Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit: Ulat Grayak OPTK Kuat Hadapi Racun, Titik Tumbuh Jagung Terus Dilahap Sampai Jagung Mati
Wednesday, 8th January, 2020 | 890 Views

 

Pengantar Redaksi:

Menyangkut ulat grayak Spodoptera frugiperda dari Amerika  yang sangat ganas bahkan ‘bertarung’ sampai mati dengan cara kanibal di pucuk jagung untuk merebut makanan pada titik tumbuh jagung yang baru tumbuh. Setiap pokok jagung muda selalu ditemui hanya seekor Spodoptera frugiperda kendati sebelumnya ada dua atau tiga ekor. Ulat yang tersisa adalah yang terkuat. Berikut testimoni para praktisi di sektor pertanian yang mengamati perilaku hama dan menindaknya karena merugikan serta berusaha melindungi tanaman jagung dari kematian akibat serangan ulat grayak Amerika. Mereka adalah Iwan Purnama, Kepala Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) Wilayah I Serang, Provinsi Banten serta Fungsional Petugas Pengendali Organisme Tumbuhan (POPT) Instalasi LPHP Wilayah I Serang Tb Fahmi Adam,SP. Lainnya adalah Rama, SP sebagai Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Pangendangan, Desa Camplang dan Desa Bojot, Zainuddin,SP sebagai Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Suprait sebagai Ketua Kelompok Tani Harapan Jaya II Desa Bojot, Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Juga ada buruh tani bernama Arwati.

Iwan Purnama:

      Wilayah kerja saya mencakup Kota Serang, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kota Cilegon atau dengan kata lain meliputi dua kabupaten dan empat kota. Pada 2019 serangan pertama ulat grayak itu di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Itu terjadi sekitar awal tahun atau kuartal pertama 2019. Tanaman yang sedang vegetatif, tumbuhnya tidak maksimal karena yang diserang ulat itu adalah titik tumbuh. Akhirnya tanaman jagung  mati.

     Jadi, si bunga jantan  tidak keluar. Jagung itu tidak bisa kawin, sehingga tidak menghasilkn bakal buah. Begitupun untuk daerah Jawilan kalau dibilang puso angkanya tidak seluas angka tanam yang diserang. Ada juga yang terselamatkan. Tanaman jagung yang sudah mulai tua yang sudah keluar tongkol juga diserang, tetapi selamat sampai panen.

    Kebetulan pada waktu musim tanam itu adalah musim kering tidak ada hujan  otomatis petani tidak tanam jagung, pada awal November hingga Desember petani berani tanam karena hujan baru turun.  Para petani di sebagian wilayah yang merasa hujan sudah cukup mulai menanam. Ternyata setiap kali petani tanam jagung ulat grayak Spodoptera frugiperda itu memakan tanaman jagung itu. Berbagai upaya telah dilakukan petugas maupun secara swadaya oleh para petani.

      Sementara ulat frugiperda itu mengalami 6 fase atau tahapan. Ulat ini bisa mati hanya pada fase 1,2 dan 3 dengan menggunakan pestisida yang biasa beredar di masyarakat. Untuk fase 4 dan seterusnya ulat tersebut sudah besar dan sudah kuat menghadapi pestisida. Begitu para petani tanam jagung pada awal bulan November ketika turun hujan cukup ulat grayak itu menyerang lagi tak henti.

    Untuk OPTK ini saya belum bisa bedakan perkembang-biakannya pada musim panas dan musim penghujan. Sebab, pada waktu musim kemarau yang lalu petani kami hampir tidak ada yang tanam karena kering sekali. Tetapi, begitu masuk musim penghujan dan petani bertanam jagung serangan ulat muncul pada skala sangat luas. Jika dilihat dari teorinya, penyebaran ulat ini bisa mencapai ratusan kilometer karena induknya sudah berbentuk kupu-kupu dan jarak terbangnya bisa sampai ratusan kilometer.

      Tetapi, menurut pengamatan kami, seperti di Kecamatan Pamarayan panen tanaman jagung pada April 2019 berhasil. Profitasnyanya masih bagus.  Bisa dikatakan serangan ulat grayak di wilayah itu sangat kecil. Kendati demikian, setelah panen yang kebetulan diikuti kemarau panjang, tanah istirahat selama 7 bulan, yaitu dari April hingga November. Ulat itu muncul entah dari mana dan menyerang dengan ganas.

       Kami dari pihak laboratorium coba memonitor  mulai dari proses bertelur lalu pupa. Dari satu tumpukan telur itu kalau menetas bisa mencapai 30 ekor ulat. Namun, menurut teori bisa mencapai ratusan ekor. Itu dari penelitian awal. Instarnya atau masa berkembang mulai dari telur sampai menjadi kupu-kupu membutuhkan waktu sekitar  16 hari sudah menjadi kepompong.

Fahmi Adam:

      Masa rawan tanaman jagung oleh ulat grayak Spodoptera frugiperda itu adalah 16 hari. Sebab, kalau sudah menjadi kepompong tidak berbahaya pada tanaman. Begitu juga kupu-kupunya. Ulatnya saja yang sangat berbahaya karena mengalami masa pertumbuhan 6 fase. Jadi, seharusnya pengendalian itu adalah pada fase 1 sampai 3. Ulat tidak mati lagi oleh racun apapun setelah memasuki fase 4 hingga 6 itu. Walaupun dilakukan penyemprotan serentak. Cara yang efektif pemusnahan ulat atau memutus rantai perkembangan ulat adalah melakukan pembabatan seluruh tanaman jagung petani lalu dibakar.

    Pada pelatihan di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Kementerian Pertanian di Jatisari, Kabupaten Krawang, Jawa Barat, digunakan  betaridium dilay yang diekplorasi dari tanaman jagung yang terserang ulat. Kemudian dilawan dengan metarizium. Para petugas POPT dilatih di situ memperbanyak jamurnya. Ada parasetoit sebagai musuh alami  ditekankan pada pengandalian yang bersifat alami. Sebab, jagung ini dahulu tidak pernah disemprot pakai pestisida karena tanaman jagung paling aman dari serangan OPT. Itu dulu.

    Kalau dilihat dari pengamatan hal itu sudah efektif. Seharusnya waktu kami amati jamur itu memparasitkan telur ulat cepat sekali. Berarti ulat ini memang dari negeri luar. Sementara parasit yang ada di dalam negeri kita ini mau dan bisa memparasitkan telur-telur ulat itu. Berarti walaupun ulat ini datang dari Amerika musuh alaminya tidak harus dari Amerika. Musuh alami di negeri kita bisa memparasitkannya.

     Kesimpulan kami saat ini bahwa musuh alami belum seimbang dengan keberadaan OPT ulat grayak Amerika. Karena perkembangan OPT ini cepat sekali, sehingga tanaman menjadi rusak, sebenarnya mekanisme alam bekerja. Namun, mekanisme alam itu terlambat mengikuti pertumbuhan  OPT yang cepat ini. Jadi, musuh alami selalu terlambat mengikuti populasi dari ulat itu. Artinya, ketersediaan musuh alami di lapangan masih kurang dan harus segera diperbanyak untuk memperbanyak musuh alami itu. Laju pertumbuhan OPT ulat gerayak ini lebih cepat dibandingkan musuh alami.

Suprait:

    Anggota Kelompok Tani Harapan Jaya II Kampung Pasir Sempul, Desa Bojot  adalah 25 petani dengan luas pertanaman mencapai 25 hektare (ha). Tanaman jagung yang baru saja dilihat luasnya mencapai 6 ha sudah berumur 1 minggu dan 2 minggu. Seluruh tanaman jagung kami itu terserang ulat grayak hampir merata. Saya juga mendapat cerita dari pengurus kelompok tani di tempat lain bahwa tanaman jagung mereka daunnya telah habis dimakan ulat.

    Kami sudah upayakan penyemprotan memakai Nustrin, tetapi tidak mempan. Itu dilakukan pada saat jagung berumur dua minggu. Para petani melakukan penyemprotan secara serentak pada tahap kedua dengan insektisida regent, tetapi ulat itu tetap memakan pucuk jagung. Kemudian disemprot dengan pestisida Dupont juga tidak mempan. Para petani pusing.

    Para penyuluh juga bercerita bahwa mereka masih berusaha mencari informasi ke sana dan ke mari untuk mematikan ulat grayak asing itu. Hasilnya belum jelas. Harapan saya semoga tanaman jagung saya ini kelak masih bagus dan bisa tertolong dari serangan ulat gerayak itu. Sebab, kami baru kali ini mengalami serangan tanaman yang mengerikan seperti ini. Semua petani dan kelompok petani juga penyuluh beserta petuga POPT merasa kewalahan dan heran. Kami juga masih mencari tahu seperti apa cara memusnahkan ulat ini karena berbagai cara dan obat untuk penyemprotan sudah kami lakukan, namun ulat-ulat ini belum mati juga. Bahkan terus menyantap jagung itu.

     Saya sendiri sempat menanam dua kali karena pertanaman pertama hujan belum begitu banyak, sehingga tanaman jagung saya mati karena kekeringan ditambah serangan ulat ini. Pada tanam ke dua tumbuhnya bagus karena sudah ada hujan yang cukup, eehh…malah ada serangan ulat gerayak ini. Semua tanaman jagung saya ada ulatnya. Setiap pokok jagung berisi ulat. Waduuhh…!

Rama:

    Untuk pengendalian kami sudah sering lakukan dengan petani juga dengan pihak balai karena ulat ini jenis baru. Tingkat kekebalan terhadap pestisida sangat tinggi. Kami sudah coba semprot dengan bermacam-macam pestisida  belum ada perkembangan yang mengembirakan. Kemudian ada arahan dari Balai Proteksi dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian atau BPTP Provinsi Banten untuk mencari yang bahan aktifnya Emmamestin Benzoat, tetapi pestisida itu tidak ada di Kota Serang maupun Kabupaten Serang.

    Kami juga tidak berhenti berkoordanasi dengan pihak Balai dan BPTP tentang informasi pestisida yang mungkin ampuh. Sebab, ulat itu sudah ada di tanaman jagung ketika tanaman jagung itu mulai berumur 7 hari. Tanda-tanda serangannya adalah di daunnya itu ada ulat jalan-jalan walaupun sosoknya masih sangat kecil sekali. Selain itu juga ada bekas gigitan pada daun serta ada kotorannya. Anehnya kalau kita lakukan penyemprotan ulat ini bersembunyi di dalam kotorannya, sehingga ulat itu tidak mati ketika dilakukan penyemprotan.

Zainuddin:

    Serangan ulat seperti ini baru kami alami. Pada tahun sebelumnya memang ada serangan tapi tidak separah 2019. Sering ada serangan ulat pemakan daun, namun serangannya tidak parah. Belalang daun juga tidak separah serangan ulat gerayak baru yang aneh ini. Memang pada musim tanam yang lalu jagung petani sudah kena juga, tapi masih mendingan karena petani masih bisa panen dan  tidak merugi sekali.

    Kami kira dengan masa istirahat lantaran musim kemarau panjang, selama sekitar 6 bulan tanah ini tidak dihuni lagi oleh ulat aneh  tersebut. Eeh, setelah tanam saat hujan mulai turun, ketika umur jagung petani kira-kira satu minggu serangan ulat gerayak tiba-tiba meluas dan banyak.

    Pada waktu jagung berumur 7 hari atau satu minggu sudah terlihat serangannya. Saya langsung memberikan rekomendasi  kepada petani agar segera melakukan pengendalian  dengan menggunakan racun yang ada saja atau apa saja yang mereka punya. Sebab, racun yang direkomendasikan pemerintah itu kami belum punya  dan belum beredar di wilayah Serang. Berbagai macam racun sampai  racun yang termahal pun petani sudah coba, tetapi tidak mempan atau tidak mujarap membunuh ulat gerayak ini.

  Malah setelah kami amati secara bersamaan ulat itu seolah-olah kebal kalau sering-sering disemprot dengan pestisida. Bahkan malah semakin banyak. Malah kami temukan dalam satu batang jagung itu 3 sampai  4 ekor ulat grayak. Jadi, ke depan untuk sementara kami akan  melakukan pergiliran tanam dulu. Jangan tanam jagung dulu. Mungkin tanamn singkong atau tanam kacang. Istirahat dulu dari tanaman jagung.

   Kalau tetap tidak bisa juga dikendalikan kami akan anjurkan agar petani berhenti dulu untuk menanam jagung karena percuma saja. Petani akan rugi waktu dan dana. Rugi segalanya. Bisa juga jagung yang tidak tertolong ini ditebas saja untuk pakan ternak. Kendati demikian, kami dan pihak balai tidak menyerah. Kita akan upayakan pengendalian semaksimal mungkin dan tanaman diupayakan diselamatkan. Harapannya petani bisa panen. Ulat-ulat asing yang kuat itu harus dikalahkan.

Arwati:

   Saya hanya buruh tani di desa ini. Memang saya penduduk di sini, tetapi keluarga kami tidak memiliki tanah untuk pertanian. Karena saya dan keluarga saya buruh tani, maka kami berharap sekali tanaman jagung tidak lenyap atau rusak habis oleh ulat aneh yang kuat ini. Kami masih berharap bahwa tanaman jagung yang ada di sini kelak bisa dipanen agar saya sebagai buruh bisa mendapatkan upah sesuai dengan kondisi yang ada di daerah ini.

Safei:

   Memang para petani yang ada di Kelompok Tani Harapan Jaya II Desa Bojot, Kecamatan Jawilan ini sangat cemas atas kehadiran ulat grayak di desa kami. Tetapi, ternyata di desa lain ulat itu juga akan menyerang tanaman jagung. Ada yang sangat parah dan ada yang parah biasa. Tetapi, melalui kehadiran para petugas ke lokasi pertanaman kami untuk mengatasi dan mengendalikan serangan ulat grayak itu, tentu masih ada harapan bisa melakukan panen. Dan hasilnya tidak terlalu jelek. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang