Studi Baru Fauna, Orang Hutan Mulai Karnifor Memangsa Kukang, Peneliti UNAS Temukan Orangutan Kalimantan Makan Kukang
Saturday, 4th December, 2021 | 566 Views

SELAMA BEBERAPA DASAWARSA penelitian tentang kera besar atau orang hutan dicatat dan diketahui hanya mengkonsumsi daun, rumputan hutan, bunga dan buah. Pada Desember 2017—empat tahun lalu—direkam bahwa oranghutan memangsa fauna jenis kukang.  Kendati terdokumenasi pada Desember 2017 karena kehati-hatian para ilmuwan, jurnal internasional baru mempublikasikannya pada 2021.

   Peneliti Kristana Parinters Makur dari Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS) Jakarta bersama tim ilmuwan internasional memulai penelitian intensif pada 1971 di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Penelitian dikhususkan pada keseharian kehidupan oranghutan kalimantan atau Pongo pygmaeus, yaitu tentang pola konsumsinya. Hasil dokumentasi pola konsumsi kera besar asli Kalimantan tersebut tak pernah menyentuh jenis primata lainnya.

   Menurut Kristana P.Makur, makanan utama orang hutan yang telah terdokumentasi selama ini adalah buah-buahan, dedaunan, kulit kayu, bunga dan serangga. Namun, dunia penelitian kera besar kembali menjadi sorotan media ketika 50 tahun kemudian terbit sebuah jurnal mengenai orang hutan kalimantan yang terekam mengkonsumsi kukang.

   “Peristiwa tersebut terekam pada 27 Desember 2017 di Stasiun Riset Orangutan Tuanan yang berlokasi di Kecamatan Mentangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sosok yang direkam langsung saat kejadian adalah orang hutan jantan dewasa ‘Molong’ memangsa kukang yang terjadi pada siang hari,”ungkap Kristana, Peneliti S-2 Biologi UNAS. Ia meneliti bersama Manajer Kamp Mardianto dan Asisten Peneliti Tono.

   Temuan tersebut kemudian ditulis dalam jurnal ilmiah secara bersama-sama tim peneliti gabungan, yaitu dari Universitas Nasional (UNAS), Rutgers University dari Amerika Serikat (AS) dan Zurich University dari Swiss. Setelah melalui proses yang cukup panjang, karya ilmiah itu pun berhasil diterbitkan pada 17 November 2021 di jurnal Primates yang diterbitkan oleh Springer (https://doi.org/10.1007/s10329-021-00960-4). Adapun peneliti yang tergabung dalam penulisan ilmiah tersebut adalah Kristana Parinters Makur, Sri Suci Utami Atmoko, Tatang Mitra Setia, Maria A. Van Noordwijk dan Erin R. Vogel.

   Menurut peneliti Dr Sri Suci Utami Atmoko, perilaku memakan daging merupakan kejadian yang sangat langka dalam aktivitas orang hutan liar. Berdasarkan data, sampai saat ini dengan jumlah waktu observasi yang sangat panjang, yaitu dapat lebih dari 70.000 jam di masing-masing lokasi riset dan jumlah peneliti yang cukup besar di lebih dari lima stasiun riset orangutan (Sumatera dan Kalimantan), hanya terpantau sekitar 12 kasus orangutan memakan daging.

   Dosen Fakultas Biologi Universitas Nasional itu menambahkan bahwa sebelumnya, kasus orang hutan memakan kukang hanya dijumpai di Sumatera di Ketambe dan Suaq Balimbing, dua stasiun riset di Taman Nasional Gunung Leuser, Provinsi Aceh. Kasus di Kalimantan umumnya hanya terkait dengan memakan tikus dan tupai.

   Binatang kukang atau Nycticebus sp. sendiri merupakan primata kecil yang cenderung aktif di malam hari dan memiliki bisa beracun. Bisa yang disinyalir dapat membuat shock hingga mematikan tersebut berasal dari kelenjar yang terletak di bawah ketiak kukang, dan diaktifkan saat tercampur liur ketika kukang menjilat ketiaknya.

Berbeda Dengan Simpanse

  Lebih lanjut, Sri Suci mengatakan bahwa perilaku memangsa kukang oleh orang hutan umumnya sama, baik di Sumatera maupun Kalimantan. Berbeda dengan kera besar Simpanse yang memang berburu primata lain, orang hutan lebih cenderung hanya bila bertemu dengan kukang. Dan kenyataannya tidak semua perjumpaan orang hutan dan kukang berujung pada pemangsaan seperti yang terjadi di Sebangau, Kalimantan Tengah bahwa tidak terjadi perilaku agresif. Bahkan kukang bermain bersama dengan remaja orangutan.

    “Hasil observasi ini merupakan kasus yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut, karena merupakan dokumentasi pertama orang hutan kalimantan terlihat mengkonsumsi primata lainnya setelah 50 tahun berjalannya penelitian kera besar tersebut di Kalimantan. Banyak hal yang menarik dalam mempelajari orang hutan. Semakin diteliti, semakin banyak diketahui. Oleh sebab itu, mari kita jaga orang hutan dan habitatnya,” kata Dr Tatang Mitra Setia, Dekan Fakultas Biologi UNAS, Jakarta.

Penelitian yang dilakukan di stasiun riset orang hutan Tuanan yang berdiri sejak tahun 2003 itu, merupakan stasiun riset kerjasama antara Universitas Nasional dengan berbagai universitas dan lembaga konservasi lainnya di Indonesia, seperti BOSF, BKSDA Kalimantan Tengah dan Dinas Kehutanan/KPHL Kalimantan Tengah). Dari pihak mancanegara beberapa universitas juga bermitra, seperti Rutgers University dari New Jersey, AS dan Zurich University dari Swiss. *sembada/henry/dms

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang