Kementerian Pertanian: Oleh Korona Produksi Pertanian Terganggu Berpotensi Krisis Pangan
Sunday, 14th June, 2020 | 774 Views

SETELAH SERANGAN PEDIH virus korona kepada penduduk dunia termasuk Indonesia yang berlanjut pada pembatasan pergerakan masyarakat, serangan memprihatinkan juga muncul pada penyediaan pangan nasional. Produksi pertanian di Indonesia sekaligus distribusi pangan telah terganggu dan menyebabkan potensi krisis pangan secara nasional.

      Demikian pernyataan Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Dr Ir Agung Hendriadi pada Dialog Nasional Agribisnis  Tantangan dan Peluang Agribisnis di Era Normal Baru yang diselenggarakan oleh Masyarakat Agribisnis Agrobisnis Indonesia (MAAI) bersama Surat Kabar Mingguan Sinar Tani di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

      Pada dialog yang dibuka secara resmi oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Dr Ir Agung Hendriadi mewakili Menteri Pertanian SY Limpo itu dilibatkan pihak Dewan Jagung Indonesia (DJI), Dewan Beras Indonesia (DBI) menghadirkan 1.000 peserta dari seluruh Indonesia dan mengikutinya secara langsung melalui internet. Dialog itu dipandu Ilmuwan Pertanian Institut Pertanian Bogor Dr Ir Rahmat Pambudi dangan Pengantar Dialog oleh Sekjen MAAI Dr Ir Maxdeyul Sola.

      “Produksi pertanian yang terganggu saat ini akibat pembatasan pergerakan orang atau tenaga kerja juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat terhadap permintaan produk pertanian. Distribusi pangan juga terganggu sebagai akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena penutupan wilayah secara terbatas. Ini menyebabkan krisis pangan terjadi,” demikian Agung sembari menambahkan bahwa ancaman ketersediaan cadangan pangan nasional bisa terjadi. Misalnya gandum, gula, daging sapi, bawang putih dan kedelai yang semuanya dari impor.

   Selanjutnya Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengungkapkan bahwa prognosa produksi dan kebutuhan beras nasional hingga Agustus 2020 mendatang terdapat 10.101.490 ton atau setara 10 juta ton. Volume ini merupakan akumulasi dari cadangan pada April 2020 yang mencapai 7,4 juta ton ditambah perkiraan produksi sebanyak 11,4 juta ton. Dengan demikian cadangan akhir pada Agustus mendatang adalah sebanyak 8,7 juta ton.

       Disebutkan pula bahwa hingga Desember mendatang kebutuhan pangan beras mencapai 20 juta  ton. Itu berasal dari cadangan pada April 2020 dan produksi musim panen plus relokasi beras didapat menjadi 26,2 juta ton. Jadi, diperkirakan ada sisa beras sebanyak 6,1 juta ton.

 

Kementerian Lakukan Intervensi

 

      Sehubungan dengan gangguan yang terjadi serta ancaman krisis pangan secara nasional itu, menurut Agung Hendriadi, Kementerian Pertanian melakukan beberapa langkah intervensi. Kendati ada langkah itu, syarat penting untuk mencapai hasil intervensi itu adalah ketersedian air, ketersediaan benih bersertifikat, ketersediaan pupuk yang tepat waktu.

      Intervensi yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian pada musim tanam (MT) II 2020 adalah seluas 5,62 juta hektare (ha) ditambah lahan yang sudah ada untuk pertanaman seluas 7,5 juta ha. Intervensi pertanaman tersebut akan dilakukan di Provinsi Jateng, Jabar, Sulsel, Sumsel, Lampung, Kalsel, Sumut. Seluruh kekuatan akan dilibatkan, seperti Tim Supervisi Kostratani, penyuluh, petugas POPT dan Bintara Pembina Desa dari Komando Rayon Militer atau Koramil.

     Untuk menjamin ketersediaan pangan di era perilaku baru, maka diperlukan  kerjasama semua pihak di pusat dan daerah dengan pengembangan pertanian modern, meningkatkan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal serta penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Selain itu juga dilakukan pengembangan diversifikasi pangan dan pemanfaatan pangan lokal.

     Menurut Agung Hendriadi, dukungan yang ada sekarang adalah berupa benih hingga September 2020 adalah sebanyak 132,407 ton, pupuk bersubsidi hingga September 2020 sebanyak 3,6 juta ton. Untuk musim ini juga didukung ketersediaan alat dan mesin pertanian roda dua dan roda empat, sehingga diharapkan bisa tercapai hasil panen sebanyak 12,5 juta ton. *sembada/henry/rori

8.742.222ton

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang