Peringati Hari Pangan Sedunia (HPS) Ke-39, Para Breeder Terbaik Raih Penghargaan
Saturday, 2nd November, 2019 | 997 Views

KUNCI UNTUK KESUKSESAN dan keberlangsungan penyediaan benih unggul dan pembangunan pertanian berkelanjutan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan atau public private collaboration (PPC), yaitu pemerintah, universitas dan perhimpunan pemulia (breeder) dan produsen benih. Satu dari beragam isu strategis untuk pembangunan perbenihan adalah peran pemulia dalam merakit varietas unggul.

          Menginisiasi penghargaan atas dedikasi dan peranan strategis breeder,  Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI) bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) memberikan penghargaan kepada  enam pemulia tanaman atau breeder terbaik Indonesia. Hal itu juga atas inisiasi perusahaan benih sayuran tropis hibrida PT East West Seed Indonesia (Ewindo) atau dikenal dengan CAP PANAH MERAH, dimana pemberian penghargaan yang dilaksanakan sebagai rangkaian peringatan Hari Pangan  Sedunia (HPS) Ke-39 pada tanggal 2-5 November 2019 yang di Indonesia dipusatkan di Kendari,Sulawesi Tenggara.

       Pemberian penghargaan tersebut dilakukan baru-baru ini yang dikaitkan dengan acara Seminar Nasional & Indonesian Breeder Award 2019. Acara tersebut dihadiri Rektor IPB Arif Satria, Managing Director Ewindo Glenn Pardede, Ketua PERIPI Prof Dr Muhamad Syukur serta akademisi, breeder serta pemangku kepentingan perbenihan dari seluruh Indonesia.

Kecil Perhatian Pemerintah Kepada Pemulia

         Menurut Rektor IPB Prof Dr Arif Satria, para breeder memiliki peran strategis dalam mengembangkan varietas unggul. Inovasi perbenihan kunci pembangunan pertanian kerberlanjutan, benih sebagai komponen terkait, berdampak paling besar untuk keberhasilan. Ketersediaan benih unggul merupakan satu solusi penyediaan pangan masa depan. Benih unggul adalah satu di antara sarana produksi yang memegang peran penting dalam peningkatan produksi, mutu dan standar kualitas produk tanaman pangan dan hortikultura.

           “Benih menjadi salah satu komponen kunci dalam pencapaian perwujudan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045. Oleh sebab itu penemuan varietas unggul baru, pengembangan kualitas benih, penyebaran maupun pengawasan dan pengendaliannya merupakan kerangka dasar untuk membangun kedaulatan benih di Indonesia,” demikian Arif Satria seraya menambahkan bahwa pada 2025 populasi Indonesia diperkirakan mencapai 270 juta jiwa dan membutuhkan ketersediaan pangan.

          Dalam kaitan itu Ketua PERIPI Prof Dr Muhamad Syukur menegaskan bahwa perhatian pemerintah bagi breeder masih kecil, padahal benih adalah faktor utama aktivitas budidaya dan upaya peningkatan hasil produksi. Semua pihak harus mengingat bahwa tantangan untuk memenuhi kebutuhan pangan cukup berat seiring dengan produktivitas lahan yang merosot. Selain itu laju konversi lahan pertanian ke non-pertanian, yakni sekitar 50 ribu ha per tahun sangat tinggi. Bahkan perubahan iklim serta degradasi kualitas sumber daya alam akibat dari proses pembangunan yang tidak ramah lingkungan sangat mempengaruhi kondisi lahan untuk budidaya.

         Secara terpisah Managing Director Ewindo Glenn Pardede mengatakan bawa penghargaan yang diberikan merupakan bentuk apresiasi tertinggi kepada para pemulia tanaman. Para pemulia telah mendedikasikan hidupnya untuk merakit varietas unggul baru yang berdampak pada peningkatan mutu dan kualitas hasil pertanian Indonesia.

     “Breeder memegang peranan penting dalam menyediakan varietas unggul yang dapat memberikan nilai tambah dan kesejahteraan bagi petani,” demikian Glenn Pardede, sembari menambahkan bahwa para pemulia yang mendapat penghargaan Kategori Pangan dan Hortikultura

       Mereka adalah Dr Yudhistira Nugraha,SP, MS sebagai pemulia dari BB Penelitian Padi (Litbang Pertanian Kementan), Darmin (petani) sebagai pemulia padi varietas Inpari 44 Agritan serta Prof Dr Suwarto,MS (rektor Unsoed Purwokerto) sebagai pendaftar banyak varietas pangan, seperti kedelai. Lainnya adalah Sumanah (petani perempuan) sebagai inovator benih horti, Ir Rebin dari Balai Penelitian Buah (Litbang Pertanian Kementan) sebagai pemulia mangga dan Ir Fatkhu Rokhman, MS dari PT East West Seed Indonesia sebagai pemulia tanaman timun-timunan, seperti semangka, melon dan labu.

Tomat Servo F-1 Capai 73 Ton Per Hektare

         Selain enam breeder terbaik di bidang pangan dan hortikultura, pada kesempatan yang sama juga diberikan penghargaan lifetime achievement kepada Prof Dr Ir Sriani Sujiprihati,MS (alm) atas dedikasinya dalam pemuliaan tanaman pepaya Calina, Prof (Emeritus) Dr Ir Sjamsoe’oed Sadjad atas dedikasinya mengembangkan benih di Indonesia, Prof (R) Darman M Arsyad atas dedikasi pemuliaan tanaman kedelai serta Mulyono Herlambang atas kegigihannya dalam mengembangkan varietas sayuran unggul serta kegiatan knowledge transfer yang dijalankan.

     Menurut Manager Communication Marketing PT East West Seed Indonesia Retha A.Dotulong mengatakan bahwa saat ini para petani sayuran mengalami banyak tantangan atas perubahan iklim atau climate change sejak beberapa tahun terakhir. Hal itu berdampak pada penurunan hasil produksi dan kerentanan terhadap hama penyakit.

       “Banyak tantangan yang dialami para petani akibat perubahan iklim, sehingga diperlukan penanganan pertanian secara komprehensif untuk menuju pertanian berkelanjutan,” demikian diungkapkan Retha kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Bogor, beberapa waktu lalu.

          Ia menambahkan bahwa pihak Ewindo telah menemukan dan melepas lebih dari 150 varietas unggul bermutu kepada petani Indonesia. Satu varietas unggul yang ditemukan EWINDO adalah benih tomat Servo F-1 khusus untuk dataran rendah. Tomat varietas unggul tersebut menjadi fenomenal di kalangan petani karena produktivitas komoditas tersebut bisa mencapai 73 ton per hektare (ha). Selain itu tomat Servo F-1 kuat terhadap serangan virus gemini, penyakit bercak daun dan phytophthora serta tak mudah rusak ketika dibawa dari lahan pertanian ke pasar. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang