PPL UPTD Ciranjang: Ooh Air..! Ooh Halado..! Di Sungai Masih Banyak Air Saat Halado, Tapi Tanam Padi Susah
Thursday, 20th August, 2020 | 891 Views

“BAGI KAMI PARA penyuluh di Kabupaten Cianjur khususnya di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pelayanan Pertanian (UPTD BPP) Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Jabar) tantangan paling besar adalah kebutuhan air untuk sawah.”

      Itulah pernyataan PPL Kecamatan Ciranjang Jana Sujana,SP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di Ciranjang, baru-baru ini.  Menurut Jana, UPTD BPP Ciranjang itu membawahi empat kecamatan, yaitu Haurwangi, Bojong Picung, Sukaluyu dan Kecamatan Ciranjang sendiri. Luas baku sawah (irigasi dan non irigasi) Kecamatan Ciranjang mencapai  1.832 hektare (ha), Kecamatan Bojong Picung 2.661 ha, Kecamatan Sukaluyu 2.546 ha dan untuk Kecamatan Haurwangi seluas 4.595 ha. Keseluruhannya mencapai luasan 11.634 ha.

         Dia menambahkan, para petani sudah sangat lama mengalami kesulitan menanam padi setiap musim halado atau kemarau, padahal air masih banyak di sungai. Dalam kaitan itu petani butuh bantuan pompa dan itu belum kunjung ada hingga musim tanam 2020 ini.

    “Kami para penyuluh bersama para petani berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan saluran air yang ada saja. Akibatnya, petani hanya bisa tanam padi dua kali. Selebihnya para petani menanam palawija. Namun, sesungguhnya bisa mencapai indeks pertanaman atau IP-3 di sini. Atau paling tidak IP-2,5 bisa dicapai,” demikian Jana. Dia didampingi oleh Kepala Tata Usaha (TU) UPTD BPP Ciranjang Wartini,SP,MP.

       Kondisi itu dibenarkan oleh Wartini dengan menambahkan bahwa persoalan air untuk sawah petani itu sudah lama menjadi perhatian berbagai pihak. Kebutuhan pompa itu sudah lama pula diajukan kepada pihak yang berwenang, namun selama itu pula belum bisa terwujud atau terealisasi.

      “Para petani di wilayah ini memang sangat berharap bahwa pompa untuk pengairan sawah pada musim kemarau itu dalam waktu dekat sudah ada. Dengan demikian, IP sawah irigasi bisa ditingkatkan dari IP-2 menjadi IP-3 dalam setahunnya. Hal ini menjadi tantangan besar bagi para penyuluh yang berhadapan langsung dengan petani,” ujar Wartini.

Hasil Panen Dibeli Tengkulak

       Jana Sujana menyebutkan bahwa selain persoalan air yang masih banyak pada musim kemarau, produksi padi petani setelah pascapanen hanya dibeli tengkulak. Harganya ditentukan oleh tengkulak sendiri dan semurah-murahnya. Dalam kondisi demikian pihak yang untung bukan petani, melainkan para pedagang atau tengkulak tersebut.

      Untuk pertanaman hingga panen pada 2020 ini tidak ada tanaman padi yang sampai puso kendati banyak hama, seperti tikus, wereng, blas, penggerek batang, kresek dan burung. Para petani yang mendapat pendampingan dari PPL bisa ditangani dengan baik termasuk serangan tikus dan wereng. Khusus penanganan serangan tikus dengan cepat ditanggulangi petani. Sebab, jika terlambat, biasanya petani akan kehilangan produksi sekitar 50 persen.

     “Dan kalau penggerek batang kerugian petani paling hanya 25 persen yang dinilai tidaklah begitu besar. Namun, melalui pengendalian terpadu bisa diatasi dan khusus untuk musim tanam sekarang serangan hama dan penyakit tidak begitu banyak,” sebut Jana.

      Selanjutnya dikatakan bahwa tanaman yang sudah berumur 15 hari sudah mulai diberi obat-obatan. Racun untuk penggerek batang harga 115.000 rupiah per botol berisi 50 mili dan itu dipakai untuk satu hektare. Apabila masih ada penyakit terutama pada umur 40 hari hingga 60 hari, maka tanaman diberi lagi obat atau racun hama. Harganya mencapai 200.000 rupiah per botol berisi 400 mili.

     “Kami para penyuluh memang sudah bekerjasama juga dengan petugas pengendali organisme pengganggu tanaman atau POPT. Ada pula semacam kerjasama dengan perusahaan obat tanaman atau racun hama dengan membuat lahan percobaan khusus atau demonstration plot seluas satu hektare dengan menggunakan produk perusahaan itu yang bisa dilihat olah para petani,” katanya.

    Selanjutnya Jana menuturkan bahwa para penyuluh selalu mengupayakan dan mengimbau seluruh petani agar mau tanam serentak. Tujuannya adalah untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan demikian, petani bisa mendapatkan hasil maksimal karena hama dan penyakit secara serentak pula bisa diatasi. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang