SP3T Dibangun Desa Menggeliat Maju Tindak Kriminil Nyaris Habis Sirna
Wednesday, 25th September, 2019 | 1009 Views

TERSEBUTLAH DESA SUKASARI di Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis yang ternyata merupakan pusat lahan pertanian di kabupaten itu. Waktu tempuh ke desa itu dari ibukota kabupaten adalah sekitar dua jam naik mobil yang melaju dengan kecepatan rata-rata 45 kilometer per jam melewati Kota Banjar. Hamparan sawah yang sebagian besar berisigasi teknis mencapai 176 hektare (ha) dan itu adalah merupakan hamparan pertanian terluas di Kecamatan Banjarsari yang luas baku lahannya mencpai 2.130 ha. Artinya, pengerahan alat dan mesin pertanian atau alsintan, seperti traktor tangan maupun traktor besar roda empat bisa dimanfaatkan maksimal di Desa Sukasari. Kriminalitas telah terkikis habis dan sirna, lingkungan desa dan kecamatan semakin nyaman.

         Kepala Desa Sukasari Iyon Zainitriono menyampaikan bahwa di desanya terdapat tujuh kelompok tani (koptan) yang seluruh anggotanya sebanyak 350 petani. Petani yang masuk anggota koptan adalah warga yang tinggal menetap. Pemilik lahan di Desa Sukasari yang tidak tinggal di desa itu tetap menjadi anggota, namun statusnya tidak aktif. Kalau ada bantuan dari pemerintah mereka tetap dilibatkan.

Keuntungan Menggembirakan

         Menurut Iyon, keberadaan mesin pengering di desanya telah membawa manfaat yang banyak bagi warga di desa itu dan juga di sekeliling kecamatan. Manfaat pertama adalah harga jual di kala panen raya tidak anjlok. Bahkan cenderung mantap atau stabil karena petani menjual panenan tidak lewat tengkulak lagi, sehingga harga tetap berpihak kepada petani.

       “Berapapun hasil panen petani kami siap tampung dengan harga yang bagus tidak melalui sistem ijon. Kalau harga ijon kan harga dari tengkulak, berapapun harga yang mereka berikan kepada petani sesuka mereka, para petani harus terima saja,” demikian Iyon.

         Iyon juga menceritakan bahwa setelah mesin terpadu di SP3T mulai beroperasi, harga padi petani  dengan kondisi gabah kering giling atau GKG  pada keadaan kadar air 16 persen di harga 4.600 rupiah per kilogram (kg) sampai 4.700 rupiah per kg. Dan bertepatan pada panen raya yang lalu seluruh petani yang tergabung ke dalam kelompok tani mendapat keuntungan yang menggembirakan.

        Bagaimana bisa untung? Iyon mengatakan bahwa penjualan GKG milik petani itu tidak dilakukan lagi melalui kaki tangan tengkulak. Kendati demikian, pertanian daerah selatan kecamatan yang tidak terjangkau SP3T secara langsung harga padi GKG hanya di kisaran 4.300 rupiah hingga 4.400 rupiah per kg. Tetapi, para petani yang sudah tahu keberadaan SP3T di Desa Sukasari telah membawa gabah mereka. Bahkan dari kecamatan yang berdekatan juga sudah membawa gabah mereka ke SP3T. Sebab, memang selisih harga 300 rupiah per kg apabila dikalikan dengan volume beberapa ton hasil gabah petani itu adalah sangat besar.

Kriminalitas Telah Terkikis dan Menurun

        Kepala Desa Sukasari Iyon Zainitriono mengatakan bahwa tingkat kejahatan, seperti perjudian, pencurian yang disertai mabuk-mabukan telah menurun karena ada kegiatan bertani yang bersungguh-sungguh dan ada keuntungannya. Bahkan perceraian karena problem perekonomian juga semakin berkurang termasuk kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak dan perempuan sudah tidak terdengar lagi.

       “Pokoknya kami sangat senang ada SP3T. Kami bersyukur bukan saja karena perubahan perekonomian ke arah perbaikan, tetapi juga kriminalitas yang langsung berubah total. Desa kami ini makin aman. Ini bisa dibuktikan bahwa kawasan SP3T yang bernilai miliaran rupiah ini tidak dijaga personil pertanahan sipil atau hansip atau satuan pengaman. Tidak ada seorang petugas yang berjaga di sini sepanjang malam atau tiap hari, padahal aset SP3T ini termasuk gabah dan beras di dalamnya sangat mahal,” demikian Iyon dan diyakan oleh Asep Kurniawan, Pengelola SP3T Darma Usaha Desa Sukasari, Kecamatan Banjarsari, Ciamis.

SP3T Disepakati Berada di Sentra Produksi Padi

           Semula tempat pembangunan SP3T direncanakan di dekat permukiman warga dan aktivitas pendidikan dan bukan sentra produksi, namun setelah dilakukan evaluasi disimpulkanlah pembangunannya di atas tanah milik Desa Sukasari seluas 2.100 meter persegi dan dikelola oleh Kelompok Tani (Koptan) Darma Usaha Sukasari.

       Dana pembangunan penggilingan atau rice milling unit (RMU) beserta pengering (dryer) mencapai 491 juta rupiah, pemasangan listrik berikut transmisinya sebesar 120 juta rupiah dan mesin pengemasan beras (packaging) sebesar 114 juta rupiah. Untuk mesin dan perlengkapannya dikirim langsung oleh pihak Kementerian Pertanian. Pembangunannya dimulai pada pertengahan Oktober 2017 yang lalu.

          Menurut Pengelola SP3T Darma Usaha Sukasari Asep Kurniawan, fasilitas yang ada di SP3T itu adalah traktor roda empat, alat penanam benih, mesin pemanen multi guna (combine harvester) tiga unit, mesin giling gabah, mesin pengering, mesin pemoles beras (colour sortener) dan mesin pengemas beras dalam goni.

Manajemen dan Manfaat SP3T Saat Ini

          Selain untuk kebutuhan para anggota Koptan Darma Usaha Sukasari, SP3T juta menerima layanan jasa penggilingan padi untuk beras konsumsi partai besar maupun petani. Ongkos giling mencapai 200 rupiah per kg. Angka ini dikurangi oleh komponen lain yang mencapai 160 rupiah per kg, yaitu upah pekerja 60 rupiah per kg, susut karena pecah 25 rupiah per kg, arus listrik 35 rupiah per kg, cadangan pemeliharaan 20 rupiah per kg dan jasa memoles beras jadi putih sebesar 20 rupiah per kg. Jadi, keuntungan SP3T adalah 40 rupiah per kg.

            “Untuk penjualan kepada pihak Perum Bulog selain ongkos penggilingan sebesar 200 rupiah per kg, hal itu ditambah ongkos angkutan ke gudang Perum Bulog sebesar 75 rupiah per kg. Jadi, biaya operasional dan keuntungan kelompok tani mitra Perum Bulog adalah sebesar 35 rupiah per kg. Harga jual ke Perum Bulog adalah 8.030 per kg, jadi petani menerima sebesar 7.720 rupiah per kg setara beras,” demikian Asep Kurniawan.

            Untuk jasa atas mesin pengering gabah, Kurniawan menyebutkan, dari basah 25 persen menjadi kering 14 persen adalah 200 rupiah per kg. Secara umum gabah simpan petani kadar airnya masih tinggi, yaitu 18 persen. Dan untuk mendapatkan harga jual yang tinggi harus melalui proses pengeringan sampai kadar air sesuai standar 14 persen. Pihak SP3T menerima gabah pihak lain dengan ongkos sebesar 135 rupiah per kg.

            Kurniawan selanjutnya mengemukakan bahwa sejak SP3T Darma Usaha beroperasi hingga Agustus 2019 telah selesai mengeringkan gabah dan menggiling beras yang berasal dari Kecamatan Purwodadi, Banjarsari dan Banjaranyar untuk Kabupaten Ciamis. Sementara untuk Kabupaten Pangandaran dari Kecamatan Padaherang dan Mangunjaya, dari Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap dan dari Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

            Untuk pelayanan semua itu mesin pengering telah mengeringkan sebanyak 5 ton gabah, mesin giling padi sebanyak 4,8 ton beras. Beras tersebut disalurkan kepada pihak Perum Bulog sebanyak 3,3 ton dan kepada pihak Kementerian Sosial dalam program BPNT atau bantuan pangan non tunai untuk beberapa kecamatan dari dua kabupaten, yaitu Ciamis dan Pangandaran sebanyak 2 ton. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang