Kadinastan Subang: Penyuluh Giatkan Petani Lalui Target GPOT 2.500 Ha Menjadi 5.000 Ha, Tercapailah Total Sasaran MT Apr-Sept 94.755 Ha
Friday, 4th September, 2020 | 869 Views

 

BERSAMA DENGAN PARA penyuluh pertanian lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Jawa Barat menyanggupi luasan 2.500 hektar (ha) untuk Gerakan Percepatan Olah Tanah atau GPOT dan target itu telah terwujud. Kendai demikian, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mendorong Kabupaten Subang menggiatkan program GPOT hingga 5.000 ha. Dan sasaran  itu dipastikan bisa tercapai September 2020 menggenapi musim tanam (MT) April-September dengan total luasan hingga 94.755 hal.

       Itulah penjelasan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat (Jabar) Ir Djaja Rohadamadja sehubungan dengan program GPOT yang digencarkan saat ini. Dalam kaitan musim tanam saat ini pasokan air melalui irigasi di Kabupaten Subang masih tercukupi.

     “Kalau bicara musim tanam April-September yang masih satu bulan lagi hingga penghujung Septermber mendatang, sasaran GPOT kami masih bisa terkejar. Artinya, kami bisa menyelesaikan semua kebutuhan pertanaman pada September kurang lebih seluas 94.755 ha. Kami merasa bahagia bisa mencapainya untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional,” ungkap Djaja kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya baru-baru ini. Dia didampingi oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Subang Ir Asep Hermana, MSi

      Menurut Kadis Pertanian, pada panen lalu petani Subang bisa mencatatkan produksi gabah kering panen atau GKP sebanyak 1,2 juta ton. Namun, pihak Badan Pusat Statistik atau BPS yang menerapkan metode Kerangka Sampel Area atau KSA hanya mencatat sebesar 900.000 ton GKG. Kendati berbeda, tetap yang dipakai adalah yang diumumkan oleh pihak BPS sesuai undang-undang.

Seusai Panen Langsung Olah Tanah

     Capaian yang direncanakan pada September, demikian Djaja, seluas 94.755 ha. Apalagi kalau turun hujan deras walau sebentar atau sehari dua hari, tentu sudah lebih dari cukup untuk mengairi sejumlah sawah luas dan petani langsung bergiat mengolah tanah.

    “Walaupun di sejumlah wilayah ada saluran irigasi, tetapi air tidak mengalir terus-menerus karena ada pembagian air oleh petani.  Artinya, petani harus sabar menunggu dulu sampai pembagian air selesai per wilayah dan sampai ke lahan mereka,” ungkap Djaja sembari menambahkan bahwa Perusahaan Umum (Perum) Jayatirta Jati luhur  secara teratur membagi air agar mangkus (berhasil guna-effective) dan sangkil (tepat guna-efficient) untuk keadilan.

      Dalam kaitan itu Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Subang Asep Hermana menyebutkan untuk Kabupaten Subang pemakaian air diatur dari oleh pihak Penanggungjawab Seksi Cibinong. Sebab, dari Seksi Cibinong itu ada Daerah Irigasi (DI) Jatiluhur dan DI Cipunegara. Kalau musim kemarau seperti hingga September  ini biasanya memakai irigasi dari daerah Cipunegara yang tersedia sesuai kebutuhan sepanjang tahun.

    “Sepanjang tahun bisa dari DI Cipunegara. Tidak terlalu bermasalah. Walaupun di sini kebanyakan daerah tadah hujan, tapi ada sungai yang airnya bisa ditarik dengan pompa, sehingga angka indeks pertanaman atau IP malah bisa mencapai 2,5 atau bahkan sampai 3 atau tiga kali panen,” demikian penjelasan Hermana.

      Sesungguhnya, Asep Hermana menyebutkan, di Kecamatan Pabuaran ada Sungai Cilamaya yang airnya mengalir terus-menerus.  Tetapi, air itu baru bisa dimanfaatkan dengan kekuatan pompa. Dan justru itulah permasalahnna, dimana para petani masih kekurangan pompa untuk menarik air tersebut. Ada sebagian petani yang menyediakan secara swadaya selain sebagian pompa bantuan pemerintah.

      Sebagai daerah penyangga ketersediaan pangan beras nasional, produktivitas yang diharapkan pada program GPOT sekarang bisa melebihan pada panen yang lalu. Pihak Dinas Pertanian Kabupaten Subang memfokuskan GPOT di wilayah utara atau pantura dengan volume hingga  7 ton ke atas atau lebih gabah kering panen atau GKP untuk setiap hektare. Bahkan beberapa petani bisa mendapat 10 ton GKP untuk setiap hektate.

       “Namun, rata-rata untuk produktivitas di wilayah pantura adalah 8 ton per ha. Di wilayah tengah mencapai 6,5 ton per ha dan di wilayah selatan rata-rata 5 ton per ha. Artinya, untuk Kabupaten Subang rata-ratanya adalah 7 ton per ha,” Asep Hermana menuturkan seraya menambahkan bahwa harga GKP bervariasi antara wilayah utara hingga selatan, yaitu 5.500 rupiah per kilogram (kg) di pantura dan 4.500 rupiah per kg di wilayah tengah. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang