Tantangan Untuk Tanam Pola TABELA Memang Berat, Tetapi Pada Akhirnya Menggembirakan
Thursday, 26th December, 2019 | 903 Views

HASIL YANG MENGGEMBIRAKAN dengan pola tanam tabur benih langsung atau TABELA tanpa semai telah mendorong para petani bersemangat meneruskan pola itu pada pertanaman berikutnya. Di musim hujan atau kemarau petani akan melakukan pengolahan lahan dan pertanaman. Ada penghematan masa tumbuh ke masa panen selama sekitr 20 hari termasuk hemat tenaga dan dana. Berikut ini tuturan Koordinator Penyuluh Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi Endah Fitriyah,SP,MP dan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat Dede Zakaria,SP kepada Media Pertanian online sembadapangan.com saat panen terakhir tanaman padi dengan pola TABELA di Desa Pasir Tanjung, Cikarang Pusat, baru-baru ini.

     Di lokasi Kampung Cilampayan, Desa Pasit Tanjung ini ada kenaikan 1,2 ton per hektare (ha) yang biasanya 6 ton per ha saja, saat ini rata-rata produksinya bisa sampai 7,2 ton per ha dgn pemupukan sekali. Itupun sudah dikurangi faktor error sebesar 20 persen.Tentulah bisa mencapai 9 ton per ha. Mengetahui hal ini para petani agak menyesal karena hanya melakukan pemupukan sekali.

      Panen dengan pola TABELA memang lebih cepat karena dikurangi waktu persemaian selama 20 hari. Artinya, masa panen lebih cepat 20 hari dari biasanya. Kemudian untuk pemeliharaan awal, ketika petani melakukan penyiangan jumlah rumput sudah sangat banyak. Memang pemberian herbisida terlambat. Kami memberi herbisida kepada petani terlambat karena beberapa hal. Namn, setelah rerumputan atau gulma disemprot selama dua pertumbuhan rumput sudah berkurang.

      Memang para petani terkendala menghadapi rumput.  Bahkan ketika panen saat menyabit batangnya malah begubet atau kerepotan memilah batang padi. Jadi, agak lama. Kami memang bertekad untuk menekankan betapa penting pemeliharaan untuk hasil yang lebih baik. Sebagai petugas, kami melakukan pertemuan beberapa kali untuk meyakinkan petani bahwa cara yang dilakukan dengan pola TABELA tidak bermasalah pada hasil.

       Kami rutin bertemu dua minggu sekali di kelompok dan juga sering di lapangan atau sawah. Sebab, biasanya petani pada musim kemarau tidak menanam, tetapi dengan cara penyediaan sedikit saja air sudah bisa menanam dan hasilnya menggembiarakan. Itulah memang  tujuan pemerintah, sehingga tidak perlu menunggu turun hujan baru menanam. Ada sumber air yang bisa dialirkan secara alami atau dengan pompa berarti bisa menanam.

Dengan Cara TABELA Panen Bertahap

       Panennya memang tidak akan serempak karena pengolahan tanah kemudian pengairan dan tabur benih itu secara bertahap dari bidang sawah ke bidang lainnya. Dampak yang lebih menggembirakan adalah bisa tanam dalam tiga kali setahun termasuk pada musim tanam biasa di Oktober hingga Desember dan seterusnya ke Maret tahun berikutnya. Padi yang dipanen saat ini adalah yang tanam pada September lalu.

        Jadi, para petani sudah mempunyai pengalaman baru bahwa bertanam pada musim kemarau bisa saja dan hasilnya tetap baik bahakan lebih baik dari biasanya. Asalkan ada sumber air pasti bisa menanam padi. Para petani ingin melanjutkan cara TABELA itu pada musim kemarau mendatang. Bahkan saat ini mereka sedang menyiapkan benih dari hasil panen sekarang. Kemudian dijual dan sebagian untuk konsumsi sendiri.

       Para petani yang membiarkan sawahnya begitu saja tanpa disiangi dan dipupuki lantaran berpikir tidak akan ada hasil pertanaman padi pada musim kemarau sudah menyesal. Bahkan ada juga anggapan dari para petani bahwa hasilnya diambil pemerintah karena semua dibantu pemerintah, seperti traktor, benih, pupuk, herbisida dan pompa, padahal hasilnya untuk para petani sendiri. Padi yang ditanam dan dibiarkan begitu saja ada yang sampai panen, tetapi hasilnya rendah.

Petani Terbiasa Menyemai Benih

        Di wilayah ini para petani sudah saya kenal satu per satu karena sebagai petugas POPT sudah sering bertemu dengan anggota beberapa kelompok tani di Kabupaten Bekasi. Saya memberikan motivasi kepada para petani agar mau menerima inovasi teknologi yang memberi kemudahan dan keuntungan dari beberapa segi, seperti waktu, uang dan tenaga.

       Semangat para petani terus ditumbuh-kembangkan agar mau mengikuti program pemerintah. Sebab, apapun program pemerintah pasti untuk kebaikan petani dan program yang terbaik agar meningkatkan perekonomian serta taraf hidup petani. Bersama petugas dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian atau BPTP daerah, kami terus mengedukasi parra petani untuk mau menerima program pemerintah meskipun mendapatkan tantangan yang sangat berat karena pola TABELA merupakan hal baru bagi petani.

        Karena belum mengenal, banyak penolakan terjadi di sini. Biasanya melakukan persemaian lalu dipindah ke sawah. Sekarang dengan pola hanya disebar saja terus dibiarkan sampai panen. Ada kesulitan untuk meyakinkan petani. Ada tantangan besar untuk menerima pola TABELA itu termasuk menjelaskan beberapa hal tentang hama-hama yang mungkin terjadi. Kebanyakan dari petani lihat-lihat dulu seperti apa hasilnya. Kalau bagus barulah mereka mau memakai tekhnologi yang kita sarankan dan perkenalkan tersebut.

        Sekarang saya bangga meskipun prosentasenya biasa saja. Dengan keberhasilan ini  petani yang tadinya menolok pola TABELA ini sekarang setelah mereka melihat hasil yang didapat petani yang mengikuti pola TABELA memuaskan atau menggembirakan, mereka pun jadi berminat mengikuti untuk periode tanam berikutnya.

Serangan OPT Tidak Berpengaruh

        Kini dengan panen pada lahan 4 ha tahap awal pengenalan TABELA dan hasilnya sangat bagus di kisaran  6 ton per ha hingga 7 ton per ha, semoga saja petani kita semuanya mau mengikuti pola TABELA. Juga semoga pada musim tanam dalam waktu dekat ini luasannya bisa menjadi 40 ha yang akan ikut program pola TABELA ini.

      Saya juga senang bahwa organisme pengganggu tanaman atau OPT yang ada sangat jauh dan kecil di wilayah ini selama pertanaman padi pola TABELA hingga panen. Gangguan yang ada hanyalah burung, petani agak disibukkan oleh serangan burung yang lumayan banyak. Dan khusus pengendalian OPT lainnya, seperti wereng cokelat di wilayah ini jauh diambang batas ekonomi. Artinya, serangan itu tidak mencapai 20 ekor wereng cokelat untuk satu rumpunnya, sehinga hal ini disebut masih diambang batas ekonomi, dimana OPT masih sangat mudah dikendalikan dan jumlahnyapun termasuk sedikit.

     Serangan OPT di pertanaman pola TABELA ini memang ada wereng cokelat, burung pipit, sedikit OPT kresek karena sinar matahari sangat panas kemarin menjelang panen. Untuk hama kreseknya tidak jadi berkembang, sehingga tidak menjadi persoalan di sini dan tidak mempengaruhi produksi tanaman.Dan memang ini terbukti bahwa hasil panen padi jauh lebih tinggi dari pertanaman cara biasa oleh petani *sembada/rori/henry         

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang