KAB. SRAGEN: Mutu Olahan Padi Bagus Petani Se-Sumatera Se-Jawa Kunjungi SP3T Gapoktan Ngudi Makmur
Monday, 5th April, 2021 | 872 Views

Pengantar Redaksi:

BAGI PETANI INDONESIA ada satu program yang dirasakan baru terutama menyangkut bantuan dari pemerintah, yaitu paket Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu atau lazim disebut SP3T. Pragram yang beberapa tahun lalu itu telah ‘dieksekusi’ sejak 2018 hingga 2019 dan diterima para petani yang tergabung dalam kelompok tani. Paket itu adalah traktor tangan, traktor roda empat, penanam (transplanter), pemanen serbaguna (combine harvester), pengering tegak (vertical dryer), penggiling padi (rice miling unit), pemecah kulit, penyosoh hingga pengepak. Nilai dana untuk itu dimaksimalkan hingga 3 miliar rupiah. Ikhwal SP3T ini berikut tuturan Fakih Hanafi, Pengelola SP3T Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Kab. Sragen, Jawa Tengah (Jateng). Hanafi yang juga menjadi nara sumber ditemui di sela acara Rapat Koordinasi Komando Strategis Penggilingan Padi (Kostraling) Regional I Se-Sumatera dan Jawa di Solo, Jateng pada 30 Maret-01 April 2021.  Acara yang diikuti ratusan petani itu diselenggarakan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tanaman Pangan (PPHPTP), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Selamat menyimak.

   Melalui pertemuan yang sangat berharga ini telah menjadikan kami sebagai nara sumber dan tempat kami dikunjungi oleh ratusan petani. Berarti pengelolaan yang kami lakukan selama ini sudah baik dan bagus. Arti kata tidak di bawah standar, padahal pengelolaan kami dimulai dari nol, dimana kami dengan seluruh anggota dan pengurus SP3T Desa Purworejo yang mendapat bantuan dari pemerintah tidak memiliki pengalaman mengelola penggilingan moderen.

    Ketika pemerintah berkunjung dan memeriksa seluruh sistem permesinan di SP3T kenyataannya semua berjalan dengan baik. Itu tidak direkayasa. Itu fakta. Menurut pemerintah di SP3T  di tempat beberapa mesin tidak jalan dan tidak terpakai. Di desa kami bantuan paket SP3T meliputi mesin pengering, penggilingan padi, mesin pengemas, mesin pemanen serba guna dengan kapasitas 10 ton gabah sekali pengolahan.

    Tetapi, bisa juga bisa juga volume pengeringan dan pengolahan hingga 12 ton gabah yang ditingkatkan dari 10 ton setiap sekali proses. Itu bisa dilakukan jika gabahnya bersih. Memang kondisi demikian hanya bisa didapat dari produksi alat pemanen. Dan jika kadar air gabah itu di atas 30 persen, maka proses pengeringan memakan waktu sekitar  20 jam. Kalau di bawah 30 persen bisa hingga 17 jam sekali proses. Namun, jika 14 persen bisa hanya 9 jam hingga 10 jam.

   Dampak dari nama Ngudi Makmur yang didatangi beramai-ramai oleh peserta Rapat Koordinasi Kostraling Regional I Se-Sumatera dan Jawa, ada pengelola dari Sumatera dan daerah lain di Jawa yang akan bekerjasama dengan kami. Beras yang dijual di Sragen seharga 7.000 rupiah per kilogram (kg) bisa terjual seharga 9.000 rupiah per kg di Sumatera. Begitu juga beras yang dijual seharga 9.000 rupiah di Jawa bisa laku terjual seharga 12.000 rupiah di Sumatera.

   Jadi, melalui pertemuan seperti ini  bisa menambah jaringan kita dan menambah pertemanan juga. Sebab, jaringan komunikasi group para petani penerima SP3T itu tidak mendalam pembahasannya. Pembiacaraan hanya hal yang umum. Kekurangan atau kendala bahkan kelebihan masing-masing pengelola SP3T tidak pernah muncul.

   Ya, kami bersyukur dikunjungi para petani dari berbagai daerah. Mereka bisa melihat kualitas beras yang bisa kami hasilkan. Seperti contoh lagi, untuk produk beras tertentu sulit mereka pasarkan. Tetapi, untuk mutu beras yang sulit dipasarkan itu justru sangat mudah kami pasarkan. Informasi penting seperti ini bisa saling dipertukarkan.

    Memang masing-masing mesin punya kendala atau permasalahan kendati bentuk bantuan mesin itu yang sama. Nah, melalui pertemuan seperti sekarang kami juga bisa saling membagi ilmu  dan pengalaman. Selain bisa saling mengisi dari segi produknya kami juga bisa berbagi pengalaman menyangkut pemeliharaan permesinannya.

Pasokan Bahan Baku Gabah

     Saat ini luasan lahan yang kami kelola baru sekitar 195 hektare (ha). Untuk keseluruhan itu produksi kami sekitar 1.000 ton. Namun, volume yang mampu kami serap beberapa waktu yang lalu hanya 200 ton. Hal itu terjadi antara lain karena panen serentak dan daya tampung gudang terbatas. Kemampuan kami untuk mengolah gabah mencapai sekitar 40 ton per hari, sedangkan kemampuan mesin pengering di SP3T Desa Purworejo itu hanya 10 ton untuk satu hari. Jadi, kalau semua produksi kami serap semua pasti tidak mungkin. Ada masalah pada permodalan. Lainnya mesin pengering kami tidak mampu terus-menerus. Jika 200 ton yang kami serap itu sudah habis, kami harus mengambil gabah dari daerah lain karena panen di tempat kita sudah selesai.

    Pola penjualan beras yang kami lakukan selama 12 bulan adalah sebanyak 260 ton, yaitu dari September 2019 hingga Desember 2020. Memang ini terbilang kecil karena kami terfokus pada beras saja. Kami berniat menjadi pengusaha beras yang besar dan bersaing dengan pengusaha besar yang ada di Kabupaten Sragen. Namun, setelah hitung-hitung dan kami mengevaluasi kondisi yang ada untuk sementara kami memasuki jalur pengusaha beras yang sedang.

Beras Konsumsi Saja

    Dari keunggulan permesinan SP3T bantuan Kementerian Pertanian yang sudah ada saat ini kami tidak masuk pada bisnis beras kosumsi karena akan kalah bersaing dengan pengusaha besar yang industrinya sudah efisien. Bisnis yang paling untuk kami jalani sekarang adalah produksi beras bahan  yang nantinya dijual kepada pengusaha besar. Artinya, kami akan mengolah gabah menjadi beras setengah jadi dan dijual kepada para pengusaha besar itu.

    Kami telah jajaki bahwa ternyata beras bahan dari kami  sangat diminati pengusaha rice to rice  itu karena mesin kami bisa disetel sesuai keinginan pengusaha besar. Misalnya, kadar air yang diinginkan pengusaha besar bisa kami atur. Kalau harga gabah sedang murah seperti sekarang para pengusaha besar akan beli beras sebanyak-banyaknya untuk cadangan atau stok. Dan jika mendekati panen nanti harganya pasti naik. Jadi beras itu disimpan di gudang mereka dalam waktu lama.

   Sekarang kami memproduksi beras merah karena tanggapan pasar terhadap beras merah sangat menggembirakan. Produksi kami diminati konsumen atau pasar karena rasanya berbeda dari kebanyakan jenis beras merah yang ada di pasaran. Artinya, benih padi untuk beras merah produksi kami berasal Litbang Pertanian varietas Inpari-24 yang rasanya lebih pulen dan enak. Tidak seperti beras merah kebanyakan yang rasanya keras dan pera. Harga dari SP3T kami kepada pedagang adalah 14.000 rupiah  per kg. Minimal pembelian adalah 20 kg.

   Daya tumbuh padi varietas Inpari-24 yang pulen itu sama dengan padi produksi beras putih sama dengan padi penghasil beras putih, yaitu 115 hari. Untuk luasan lahan 2.000 meter persegi mampu menghasilkan 1,5 ton beras merah. Setelah kami perhatikan ada minat pembeli beras merah dengan kecondongan kenaikan penjualan sekitar 6 ton untuk satu bulan, maka kami mulai bermitra dengan petani dengan membagi benih Inpari-24. Setelah panen, harga gabah kering panen atau GKP kami beli 5.000 rupiah per kg. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang