UPH Dorong Nilai Tambah Kini Beragam Sumber Pangan Olahan dari Jabar Siap Ekspor
Monday, 23rd November, 2020 | 961 Views

 

SAAT INI PETANI di Provinsi Jawa Barat (Jabar) makin terbuka bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk dengan para pengusaha dan pemerintah daerah. Keterbukaan itu terlihat dari upaya mengikuti pola yang diberikan oleh pemerintah untuk kesiapan mulai dari hulu (budidaya) hingga hilir. Para petani makin berani memasuki pemasaran terutama setelah mendapat bantuan unit pengolahan hasil atau UPH, sehingga makin terbuka makanan olahan untuk ekspor dengan nilai tambah yang menguntungkan petani.

    Menurut Achmad Tarekat, Kepala Seksi Pengolahan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jabar, tanaman petani yang diolah saat ini semakin beragam dan diminati para konsumen di luar provinsi Jabar selain di lingkungan petani itu sendiri. Bahkan para konsumen luar negeri sudah makin banyak yang meminta makanan hasil olahan petani.

    “Sudah banyak. Juga beragam hasil olahan komoditinya. Ubi kayu atau Manihot utilissima diolah menjadi tapioka dan tepung bernilai tinggi, yaitu mocaf atau modified cassava flour untuk pembuatan makanan moderen. Ubi jalar atau Ipomea batatas untuk keripik dan juga tepung. Kedelai atau Glycine max untuk beberapa jenis makanan selain untuk tempe tahu juga dibuat susu. Komoditi jagung, selain untuk pakan ternak juga diolah menjadi tepung yang harganya bisa tiga kali lipat dibanding daripada kalau dijual dalam bentuk masih bijian,” demikian keterangan Achmad kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di Bandung, belum lama berselang

     Jagung, misalnya, kata Achmad, apabila tidak diolah harganya hanya 3.000 rupiah per kilogram (kg) terutama saat panen raya. Namun, kalau diolah menjadi tepung harganya bisa mencapai 5.500 rupiah per kg, sehingga ada selisih yang menjadi milik para petani. Begitu juga pada kedelai, selain diolah menjadi tempe tahu, juga dibuat berupa susu cair dan susu tepung. Karena nilai jual yang lebih menguntungkan petani saat ini di Kabupaten Tasikmalaya dijadikan sentra kedelai dengan luas budidaya mencapai 300 hektare (ha).

   “Saking majunya budidaya kedelai di sana, pemerintah memberi bantuan UPH, pengolahan kedelai mencapai tiga kuintal bahan baku setiap hari. Sangat berkembang karena para perajin tempe tahu dan juga susu bertumbuh seiring dengan permintaan yang tinggi dari konsumen. Begitu juga UPH yang diberikan kepada petani ubi jalar berupa alat pencacah, oven pembakaran serta alat pengemas telah memberikan pendapatan yang lebih kepada petani,” ungkap Achmad Tarekat.

Pengolahan Porang Untuk Ekspor

   Menurut Achamad Tarekat, saat ini di Jabar telah ada pabrik pengolahan porang atau Amorphopallus muelleri menjadi irisan (chip) kecil dan selanjutnya dengan proses khusus menjadi tepung. Potensi porang di Jabar sangat baik, sehingga Kementerian Pertanian telah mengirim UPH canggih khusus mengolah porang menjadi jelly atau adonan ringan atau selai. Kapasitas UPH itu mencapai 20 ton untuk sekali proses.

    “Ada dua bagian UPH yang diberikan. Sebab, proses pengolahan porang tergantung bahan bakunya. Pengerjaannya cukup panjang karena porang itu setelah diris-iris kemudian dikeringkan dan barulah diolah menjadi jelly itu,” katanya.

   Dia menambahkan bahwa porang dan olahannya itu setelah sesuai dengan pesanan akan diekspor ke Jepang, Korea Selatan dan Thailand serta Cina. Dengan demikian, ekspor yang selama ini berbentuk bahan baku mentah telah diubah untuk mendapatkan devisa yang lebih besar melalui olahan.

   Selanjutnya Achmad Tarekat menyebutkan bahwa harga porang dalam bentuk segar panen mencapai 12.000 rupiah per kg. Kadang juga ada yang harganya di atas 12.000 rupiah per kg atau di bawahnya di lingkungan para petani. Ini terjadi karena belum ada harga patokan pembelian atau HPP yang menjadi pegangan petani. Kendati demikian, bagi petani harga sebesar itu sudah mendapat keuntungan. Produktivitas porang mencapai 60 ton per ha.

    Kini pengolahan porang sebanyak 3 kg didapat atau dihasilkan 1 kg irisan. Apabila dijadikan tepung volumenya adalah 2 banding 1. Untuk 2 kg porang segar kalau dijadikan 1 kg irisan harganya bisa mencapai 5 dolar Amerika Serikat (AS) per kg. Tetapi, kalau dalam bentuk tepung harganya bisa mencapai 9 dolar AS per kg. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang