PETANI KULON PROGO: Kami Rela Serta Bersyukur Ternyata Hutan Rakyat dan Semak Belukar Bisa Jadi Sawah, Ya Jadilah Demikian
Wednesday, 15th June, 2022 | 558 Views

WARGA DUSUN PAINGAN Desa Sendang Sari, Kecamatan Pengasih, Kabupatan Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak menyangka bahwa hutan desa bisa dijadikan sawah. Pemerintah kabupaten termasuk aparat desa menjanjikan cetak sawah baru seluas 25 hektare (ha), warga beberapa dusun di kecamatan itu merelakan pohon kelapa, melinjo, pisang, sukun, sengon, akasia dan bambu diratakan dengan tanah.

     “Betul kami tidak menyangka desa kami ini akan dijadikan sawah yang dicetak baru.  Memang ada beberapa pihak datang ke desa ini. Katanya itu tim Survei Investigasi Desain atau SID dan diinformasikan bahwa anggota Kelompok Tani Bina Mandiri dari Dukuh (Dusun) Paingan, Desa Sendang Sari akan mengusahai ladang yang akan dijadikan sawah tersebut karena kepemilikan sawah itu tetap warga desa. Jadi, kami merelakan semua pohon ditebang atau dibuldoser. Sebanyak 140 anggota kelompok kami juga bersyukur dapat pekerjaan baru sebagai petani di lahan masing-masing yang luas totalnya 25 ha,” ungkap Ngasijo (49), Ketua Kelompok Tani Bina Mandiri kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di gubuk persinggahan anggota kelompok tani binaannya di Dukuh Paingan, belum lama berselang.

    Ngasijo melanjutkan, lahan yang dicetak jadi sawah pertanian itu sebelumnya berupa hutan dan semak belukar. Warga desa di sini termasuk dirinya berpikir bahwa lahan mereka itu tidak mungkin dijadikan sawah dan warga tidak mungkin bercocok tanam. Sebab, persoalan utama tidak ada sumber air. Namun, kenyataannya pikiran itu buyar setelah disurvei beberapa kali dan diputuskan bakal dijadikan sawah. Warga pun dikumpulkan serta dikabari bahwa hutan desa serta semak belukar itu akan dijadikan sawah baru.

    “Kami dapat pekerjaan baru dan kami semua senang. Sebab, ketika ladang kami belum dijadikan sawah seperti sekarang,warga Dukuh Paingan ini bekerja serabutan. Ada yang beternak domba atau sapi ala kadarnya. Ada buruh pabrik. Buruh bangunan atau buruh petik ke kecamatan lain,” demikian Ngasijo yang punya dua anak dan satu putu atau cucu.

    Dia manambahkan bahwa setelah ada keputusan cetak sawah di lingkungannya, pihak kelurahan dan kecamatan bersama Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo mengadakan sosialisasi kepada masyarakat setempat. Awalnya penerimaan masyarakat masih ragu-ragu terkait kawasan yang sangat sulit dijangkau karena dipenuhi pepohonan, bambu dan semak belukar atau yang disebut warga sebagai hutan belantara akan bisa ditanami padi.

   “Belum lagi dalam pikiran warga bagaimana mendapatkan dana untuk mengerjakannya. Sebab, warga di desa kami rata-rata miskin dan berpenghasilan sangat rendah. Ternyata semua kegiatan yang terkait dengan sawah baru itu didanai Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui Dinas Pertanian. Warga yang belum berpengalaman bertani pun didampingi setiap hari,” Ngasijo menegaskan sembari menambahkan bahwa berkat kerja keras pihak Dinas Pertanian Kulon Progo semua bisa terwujud sesuai yang direncanakan.

Ingin Mendapat Sawah

    Menurut Ngasijo, para anggota Kelompok Tani Bina Mandiri sangat bersemangat bercocok tanam di lahan milik sendiri. Sebab, tanaman petani yang sudah mengikt cetah sawah sudah tumbuh bangus dan hasilnya sangat menggembirakan. Melihat fakta tersebut warga lain yang belum memiliki sawah berkeinginan menyerahkan ladang mereka dijadikan sawah. Pembukaan lahan baru dimulai pada 2021 yang lalu dan sekaligus ditanami. Itu sudah pertanaman yang ketiga. Tanaman pertama padi lalu panen, disusul tanaman padi kedua dan ketiga palawija.

   Disebutkan bahwa pada pertanaman pertama dan kedua itu adalah padi nutrizink yang dimanfaatkan pemerintah bagi anak kerdil atau stunting akibat kekurangan gizi. Para petani pun kini sudah merasakan penambahan pendapatan karena hasil tanaman bagus. Rata-rata petani di Pedukuhan Paingan baru pertama kali punya sawah sendiri setelah cetak sawah dari ladang mereka masing-masing itu. Bisa dikatakan rata-rata baru dua tahunan belakangan terakhir jadi petani karena sebelumnya hanya punya ladang berupa semak belukar yang hasilnya sangat kecil.

   Adapun hasil panen dari pertanaman pertama yang lalu itu baru mencapi 7,1 ton per ha dengan harga padi kering panen (PKP atau GKP-gabah kering panen)  4.200 rupiah per kilogram (kg) dari petani. Untuk beras harganya 7.500 rupiah per kg. Setelah panen kedua ada peningkatan harga PKP menjadi 4.400 rupiah per kg, sedangkan untuk beras menjadi 8.000 rupiah per kg.

Permasalahan Sawah

   Saat ini, Ngasijo bercerita, pertanaman padi di lahan sawah baru itu sudah yang kedua dengan umur sekitar  dua  bulanan pada akhir Juni 2022. Dari pertumbuhannya sudah terlihat bagus. Artinya, belum ada tanda-tanda serangan organisme pengganggu tanaman atau OPT yang merusak. Walau ada serangan sedikit langsung bisa diatasi.

  Untuk varietas padi nutrizink yang gabahnya ramping dan kecil ketika diolah atau digiling berasnya mudah remuk atau pecah. Para petani mengeluhkannya karena banyak menir atau istilah di kalangan pedagang broken beras itu sangat tinggi. Bisa hingga 40 persen, tetapi petani sudah bersepakat untuk menyiasati penjemuran saat pascapanen. Selain itu di penggilingan akan lebih dicermati pengaturan sosohnya.

   Menurut dia, para petani sedang mengalami permasalahan di sawah yang baru dibuka tersebut. Jaringan irigasi tersiernya masih berbentuk tanah atau belum permanen berupa beton. Akibatnya, sering ambrol atau runtuh tergerus air. Kendati ada masalah demikian, diharapkan pada pertengahan Agustus 2022 mendatang sudah bisa panen, sekaligus ada harapan hasilnya menggembirakan. Dan untuk hasilnya para petani mengharapkan pula ada pihak yang membeli atau menampung, sehingga petani makin bersemangat. * sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang