Universitas Nasional Melihat Potensi Umbi Garut Sebagai Pangan Lokal Perlu Ditingkatkan,Dirjen TP: Masuk Hotel
Wednesday, 10th November, 2021 | 417 Views

 

 

PIHAK UNIVERSITAS NASIONAL (Unas) melihat terdapat potesi umbi garut sebagai pangan loka yang harus ditingkatkan. Dalam rangka Peringatan Dies Natalis Unas Ke-72 Fakultas Pertanian Universitas Nasional (Unas) mengadakan seminar nasional mendorong pengembangan pangan lokal umbi garut,bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Saat ini Kementerian Pertanian menyelenggarakan Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Berbasis Korporasi (Propaktani).

 

   Dalam sambutannya pada kegiatan yang dihelat secara virtual Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementrian Pertanian  Dr Ir Suwandi, MSi, mengatakan bahwa pangan lokal kini menjadi perhatian oleh Kementrian Pertanian yang pengembangannya dibagi menjadi lima fokus utama. Hal pertama adalah meningkatkan kapasitas produksi bahan pokok, kedua umbi garut merupakan pangan lokal untuk produksi dan dikonsumsi.

   “Selanjutnya hal ketiga adalah ketahanan pangan dengan membangun sistem logistik level rumah tangga, kecamatan, kabupaten, atau provinsi. Keempat adalah membangun pertanian modern dan kelima meningkatkan komoditi ekspor termasuk di dalamnya adalah pada umbi garut,” ungkap Suwandi.

    Dia menambahkan bahwa pengembangan umbi garut juga bertujuan untuk menarik konsumsi masyarakat agar semakin paham mengenai pangan lokal. Bahkan diharapkan agar umbi garut itu nantinya bisa masuk ke restoran dan hotel kelas menengah ke atas di Indonesia, sehingga kita bisa meningkatkan konsumsi pangan lokal dan memberikan semangat petani serta menghargai jerih payahnya.

   Pada kesempatan yang sama Dekan Fakultas Pertanian Unas  Ir Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr. mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian dari perayaan Dies Natalis Unas yang Ke-72 tahun. Kolaborasi dalam seminar nasinal ini bisa memberikan manfaat demi kemajuan petani dan pangan lokal di Indonesia. Dalam kegiatan seminar tersebut hadir beberapa narasumber dalam bidang pertanian dan membahas mengenai pengembagan umbi garut sebagai pangan alternatif dan pangan fungsional, serta prospek olahannya

     “Semoga masyarakat juga bisa teredukasi dengan menambah pengetahuannya mengenai pangan lokal umbi garut, serta mencintai produksi dalam negeri mengingat pangan lokal ini juga memberikan manfaat bagi diri kita dan kemajuan bangsa,” tuturnya.

Keanekaragaman Pangan

   Hadir sebagai narasumber, Dr Ir Puspita Deswina, MSi dari Pusat Riset Bioteknologi – LIPI/ BRIN. Puspita menyebut, Indonesia menduduki peringkat keempat tertinggi jumlah penduduk terpadat di dunia. Hal ini memacu produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan dapat mempercepat keanekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal, dimana satu di antaranya adalah umbi garut.

   “Pangan alternatif seperti umbi garut dapat mengurangi konsumsi beras atau diversifikasi pangan, serta melahirkan inovasi dalam teknologi pertanian. Umbi garut juga merupakan salah satu sumber karbohidrat potensial yang dapat menjadi substitusi tepung terigu. Umbi garut memiliki beberapa keunggulan seperti mudah dicerna, baik untuk penderita autis dan diabetes, serta bebas gluten yang bermanfaat bagi penderita gangguan pencernaan dan penyakit celiac.

   Senada dengan hal tersebut Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, MSi., mengatakan bahwa umbi Garut sebagai pangan fungsional merupakan makanan atau bahan makanan yang dapat memberikan kesehatan di luar zat gizi yang biasa dikandungnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umbi garut mampu menghambat penyakit degenaratif, serta memiliki komponen yang berperan bagi kesehatan. Terdapat kandungan serat pangan yang terbukti bisa meningkatkan saluran cerna, sistem imun, dan berperan dalam mengatasi non communicable diseases.

Eni menuturkan, umbi garut atau Maranta arundinacea memiliki akar rimpang  dengan batang yang menjalar dalam tanah dan berbentuk silindris dengan ujung kuncup atau seperti busur panah. Sebab, terdapat beberapa pengolahan umbi garut diantaranya tepung, emping garut, dodol garut, cookies cokelat garut, dan kue semprit garut.

Dalam kesempatan yang sama Peneliti dan Dosen Fakultas Pertanian Unas, Ir Etty Hesthiati. MSi mengatakan  bahwa di masa Covid-19, pangan lokal memiliki peran yang penting sebagai sumber keragaman bahan pangan untuk ketahanan pangan dan gizi keluarga. Berbagai jenis makanan lokal yang merupakan hasil kreativitas budaya dapat meningkatkan ketersediaan beragam makanan yang bergizi.

“Pangan lokal seperti umbi garut juga dapat menjadi katup pengaman dalam menjaga pasokan pangan bagi keluarga petani di pedesaan pada saat terjadi shock terhadap ketersediaan pangan. Di sisi lain usaha pangan lokal berpotensi sebagai pencipta kesempatan kerja dan tambahan pendapatan rumah tangga serta penggerak ekonomi daerah. Pandemi Covid-19 belum bisa diperkirakan kapan berakhir secara akurat. Karena itu, pangan lokal memiliki potensi untuk turut mengatasi gangguan pada ketahanan pangan dan gizi masyarakat,” katanya.

Sumber Karbohidrat

Sementara itu Ketua Departemen Gizi, FEMA Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr Ir Sri Anna Marliyati, M.Si. mengatakan bahwa umbi garut sebagai pangan alternatif dapat mencegah stunting pada anak. Menurutnya, salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia ialah stunting atau gagalnya tumbuh kembang pada anak. Hal ini bisa dicegah atau diatasi dengan pola gizi seimbang.

“Mengingat angka orang busung dan anak kerdil di Indonesia masih cukup tinggi, kita perlu mensosialisasikan pilar gizi seimbang yang bisa diterapkan pada anak dan ibu hamil. Pilar gizi seimbang itu terdiri dari mengkonsumsi pangan beraneka ragam, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat badan,” katanya.

Lebih lanjut, Anna mengatakan, gizi seimbang bisa dilakukan dengan menyajikan menu hidangan yang terdiri dari makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, lauk sumber protein, serta sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral. Umbi garut merupakan salah satu pangan sebagai sumber karbohidrat umbi-umbian yang cukup tinggi dengan pati garut yang mudah dicerna, sehingga dapat dikonsumsi manula maupun balita. *sembada/nis

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang