Ketua Gapoktan Desa Nenggala: Kemarau Agak Panjang Panen Kedelai Mengecewakan
Tuesday, 19th November, 2019 | 766 Views

PANEN KEDELAI TAHUN ini agak mengecewakan petani di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur. Hal itu lebih disebabkan musim kemarau yang panjang, dimana sumber air berkurang. Akibatnya produktivitas terpengaruh dan rata-rata hanya dapat sebanyak 1 ton per hektare (ha), padahal pada panen-panen sebelumnya bisa mencapai 1,2 per ha.

      “Hal yang terjadi di tahun ini petani kecewa karena hasil panen mereka tidak sebagus tahun lalu. Namun, petani agak tertolong karena benih didapat dari bantuan pemerintah. Seandainya petani swadaya dalam hal pengadaaan benih, dipastikan petani di Kecamatan Ciranjang akan mengalami kerugian yang besar,” begini cerita Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Nenggala Mekar Aceng Alawi kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Ciranjang, belum lama berselang.

       Menurut Alawi, faktor kekeringan menjadi penyebab utama produksi kedelai menurun tahun ini. Walaupun tanaman kedelai tidak terlalu butuh air, namun saat masa pertumbuhan dan pengisian polong tanaman kedelai masih memerlukan air yang cukup. Jika hal ini tidak mencukupi dengan sendirinya produksi kedelai dipastikan akan menurun,

      Dia menyebutkan bahwa rata-rata petani di Kecamatan Cianjang yang merupakan sentra kedelai adalah petani penggarap atau bukan petani pemilik tanah. Di wilayah ini pun musim tanam dibagi tiga, yaitu musim tanam kesatu (MT-1) adalah padi, MT-2 adalah padi dan pada MT-3 adalah palawija dengan tanaman kedelai.

       Selanjutnya Aceng Alawi juga mengatakan bahwa tahun ini kedelai petani hanya dihargai 5.500 rupiah per kilogram (kg). Memang hal itu hanya di tingkat pengepul, kalau kedelai petani sebagian kecil diambil untuk benih dihargai oleh penangkar senilai 7.500 rupiah per kg. Namun, benih kedelai petanipun diambil oleh penangkar dalam jumlah yang sangat sedikit.

     “Alasan penangkar selama ini adalah karena mereka tidak memiliki modal cukup untuk menutupi atau membeli semua benih yang dihasilkan oleh petani kedelai di Kecamatan Ciranjang. Walaupun diantar petani ke gudang penangkar, kenyataannya para penangkar tidak mau membeli dalam jumlah banyak. Alasannya permodalan, padahal antara petani dengan penangkar sudah membuat semacam perjanjian untuk membeli benih kedelai petani sebanyak-banyaknya. Akibatnya, sebagian besar dari produksi kedelai di Kecamatan Ciranjang hanya dijadikan kosumsi, padahal ketersediaan benih kedelai secara nasional sangat kurang,” kata Alawi dengan suara memprihatinkan.

     Menurut dia, para petani sangat mengharapkan kerja sama dari pemerintah pusat untuk mengambil sebagian besar kedelai petani ini untuk dijadikan benih. Menyangkut caranya, hal itu terserah pemerintah saja. Para petani akan senang kalau ada keterlibatan pemerintah untuk mengambil permasalah perbenihan kedelai di Kabupaten Cianjur. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang