SP3T Terwujud Dua Tahun Lalu: Perekonomian Petani Telah Meningkat
Wednesday, 25th September, 2019 | 767 Views

PEREKONOMIAN PETANI TELAH meningkat setelah kehadiran Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu atau SP3T di Desa Sukasari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Para petani yang tergabung pada beberapa kelompok tani mengikuti pengarahan dan pendampingan sekaligus membawa padi mereka ke SP3T yang sudah tersedia mesin pengering dan penggilingan. Dari SP3T juga telah dihasilkan  beras konsumsi dengan harga sesuai pasaran.

          Menurut Sekretaris Kelompok Tani (Koptan) Darma Usaha Hendi Efendi, kehadiran mesin di SP3T sangat disyukuri warga terutama para petani. Para petani telah merasakan peningkatan ekonomi seiring dengan pemanfaatan SP3T. Sebagian besar kebutuhan para petani telah terpenuhi dan terlayani dengan baik karena tidak perlu lagi berhubungan dengan pengijon.

            Dia menambahkan, waktu panen pun harga yang didapat para petani lebih baik daripada melalui tengkulak. Walaupun musim penghujan seperti tahun lalu, harga gabah petani di Koptan Darma Usaha yang jumlahnya 30 orang tetap diambil oleh pengelola SP3T dengan harga bagus. Bukti peningkatan perekonomian itu adalah kemampuan anggota untuk menabung termasuk beberapa orang yang sudah menunaikan ibadah haji setelah kehadiran SP3T.

            “Setelah adalah SP3T sesuai pendampingan dan anjuran penyuluh, fungsi dari alat pengering yang diberikan oleh pemerintah pusat berguna dalam segala kondisi cuaca. Kami tidak perlu kawatir lagi panen padi di waktu masuk musim penghujan. Sebab, kalau dulu jika kami panen pada waktu musim penghujan harga gabah sudah dipastikan merosot dan kami sudah pasti merugi. Namun, alat mesin pengering, pemoles hingga pengemasan beras yang sudah ada ini, semua  masalah kami sudah teratasi,” demikian Efendi.

 

Hasil Panen Aman dan Mutu Gabah Bagus

        Siapapun tidak bisa memungkiri, kata Saep Nugraha, Penyuluh Kecamatan Banjarsari bahwa pada setiap IP-1 atau indeks pertanaman pertama pada Oktober-Maret petani akan kesulitan menjemur gabah karena faktor musim hujan. Tetapi, pemerintah melihat kesulitan para petani dengan memberi bantuan vertical dryer yang kapasitasnya besar, yaitu 10 ton untuk sekali proses dengan rata-rata waktu 11 jam. Petani sangat sangat tertolong untuk menyelamatkan hasil panen  yang biasanya susah untuk menjemurnya.

      “Saya digaji pemerintah sebagai penyuluh pertanian lapangan atau PPL. Saya melakukan pendampingan semaksimal mungkin pada pagi siang hingga malam. Alat pengering yang ada di SP3T ini hasil panen menjadi aman dan mutu gabah menjadi bagus, sehingga harganya jauh lebih baik. Sebelumnya, kalau musim penghujan padi petani akan berjamur di sembarang tempat dan waktu, sehingga mutunya sangat rendah. Otomatis harga akan jatuh, namun berkat mesin pengering ini semua masalah itu dapat teratasi,” cerita Saep Nugraha seraya menoleh ke peralatan pengering di sebelahnya.

        Menurut dia, biasanya pada musim tanam pertama (MT-1) petani susah menjual hasil panen  karena kualitas jelek. Petani sangat rugi walaupun dijual kemana-mana. Namun, pada musim penghujan yang lalu semua panen bisa dibawa dan dijual di SP3T dengan harga yang bagus pada kisaran 4.300 rupiah per kilogram (kg) untuk gabah kering panen (GKP). Itu terjadi pada musim panen di Februari 2019 yang lalu. Bahkan dijual paling rendah sampai 4.000 rupiah per kg tidak ada juga yang mau beli.

        “Pada sekitar tiga tahun yang lalu sebelum mesin pengering ini ada, harga gabah petani di musim penghujan bisa mencapai harga 2.000 rupiah per kg karena mutu gabah sangat jelek. Sebab, setelah dua hari dipanen gabah tidak dijemur, sehingga banyak jamur dan padi menghitam,” katanya sambil menambahkan bahwa para petani sudah memakai varietas padi unggul, seperti Ciherang, Inbrida Padi Irigasi (Inpari)-32,Inpari-33 dan Inpari-42. Harga benih yang bukan bantuan mencapai 8.000 rupiah sampai 12.000 rupiah per kg.

          Menurut Nugraha, memasuki musim tanam pertanaman pada Oktober nanti telah mengimbau petani untuk menggunakan pupuk organik granul dan pupuk organik cair karena membantu kesehatan tanah. Selain itu bersama petani telah menyusun rencana definitif  kebutuhan kelompok (RDKK), melakukan perbaikan dan pembersihan  saluran air serta merencanakan kesertaan arusansi usaha tani padi (AUTP). *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang