Penyuluh Mulyana Hadi,SP: Petani Kecamatan Bojong Picung Cianjur TANAM RAYA Padi Seluas 2.758 Ha
Thursday, 16th July, 2020 | 726 Views

MEMANG KINI SAWAH para petani di Kabupaten Cianjur sudah siap Tanam Raya dan tidak terkecuali di Kecamatan Bojong Picung juga siap Tanam Raya dengan Gerakan Percepatan Olah Tanam atau GPOT. Luas pertanaman di kecamatan itu mencapai 2.758 hektare (ha)

 

      Para petani sudah menyadari pola tanam serempak lebih menguntungkan karena hama tertangani secara kompak dan penggunaan air mencukupi. Selain hal itu pada saat panen tidak terkendala lagi untuk pengeringan karena di Bojong Picung sudah ada Sentra Pertanian Padi Terpadu (SP3T) bantuan pemerintah yang mampu mengeringkan gabah sebanyak 10 ton selama 8 jam sekali proses.

        Demikian penjelasan Mulyana Hadi,SP, Koordinator Penyuluh Kecamatan Bojong Picung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Desa Cibarengkok, Kecamatan Bojong Picung, Cianjur. Dia didampingi oleh Penyuluh Tanaman Pangan Kecamatan Bojong Picung Dadi Darisman,SP.

       Menurut Mulyana, pada musim tanam (MT) kedua April-September 2020 para petani telah menyadari manfaat yang diperoleh kalau menanami sawahnya serempak. Semua anggota kelompok tani telah sepakat menanam padi tidak terpisah-pisah. Pada musim tanam pertama atau Oktober-Maret yang lalu para petani masih sesuka hati sesuai kesempatan yang ada.

       “Tetapi pada musim tanam April-September ini sudah muncul kesadaran untuk menanam secara bersama-sama. Bahkan sudah mengarah ke gotong-royong. Hal ini sangat menggembirakan karena akan bisa mengantisipasi kemunculan hama dan penyakit lainnya. Pada saat tanam yang lalu berbagai hama merusak padi sampai menimbulkan kerugian hingga 30 persen,” demikian Mulyana.

          Selanjutnya dia menyebutkan bahwa hasil panen di Kecamatan Bojong Picung yang mencapai luasan 2.758 ha rata-rata hanya 5,5 ton per ha. Dari luasan tersebut di Desa Cibarengkok terdapat seluas 239 ha yang hasilnya juga rata-rata hanya 5,5 ton per ha. Artinya, ada hamparan yang sampai 6,5 ton per ha, tetapi juga ada yang hanya 5 ton per ha.

      “Padahal pada panen tahun lalu bisa mencapai 7 ton per ha hingga 8 ton per ha. Kondisi itulah yang mencorong petani mau bertanam serempak. Dan kami para penyuluh terus memotivasi petani agar bersama-sama mengurangi kerugian dari dampak serangan hama,” Mulyana menambahkan.

Antisipasi Kekeringan

        Menurut Dadi Darisman,SP, saat ini para penyuluh di Kecamatan Bojong Picung sudah ancang-ancang mengantisipasi kedatangan kekeringan atau kemarau di tahun ini. Para petani sudah diedukasi dengan melibatkan secara langsung merawat tali air yang ada termasuk saluran irigasi tersier maupun pintu-pintunya.

        Dia menambahkan, para petani secara bergotong-royong sudah membersihkan rerumputan dari sisi selokan atau saluran air. Selain itu saluran air yang masuk ke persawahan seperti di Desa Cibarengkok dari irigasi primer dan sekunder Cibarengkok sudah diperdalam, sehingga air mengalir secara teratur dan lebih efisien. Kalau muncul kekeringan atau kemarau pada tahun ini air tetap masih tersedia dan lancar alirannya.

     “Dalam hal ini para petani bisa lihat langsung bahwa air yang ada tidak mubazir terbuang, melainkan bisa langsung dimanfaatkan mengaliri sawah mereka karena saluran bersih dari rerumputan dan dasarnya tidak dipenuhi lumpur sedimen,” demikian Darisman sembari menambahkan bahwa kondisi seperti itu akan diupayakan menjadi kebiasaan para petani. *sembada/rori/henry

 

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang