Petani Desa Cijalingan, Sukabumi: Kami Anggota Kelompok Tani RAHARJA Berharap Pertanaman Calon Benih Padi Seluas 3 Hektare Berhasil Gemilang
Monday, 30th August, 2021 | 747 Views

PEMERINTAH SANGAT MENGHARGAI para petani yang menerima bantuan untuk pengembangan Desa Mandiri Benih (DMB) masih terus melangsungkan usahanya. Bahkan pemerintah akan terus mendukung usaha para petani yang mampu mengembangkan usaha pertanian termasuk benih dan budidaya serta memasuki perdagangan ke pasar bebas melalui toko atau pasar-pasar tradisionil.

   Sebagaimana pengungkapan Egen Suganda yang merupakan Ketua Kelompok Tani Raharja di Kampung Cicande Hilir Desa Cijalingan, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi yang sekaligus juga Ketua Gabugan Kelompok Tani (Gapoktan) Gemah Ripah  bahwa pihaknya selain bermitra dengan beberapa pengusaha, juga harus melayani petani anggota dan petani lain yang bukan anggota kelompok tani Raharja. Sebab, ada saja petani yang membawa padi mereka satu ton hingga dua ton untuk disimpan di gudang atau diproses menjadi beras.

    Dari penuturan Suganda, pada 2015 Kelompok Tani Raharja mendapat bantuan gudang dan lantai jemur dari pemerintah, padahal sebelumnya para petani tidak mempunya mesin pembersih padi maupun lantai jemur. Setelah ada program Desa Mandiri Benih atau DMB itu para petani berkesempatan untuk memperbanyak kapasitas penyimpanan.

    Jauh hari sebelum mendapat bantuan, untuk satu kuintal saja para petani memakai alat tradisional. Bantuan yang terkait dengan DMB adalah pergudangan, timbangan dan kereta tiga roda. Semua masih dirawat oleh anggota kelompok tani itu. Dan saat ini yang terkait dengan program DMB itu sudah mencapai lima hektare, tetapi yang kini sedang dilaksanakan pertanaman baru seluas tiga hektare. Lokasinya ada di sekitar Desa Cijalingan. Bahkan pematang sawah pertanaman itu menempel saja dengan dinding lantai jemur karena begitu dekatnya.

 Pengaruh Positif Kepada Petani Tetangga Desa

    “Kalau tanpa bantuan, kami menanami lahan rata-rata tiga hektare hingga empat hektare setiap masa tanam, dimana seluas dua hektare di antaranya saya kelola sendiri untuk benih. Jadi, ada bantuan atau tidak ada bantuan lahan seluas dua hektare tersebut tetap saya tanami benih. Hal itu sudah menjadi kebutuhan dan keputusan. Memang ada P3B seluas lima hektare termasuk yang tiga hekatare. Kalau misalnya para petani ingin menanam padi untuk konsumsi, lahan seluas dua hektare tidak akan berubah. Tetap untuk penangkaran benih. Jadi, ada bantuan atau tidak, lahan seluas dua hektare kami pertahankan untuk penangkaran benih. Kondisi demikian lantaran sangat terkait dengan cuaca yang terus hujan tak menentu. Kami Anggota Kelompok Tani RAHARJA Berharap Pertanaman Calon Benih Padi Seluas 3 Hektare Berhasil Gemilang,” Egan Suganda melanjutkan ceritanya.

    Mengenai pengembangan lahan di luar lima hektare yang ditanami petani anggota Kelompok Tani Raharja itu memang telah dilakukan di luar Desa Cijalingan. Tujuannya terutama adalah untuk menunjukkan kepada petani di desa lain tentang kebutuhan penangkaran benih. Dengan demikian, para petani di berbagai desa semakin dikenal para petani. Para petani dan pengurus Raharja bertekad memperluas pertanaman.

    Ya itu tenta saja. Dan seharusnya demikian. Harus ada peningkatan pasar agar tujuan program DMB benih dan kualitas padi yang dihasilkan betul-betul mampu meningkatkan taraf hidup petani. Artinya, ekspansi pasar harus dilakukan. Kenyataannya memang hal semacam itu perlu didukung Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi Ir Dosen A.Karmana, para petani sebagian ada yang mendapatkan kredit usaha rakyat sebesar 50 juta rupiah per kelompok tani untuk pembiayaan 12 ton calon benih padi. Memang pelaksana kredit usaha rakyat masih membedakan pembelian gabah untuk konsumsi dan untuk calon benih.

     Padi calon benih yang bisa dihasilkan dari lahan petani untuk setiap panen mencapai 5 ton per hektare (ha). Saat ini di lokasi pertanaman sudah bisa dibudidayakan sebanyak tiga kali atau indeks pertanaman (IP)-3 dalam setahun. Hal itu dimungkinkan karena lahan petani mendapat aliran air dari irigasi teknis yang telah tersedia.  Dengan demikian, dalam setahun bisa didapat sebanyak 15 ton per ha.

    Menurut keterangan Egen Suganda, pada gilirannya benih yang didapat setelah ditangani dengan benar yang tersisa sebanyak 97 persen karena ‘losses’ atau penyusutan hanya mencapai tiga persen, yaitu saat panen, pasca panen termasuk saat penjemuran. Calon benih itu disimpan di gudang milik Kelompok Tani Raharja yang kepasitasnya mencapai 10 ton, tetapi keterisian itu akan ‘keluar-masuk’ sesuai kebutuhan pertanaman calon benih maupun pada untuk konsumsi.

     Menjelaskan keterangannya, menurut Egen Suganda menyebutkan bahwa harga penjualan ke kios adalah 9.500 rupiah per kilogram (kg). Kalau dari sesama petani ke gudang DMB milik Kelompok Tani  Raharja adalah 9.000 rupiah per kg. Kantung atau kemasan benih dan labelnya dibuat sendiri oleh Gabungan Kelompok Tani Gemah Ripah atau Kelommpok Tani Raharja. Hal itu terjadi karena kedua organisasi itu ketuanya adalah Egen Suganda sendiri.

   Bagaimanapun program DMB telah membawa manfaat besar kepada para petani. Misalnya, pengakuan Egen Suganda bahwa sebelum mendapat bantuan dari program DMB itu para petani sangat terbatas dan kesulitan untuk menyimpan hasil panen termasuk menyimpan benih. Bahkan disebut-sebut mutu benih juga tidak bisa dijamin atau diakui bisa tumbuh dengan baik. Produktivitasnya tidak bisa dijamin tinggi.

   Setelah ada bantuan dari pelaksanaan program DMB semuanya telah berubah. Benih dijamin mutu dan daya tumbuhnya karena telah disertifikasi para ahli dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih yang ada di ibukota provinsi. Bahkan pada saat sekarang sudah ada penugasan staf pengawasan benih di tingkat kabupaten untuk mempersingkat proses pengawasan. Dalam kondisi sekarang, sertifikasi benih telah bisa dilakukan petani secara elektronik atau melalui internet. Hal ini sangat menolong dan menghemat biaya, waktu dan tenaga para petani.

    Hal menarik yang dilakukan para petani Kelompok Tani Raharja adalah kesadaran untuk maju bersama untuk pengolahan calon benih maupun gabah untuk konsumsi, yaitu secara bergotong-royong atau swadaya memperluas lantai jemur dan gedung untuk gudang. Jadi, penghasilan para petani sudah berubah dan meningkat secara berarti.

Kemampuan Taraf Hidup Meningkat

    Itu bisa didengar dari tuturan Egen Suganda bahwa semua petani yang menjadi anggota Kelompok Tani Raharja sekaligus anggota Gabungan Kelompok Tani Gemah Ripah sudah mampu menyekolahkan anak hingga sekolah menengah atas. Bahkan ada yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan mengikuti kuliah di berbagai jurusan.

   Hal lain yang telah mengubah pola hidup dan taraf hidup masyarakat adalah kondisi struktur sosial masyarakat yang makin baik dan bermakna. Misalnya, warga masyarakat yang sibuk bertani dan mengurusi perawatan budidaya padi secara pasti walau perlahan seiring waktu tidak meleburkan diri pada perjudian atau tindak kriminal lainnya.

   Rumah warga yang rajin meneruskan pertanian moderen juga berubah lebih sehat dan lebih baik. Masyarakat makin berpikir positif untuk meningkatkan taraf hidup melalui pertanian yang memang memberi hasil yang sesuai dengan kebutuhan rumah tangga. Dampak positif lainnya adalah ada pertumbuhan kelompok tani dan anggotanya, yaitu tiga kelompok tani yang bersepakat bernaung di Gabungan Kelompok Tani Gemah Ripah.

    Seiring perkembangan yang menggembirakan ternyata di Kecamatan Cicantayan itu sudah ada kesepakatan antara Gapoktan Gemah Ripah dengan Pemerintahan Desa agar lahan pertanaman padi yang ada jangan dikonversi menjadi perumahan atau sejenisnya. Dan hal itu sudah diamini aparat desa, sehingga para petani tetap bisa mempertahankan lahan yang ada untuk penangkaran benih dan meningkatkan mutu sekaligus pendpatan para petani anggota. *Catur Setyawan,STP,MSi dan Retno Setyaningsih,SP,MP.

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang