Prospek dan Tantangan Budidaya (Hulu)-Hilir Hortikultur Kabupaten Cianjur Era Pandemi Virus Korona
Sunday, 16th August, 2020 | 839 Views

 Pengantar Redaksi:

SEJAK ZAMAN KOLONIAL sudah diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari beberapa wilayah adalah sumber pangan negara hingga kini di era kemerdekaan. Satu dari wilayah itu adalah Kabupaten Cainjur berjarak 70 kilometer (km) ke Ibukota Bandung yang bisa ditempuh waktu normal sekitar dua jam dari Jakarta dengan laju rata-rata 30 km per jam selepas pintu tol Ciawi, Bogor. Secara khusus Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Perkebunan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur Mamad Nano,SP,MP berbicara tentang PROSPEK dan TANTANGAN BUDIDAYA (HULU)-HILIR HORTIKULTUR KABUPATEN CIANJUR ERA PANDEMI VIRUS KORONA di kantornya kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com belum lama berselang. Berikut tuturannya. Selamat menyimak.

        Untuk sektor pertanian secara keseluruhan memang tidak ada regulasi pembatasan di dalam protokol kesehatan. Misalnya, di sawah petani harus tiga orang atau dua orang saja. Aturan seperti itu tidak ada. Itu tidak ada. Artinya, untuk kegiatan di lahan pertanian, yaitu di sawah atau ladang maupun perkebunan tidak ada pembatasan. Jadi, bisa dikatakan  aktivitas para petani bisa berjalan normal. Hal itu berlaku untuk seluruh subsektor, yaitu tanaman pangan padi, jagung, semua kacang-kacangan serta semua umbi-umbian.

    Pembatasan juga tida ada pada subsektor peternakan, yaitu untuk semua unggas-unggasan, semua ternak kecil dan semua ternak besar termasuk pada subsektor hortikulutur, seperti semua sayur mayur, semua buah-buahan termasuk umbian yang dimasukkan golongan sayur, yaitu kentang, wortel, tomat, terung, bit atau lobak. Bahkan juga bunga-bungaan semua jenis. Tidak ada pembatasan untuk mengikuti protokol kesehatan yang diberlakukan di seluruh Indonesia.

 

Distribusi Dampak Negatif Virus Korona

    Namun, petani Kabupaten Cianjur justru menderita, padahal tidak dilarang bertani atau berkebun maupun beternak. Cuma dampaknya terhadap sektor pertanian yang meliputi subsektor tanaman pangan, subsektor peternakan, subsektor perkebunan dan subsektor hortikultur. Sangat berat. Untuk budidaya saya anggap telah selesai. Petani bebas bekerja.

      Dan di hilirnya? Ooh, sangat sulit. Itu terutama di hilir terhadap distribusi produksi. Ada keterlambatan. Dampak lanjutannya adalah pada pemasaran. Barang yang distribusikan ini kan hasil produksi kita. Ini secara de fakto banyak yang didistribusikan ke wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kota Depok dan sebagian ke Kota Bogor, padahal wilayah itu telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai zona merah terdampak virus korona.

     Kenapa? Sementara yang membawa sayuran ke daerah zona merah itu bisa mencapai 15 orang, sehingga timbul kekawatiran kita keterjangkitan virus itu dan dibawa ke lingkungan keluarga maupun lingkungan petani serta pedangang hasil pertanian. Memang sangat berisiko. Namun, melalui kerja sama kita dengan pihak Dinas Kesehatan yang memberi pendampingan untuk mengikuti health protocol bagi pelaku jaringan distribusi pertanian atau pangan, maka semua berproses dengan baik. Petani maupun pendistribusi hasil pertanian tidak ada yang terjangkit virus korona. Pemerintah Kabupaten Cianjur berharap mereka semua sehat karena mereka sangat dibutuhkan mengangkut produksi petani ke wilayah ibukota negara dan sekitarnya kendati zona merah.

     Hal kedua, di sektor pemasaran di Tanaman Pangan tidak begitu berpengaruh karena ini memang untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan produksi juga semakin meningkat begitu juga permintaan pasar bertambah luas. Untuk beberapa komoditi subsektor hortikultura terutama komoditi sayuran dari segi pemasaran tidak terjadi penurunan yang signifikan. Sebab, hal itu termasuk kebutuhan setiap hari sebagai pelengkap pangan setiap hari di meja makan.

     Produk yang terjadi penurunan sangat tajam di antaranya adalah bunga yang di Kabupaten Cianjur masuk subsektor hortikultur. Pengaruh virus korona sangat besar, seperti bunga krisan. Beberapa waktu yang lalu terjadi dua kali panen semuanya gagal di pemasaran. Atau seratus persen terbuang. Sebab, pasar bunga di DKI Jakarta, Bogor dan Bekasi  tutup, sehingga petani tidak bisa menjual bunga hasil produksi itu. Terkait pemasaran bunga yang gagal tersebut biasanya aktivitas resepsi pernikahan atau konferensi yang biasanya banyak membutuhkan bunga, total tidak ada karena larangan berpesta atau berkumpul. Akhirnya bunga yang diproduksi dibuang ke dalam sungai oleh petani.

Lahan Bunga Sementara Untuk Sayuran

    Mengetahui hal itu saya ambil inisiatif sendiri untuk turut memasarkannya melalui grup whatsapp dan saya bagikan (shared) di group Dinas Pertanian dan juga di grup kabupaten yang dipimpin bupati. Kepada manajemen rumah sakit juga saya sampaikan: INI ADA BUNGA KRISAN SEGAR PRODUKSI PETANI KITA, tolong kalau ada yang berminat dan berkenan beli, silakan hubungi petani secara langsung. Lalu banyak orang menghubungi petani. Dan petani terbantu dari kebangkrutan atau masalah ekonomi keluarga.

      Bupati Cianjur juga borong bunga. Semua dimanfaatkan menghiasi depan kantor bupati. Juga ditaruh pada setiap ruang kerja para staf dilingkungan kabupaten. Waah…semarak…terasa indah. Banyak komentar para pegawai maupun tamu pengunjung yang berurusan di kabupaten, “sering begitu senang sekali semua orang. Produktivitas  pegawai bisa lebih baik dan tinggi, para tamu juga senang walau menghadapi masalah kepengurusan administrasi. Sering-sering saja ya bunga begini indah dipajang…!”

     Kenapa bisa terjadi kantor bupati dan ruangan kerja semua staf dihiasi bunga warna-warni? Bupati sangat prihatin mengetahui kenyataan semacam itu. Bupati kami juga sekaligus membantu warganya yang berprofesi sebagai petani bunga krisan agar bisa menggerakkan ekonomi mereka. Bupati bersama kami juga melakukan kontak atau lobi kepada berbagai pihak di lingkungan kabupaten termasuk bank pemerintah dan swasta. Kalau ingin membantu petani langsung menghubungi petani. Harga tidak akan dimahalkan. Ya, ada yang beli hanya seikat. Atau dua ikat. Ada yang beli satu keranjang. Bahkan ada yang membeli satu mobil bak penuh.

      Ya, kami senang. Petani jadi senang. Warga serta pengusaha juga senang. Itu terutama terjadi pada panen kedua yang bertepatan Hari Raya Idhulfitri. Saya terus bagikan melalui whatsapps atau WA kepada banyak pihak. Datang banyak tanggapan dari berbagai daerah. Bahkan Direktur Hortikultura Kementerian Pertanian pesan untuk bingkisan atau parsel. Dan…begitulah, akhirnya petani bilang enakan di zaman covid-19 ini to? Pemasaran sangat lancar dan tidak capai. Para pejabat dan pengusaha langsung beli kepada petani. Nah, itu haaa haaa haaha…

     Untuk mengantisipasi dampak virus korona yang berkepanjangan kami dari Dinas Pertanian menganjurkan kepada seluruh petani untuk sementara ini mengkonversi dulu lahan mereka ke tanaman sayuran. Jadi, jangan dulu tanam bunga. Namun, sebagian kecil tetap tanam bunga. Memang ada juga hasilnya. Misalnya, harga satu ikat 8.000 rupiah. Bahkan ada yang mencapai 10.000 rupiah per ikat.

 Perkebunan Terpukul

      Secara keseluruhan petani di Kabupaten Cianjur yang merasarakan dampak buruk dari pandemi virus korona sesungguhnya hanya pada hilirisasi produk. Selanjutnya dari sisi buah-buahan tidak ada pengaruh juga. Untuk subsektor perkebunan di Kabupaten Cianjur ada 29 perusahaan yang berkaitan di subsektor perkebunan. Dampak virus korona ini sangat fatal terhadap mereka terutama untuk pemasaran.

      Terjadi penurunan yang sangat signifikan. Sebab, produk perkebunan lebih banyak untuk tujuan ekspor. Itu terjadi pada produk teh. Sebagai sentra teh nasional di Kabupaten Cianjur ada 29 perusahaan teh yang membudidayakannya pada lahan 25.000 hektar (ha). Sebanyak 14.000 ha adalah perkebunan rakyat.

     Pihak Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur telah melakukan pendekatan kepada pihak manajemen perkebunan teh. Hal itu bukan intervensi. Bukan. Kami melihat dan memikirkan bahwa di perkebunan bekerja ribuan warga Cianjur. Mereka menghidupi anggota keluarga antara tiga orang hingga enam orang lainnya. Ada harapan tidak dilakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK karena akan bermasalah secara sosial. Benih kriminalitas akibat pengangguran harus dihindari atau dicegah.

      Cara antisipasinya? Kami ajak pihak perusahaan berunding secara terbuka. Para karyawan atau buruh tetap memetik daun lalu disimpan di gudang. Kalau kondisi sudah kondusif untuk ekspor barulah diolah sedemikian rupa. Kendati demikian, seusai Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-75 akan diadakan rapat koordinasi dengan pengusaha teh yang ada di Kabupaten Cianjur. Tujuannya, untuk mencari jalan keluar terbaik menghadapi pandemi virus korona yang mungkin berkepanjangan. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang