Kadistan Kab.Sragen: Alsintan Pengering Ringankan Petani Sebelumnya Hanya Tergantung Matahari
Friday, 30th August, 2019 | 763 Views

Pengantar Redaksi:

IKHWAL PERSOALAN KLASIK yang dihadapi para petani di Indonesia—sesungguhnya di negara baru berkembang di seluruh dunia—menyangkut sektor pertanian. Mengolah tanah dengan mencangkul atau meluku dengan tenaga kerbau atau sapi, menanam dengan mencocok, menyebar pupuk dengan tangan serta memanen dengan sabit atau ketam lalu merontokkan dengan membanting atau memlintir dengan kaki. Seterusnya menjemur di atas tikar. Dan seiring perubahan zaman, ada inovasi teknologi mekanisasi, transplanter, memupuk dengan sprayer, combine harvester dan pengeringan (dryer) dengan mesin. Kemudian sebagian besar persoalan petani berakhir sudah. Kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Ir Eka Rini Mumpuni, di kantornya baru-baru ini menyangkut bantuan alsintan pengering atau dryer dari Kementerian Pertanian. Berikut tuturan apa adanya.

         Saya percaya jika daerah itu potensi pasti pemerintah pusat akan bantu dengan alat-alat mesin pertanian, seperti vertical dryer atau alat mesin pertanian walaupun itu perlu proses dan sabar menunggu. Namun, apapun bentuk pengajuan yang dibutuhkan petani pemerintah pusat itu pasti akan penuhi.

       Dengan bantuan vertical dryer itu semua proses pasti akan cepat turutama proses pengeringan. Jika petani melakukan proses pengeringan mengandalkan cuaca bagus, di mana mataharinya bersinar terik, pasti akan sangat membantu petani. Tetapi, apabila panen masuk musim penghujan vertical dryer ini menjadi jawaban. Jika proses pengeringan itu memakan waktu lama akan muncul jamur dan itu menurunkan kualitas padi petani.

              Nah, kalau kualitas sudah turun dan kadar air masih besar harga otomatis jatuh dan petani yang dirugikan. Melalui bantuan vertical dryer ini sangat meringankan beban petani di segi waktu dan kualitas gabah kering yang dihasilkan. Sebab, dalam waktu singkat tingkat kekeringan padi yang dihasilkan itu merata dan pasti sesuai kadar airnya dengan yang diinginkan pasar.

           Berkat mesin pertanian vertical dryer ini petani kami bisa menjual padi kering giling yang harganya jauh berbeda. Harga pada kering panen dengan harga kering giling itu berbeda. Ada perbedaan harga yang lumayan. Kalau pada musim panen harga gabah kering panen itu bisa di bawah harga pokok pembelian (HPP) yang ditetapkan pemerintah di kisaran 4.000 rupiah per kilogram (kg). Kemudian setelah pemanfaatan vertical dryer ini harga akan lebih baik atau bisa hingga 5.000 rupiah per kg.

          Di Kabupaten Sragen ini ada 20 kecamatan kami mendapatkan dryer di delapan titik di tujuh kecamatan, yaitu di Kecamatan Sambung Macan dua unit. Selanjutnya masing-masing satu unit di Gesi, Sumber Lawang, Gemolong, Ngrampal, Karang Malang dan Kecamatan Sragen.

           Tetapi, kedelapan alat pengering itu terdiri dari satu unit untuk jagung dan tujuh unit khusus padi atau multi vertical dryer dengan kapasitas 6 ton sekali proses. Adapun lama yang dibutuhkan untuk pengeringan itu sekitar tujuh jam hingga 8 jam, di mana hal itu tergantung kadar air saat panen. Apabila panen di musim kering atau kemarau, maka proses pengeringan hanya butuh waktu lima jam hingga 6 jam untuk sekali proses.

         Pada 2019 ini kami mengajukan bantuan untuk pengering khusus jagung, namun belum mendapatkan informasi kapan bantuan itu datang dari pusat. Kami sudah mengajukan proposal dari kelompok tani. Kami sudah melengkapi persyaratannya dan mengharapkan bantuan itu segera terealisasikan agar kelompok tani bisa bekerja dengan baik.

           Sebab, jagung di Kabupaten Sragen luas pertanamannya mencapai sekitar 4.000 hektare (ha), di mana pada musim panen nanti masuk di musim penghujan. Kita khawatir nantinya bertepatan panen raya jagung harganya merosot karena kadar air yang ada pada jagung itu sangat tinggi yang berakibat mutunya juga rendah. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang