisiatif petani sendiri karena melihat peluang pasar yang sangat baik dan harganya juga baik. Para petani di desa itu membeli sendiri benih seharga 25.000 rupiah per kg. Untuk pertanaman satu hektare lahan dibutuhkan benih sebanyak 25 kilogram.

Repot Melayani Konsumen

      Secara terpisah petani bernama Rohim (34) dari  Desa Babakan Caringin, Kecamatan Karang Tengah, menyebutkan saat ini dirinya sangat repot melayani konsumen. Permintaan konsumen saat ini sangat banyak. Pada pertengahan Oktober 2020 ini harus melayani permintaan sebanyak 7 ton.

      “Sebelum dan saat masa panen kacang hijau, saya mamasarkannya melalui media online dari whatsapp dan twitter yang akhirnya saya malah kerepotan sendiri mencari bahan bakunya. Semua hasil panenan kacang hijau petani yang ada di sekitar kecamatan belum mencukupi untuk memenuhi pesanan yang sudah masuk ini. Saya jadi prihatin dan juga bangga,” demikian Rohim.

    Rohim merupakan petani yang juga berdagang. Dia anggota Kelompok tani Gemah Ripah beranggotakan 25 petani dan menggarap seluas 15 ha lahan untuk kacang hijau. Pada pertengahan Oktober ini hampir seluruh tanaman kacang hijau selesai panen. Dari hasil ubinannya didapat 0,62 kg. Dari ubinan itu itu didapat sekitar 1,8 ton untuk satu hektare.

     Menurut Rohim, dia membeli kacang hijau petani seharga 12.500 rupiah untuk satu kilogram. Kalau para tengkulak berani beli kepada petani di kisaran harga 10.000 rupiah per kg. Atau paling tinggi 11.000 rupiah per kg.

     “Saya beli 12.500 rupiah per kg. Pada saat panen pertama kali saya langsung beli tujuh karung kepada petani kita dengan harga 12.500 rupiah per kg. Petani senanglah. Tetapi, saya juga senang walau hanya dapat 500 rupiah per kg dari pedagang. Saya puas saja,” demikian Rohim seraya menambahkan bahwa dia akan mendukung pemerintah pusat menjadikan Kecamatan Karang Tengah sebagai pusat kacang hijau ke depan.* sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang