Moga Terwujud: “Kami Memang Ingin Wira Usaha Sektor Pertanian”
Friday, 13th April, 2018 | 1382 Views

 

PARA ANAK MUDA itu bernama Mukhtar Luthfi (24) dan Ade Siti Mulyati yang berniat besar mendampingi petani dan ingin jadi wira usaha muda di sektor pertanian. Mereka yang telah bergelar sarjana ini direkrut secara khusus melalui kerjasama antara Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia untuk mendampingi para petani di Kabupaten Subang, Provinsi  Jawa Barat (Jabar).

Mewakili sembilan sarjana rekan mereka mendampingi petani di Kabupaten Subang, Mukhtar (Sarjana Institut Pertanian Bogor/IPB) berujar bahwa dirinya sangat berhasrat mencari informasi tentang petani dan sektor pertanian. Para sarjana pendamping petani itu direkrut pihak Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor—kini berubah nama menjadi Politeknik Agribisnis Pertanian dengan beberapa perguruan tinggi melalui kesepakatan kerjasama pemberdayaan para sarjana yang baru lulus.

Menurut Mukhtar, hal yang mereka dapati di desa belajar bagaimana para petani menghadapi tantangan pertanian terkait dengan musim dan harga jual hasil bumi yang sering merosot dan mendengar keluhan mereka tentang kesulitan mendapat benih, pupuk yang langka dan pestisida yang mahal. Selain itu juga menyangkut hama, seperti wereng cokelat dan tikus. Tetapi Mukhtar melihat sendiri saat panen di Dem Area dengan padi varietas unggul Inpari-33, petani merasa puas mendapatkan hasil yang bagus.

“Kalau dicermati kehidupan petani bisa dikatakan bahwa hingga kini sering terpojok. Contoh, hasil panen padi murah, sementara pestisida mahal dan pupuk langka. Kalau dilihat secara sederahana saja tanpBahkan tambah rugi lagi kalau saat panen tidak ada alat pengering, sehingga padi petani itu ditawar saudagar dengan harga sangat murah. Ini yang kami cermati,” kata Mukhtar.

Dia menambahkan, apabila panggilan jiwa menjadi wirausahawan muda di sektor pertanian itu tentu hal yang menjadi perhatian utama adalah harga. Hal itu bisa disiasati apabila padi dipanen masak betul kemudian dikeringkan sampai kering betul, sehingga pihak Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) sigap membelinya tanpa embel-embel rendemen.

“Itu kalau di subsektor tanaman pangan palawija. Tetapi, ke depan saya lebih tertarik melakukan usaha di subsektor hortikultura, namun kegalauan petani secara umum bisa saya dapatkan selama dua bulan mengikuti pendampingan di sini, seperti masalah harga dan hama,” ini cerita Mukhtar seraya menambahkan bahwa selama tinggal di desa bersama petani terasa dan terlihat bahwa petani sudah senang dengan varietas padi Impari-33 yang diperkenalkan pemerintah melalui Dem Area Budidaya Padi Sehat..

Secara terpisah Ade Siti Mulyati (Sarjana Univ.Pakuan Bogor) memaparkan minatnya bermitra dengan petani. Selain dari spirit yang didapat dari orangtua yang secara turun-temurun menjadi petani di Kabupaten Bogor, Jabar, ia akan berani menjadi wirausahawan muda di sektor pertanian. Seusai pendampingan selama dua bulan di Kabupaten Subang, Siti Mulyati akan melakukan perenungan apakah nantinya akan berwira usaha di budidaya atau sarana produksi (saprodi) atau di pascapanen semisal pengolahan. Tujuh sarjana lainnya berasal dari Univ.Mercu Buana Yogyakarta, Univ.Padjadjaran Bandung, Univ.Suadaya Gunung Jati Cirebon (dua orang) dan IPB Bogor (tiga orang lagi).

“Pilihan terbaik pasti akan muncul nanti seusai pendampingan ini. Ternyata petani Indonesia menghadapi banyak permasalahan yang sering luput dari perhatian mahasiswa termasuk oleh pemerintah sendiri. Petani Indonesia masih jauh dari hidup layak. Jangankan sejahtera, hidup cukup saja tak tergapai,” demikian Siti, sembari berujar “ooh petani negeriku sudah 71 tahun merdeka masih sama saja tingkat hidupnya, sedangkan pedagang yang tak punya lahan meraih laba berlipat ganda.” *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang