Petani Sambut Gembira Terobosan Baru Penanggulangan OPT WBC
Saturday, 14th September, 2019 | 1086 Views
|
Oleh Dr Ir Maman Suherman Sekjen Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI)

 

                    

Dr Ir Maman Suherman (Foto:sembada/rori)

Dr Ir Maman Suherman (Foto:sembada/rori)

                 

TENTU SAJA TIDAK dapat dipungkiri bahwa saat ini telah diterapkan suatu terobosan baru penanggulangan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada padi (Oriza) terutama hama wereng batang cokelat (WBC). Hama ini mulai menggerek batang padi saat malai mulai keluar dan sedang mengalami fotosintesa. Akibatnya, malai yang siap terisi bulir atau biji padi (Oriza sativa) menjadi kosong alias puso.

       Apabila hama WBC menyerang dalam jumlah yang sangat banyak atau masif, dipastikan petani mengalami kerugian yang mencakup tenaga, benih, pupuk dan racun OPT atau obat tanaman. Serangan yang masif diartikan bilamana pada satu rumpun didapat lebih 10 hingga 18 ekor. Ini menandakan bahwa di areal sawah tersebut sudah terjadi keadaan yang harus cepat diatasi atau ditanggulangi agar tidak menjadi wabah.

      Pemerintah secara proaktif melakukan berbagai tindakan sistematis dan terukur untuk menangani OPT WBC tersebut. Bersama para petani dilakukan pemusnahan tanaman sebelum merajalela dengan cara membakar. Kendati demikian, terkadang petani masih ingin memanen “seadanya” daripada dimusnahkan dengan harapan masih ada hasilnya.

Terobosan Baru

      Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Direktorat Perlindungan pada musim tanam Oktober (2017)-Maret (2018) yang lazim dikenal dengan tanam Okt-Mar memulai cara atau pola baru penanggulangan OPT WBC itu. Bisa dikatakan di sini bahwa pola itu adalah suatu terobosan yang sangat signifikan untuk penanggulangan OPT WBC yang memang sejak 2016 telah menimbulkan kerugian kepada petani dan sekaligus bagi pemerintah. Pola yang dimaksud adalah Budidaya Tanaman Sehat yang kini telah disosialisasikan kepada ratusan kelompok tani di puluhan provinsi.

       Pengenalan Budidaya Tanaman Sehat kepada petani tersebut diwujudkan  dengan menampilkannya pada demonstration area atau lebih dikenal dengan Dem Area yang memakai varietas unggul baru (VUB) Inbrida Padi Sawah Irigasi-33 (Inpari-33). Ada penerapan inovasi teknologi yang disertakan pada Budidaya Tanaman Sehat yang kini mulai digandrungi para petani, yakni (1) pengukuran potensial Hydrogen (pH) atau tingkat keasaman tanah yang menunjukkan kemampuan tanah menyerap atau menyimpan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman serta pengolahan dengan membajak hingga kedalaman 30 cm sampai 50 cm.

         Pola tersebut disaksikan langsung para petani, (2) pemakaian varietas padi secara bergantian untuk memutus rantai perkembang-biakan hama WBC, (3) penambahan tanah kapur atau dolomit sebanyak 1 ton per hektare untuk memampukan tanah menyerap unsur hara akibat pH yang rendah, terakhir (4) menambahkan pupuk organik di lahan yang telah miskin unsur hara.

          Walapun awalnya para petani terlihat ragu menerimanya, tetapi setelah para penyuluh dan petugas pengamat OPT menjelaskan maksud dan tujuan pengukuran pH dan pembajakan hingga kedalaman tertentu agar OPT yang ada musnah, para petani mulai mengerti. Sebagai contoh, di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang telah diperkenalkan Dem Area itu rata-rata pH tanah sangat rendah, yaitu pada angka antara 4-5. Itu memang bisa dipahami karena pemupukan yang terus-menerus dengan menggunakan pupuk kimia. Dengan demikian, untuk menaikkan keasaman itu menjadi “nomal” sampai sekitar 6-7 harus dipakai kapur, sebab hidup padi secara normal dan sehat pH tanah harus di kisaran enam hingga tujuh itu.

        Dalam kaitan itu semua pihak yang berkompeten di sektor tanaman pangan, misalnya di Jawa Barat, untuk mengubah pola pikir atau tradisi masyarakat terhadap hal yang “bagi mereka dianggap baru” selama turun-temurun, maka dikedepankan prinsip tutur-tinular dengan pendekatan KADELE (terlihat), KARABA (tersentuh) dan KARASA atau terasa. Petani diajak melihat Dem Area yang menerapkan inovasi teknologi benih, mekanisasi berkelanjutan untuk menangkal OPT dan penggunaan dolomit untuk menyuburkan tanah. Pendekatan KADELE, KARABA dan KARASA itu sesungguhnya telah dipakai di seluruh dunia dengan bahasa lain, yaitu AITEA (Awareness, Interesting, Trial, Evaluation and Adoption). Mengetahui atau memahami lebih dulu lalu ada ketertarikan, kemudian berniat mencoba, menilai dan menerapkannya.

        Setelah petani mendapatkan pencerahan, merujuk contoh di atas, para petani menyambut gembira pelaksanaan Dem Area itu. Memang pada kesempatan pertama sebagaimana dilakukan pada musim tanam lalu, para petani mendapat bantuan berupa benih, pupuk, kapur serta sarana produksi lainnya. Namun, bantuan itu terbatas hanya sekali. Sebab, melalui pendekatan KADELE, KARABA dan KARASA atau AITEA tersebut petani bisa melanjutkan pola bertani dengan prinsip BUDIDAYA TANAM SEHAT yang tentu saja akan menguntungkan mereka.

Apa Itu Budidaya Tanaman Sehat?

        Dengan memahami kata “sehat” tentu asosiasi pikiran kita adalah pada kekuatan. Memang demikian. Untuk tanaman sehat, bisa dipastikan ada kekuatan untuk melawan berbagai hal, seperti melawan penyakit (OPT), racun atau toksin atau karena sehat dan kuat akan menghasilkan panenan yang banyak. Kondisi begini pastilah menguntungkan dan itu pula yang diharapkan. Satu strategi menghadapi dan mengatasi hama pengganggu tanaman dimulai dengan mengintroduksi Budidaya Tanaman Sehat pada lahan yang dijuluki demonstration area atau Dem Area memakai varietas unggul baru (VUB) Inbrida Padi Sawah Irigasi (Inpari)-33. Lahan Dem Dem Area ini secara periodik diawasi pagi dan sore oleh petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), penyuluh, petani serta pejabat Dinas Pertanian.

         Hasilnya luar biasa melimpah dibandingkan dengan varietas lain, mencapai rata-rata 9 ton per hektare (ha) karena ada yang mencapai 10,2 ton per ha. Nah, siapa yang tidak tergiur atau gembira mendapat hasil panen dengan produktivitas yang tinggi begini? Dan mengapa hasilnya tinggi? Jawaban yang jelas dan tegas adalah karena hama telah diatasi dengan VUB Inpari-33 yang memang tahan hama, pengolahan tanah dan pemupukan yang benar.

         Ada laporan dari Kabupaten Cirebon bahwa pada tahun 2017 petani mendapat musibah puso seluas 3.433 ha, yaitu dari luasan tanam 93.972 ha menjadi hanya seluas 90.333 ha saat panen. Lahan seluas hampir 3.500 ha sama sekali tidak menghasilkan alias puso lantaran serangan OPT, yaitu wereng batang cokelat (WBC), virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput. Petani sangat dirugikan.

          Selanjutnya pengolahan tanah sempurna itu adalah dengan cara membalikkan tanah tersebut dengan alat bajak sawah sampai seluruh tunggul-tunggul akar padi atau jerami bisa terendam ke dalam tanah. Sebab, OPT berupa virus dan wereng batang cokelat (WBC) banyak terdapat pada akar padi. Jadi, kalau dibalikkan, maka penyakit tersebut akan lenyap hilang. Manfaat lain dari membalikkan atau pengolahan tanah sempurna dengan kedalaman 40 cm tersebut berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah yang telah lama dipakai petani dalam bercocok tanam, dimana tanah atau lahan itu tidak sempat istirahat.

       Setelah itu dipastikan populasi OPT akan sangat berkurang atau akan mati dengan membenamkannya dan memudahkan untuk ditanggulangi apabila masih ada pada saat tanam baru atau berpindah dari areal di sekitarnya. Tetapi yang jelas penanganan OPT sudah lebih mudah, sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk memberantas hama tidak lagi besar dan bisa dimanfaatkan pada kebutuhan mereka yang lain.

        Fakta yang dilaporankan dari beberapa provinsi yang memulai Budidaya Tanam Sehat dengan mengenalkan Dem Area, serangan OPT sangat berkurang dan hama yang muncul adalah OPT biasa yang mudah dikendalikan. Kini tidak terjadi lagi serbuan yang luar biasa seperti tahun sebelumnya. Sebagai dampak positifnya adalah hasil yang menggembirakan dan niat untuk menyiapkan benih Impari-33, mengolah tanah yang sempurna serta pemupukan yang berimbang.

        Melalui program Dem Area yang dilakukan pemerintah, para petani mulai mau ikut. Selain itu petani tahu persis dan menyadari bahwa kalau menanam varietas yang tidak tahan hama, maka mereka akan mengalami kerugian terus-menerus. Petani sudah menyadari bahwa varietas padi yang secara turun-temurun digunakan sangat rentan terhadap OPT, bukan saja WBC, tetapi juga hama lainnya. *

                        *Dr Ir Maman Suherman,MS adalah Sekjen Masyarakat Perbenihan Perbibitan Indonesia (MPPI) masa bakti 2015-2020

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang