Kab.Pandeglang: Di Kaki Gunung Karang Petani Sudah Siap Urus Talas Beneng Seluas 200 Ha
Thursday, 25th November, 2021 | 718 Views

HINGGA NOVEMBER INI penangkar talas beneng sudah ada empat kelompok tani  di Pandeglang. Kegiatan penangkaran tersebut sudah cukup lama, tetapi penandatangan terkait pemanfaatannya baru di November 2021. Untuk itu pengembangan pembibitan talas beneng sudah siap hingga 200 hektare (ha) di kaki Gunung Karang termasuk petani.

     Kenapa di kaki gunung? Talas beneng itu sangat menyukai lingkungan yang banyak pepohonan untu berteduh atau menaunginya. Talas akan hidup subur dan bagus pertumbuhannya di bawah tegakan  dengan naungan yang 50 persen  cahaya mataharinya. Kalau panas atau tidak ada teduhan talas yang sebelumnya liar itu malah lambat pertumbuhannya dan ukuran besarannya tidak maksimal.

    “Kami pernah coba di lahan terbuka di daerah Desa Cempaka  seluas 5 ha. Di sana sekalian dengan agrowisatanya  yang dilengkapi ruang peraga dan hamparan budidaa talas tersebut. Ternyata pertumbuhannya lambat dan kurang subur, padahal di sisi lain yang kita harapkan dari pertumbuhan talas beneng adalah daun  untuk bahan subsitusi atau pengganti rokok,” kata Iping Saripin,SP yang menjabat Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

   Iping Saripin mempertegas lagi bahwa daun talas beneng seutuhnya bisa menggantikan fungsi daun tembakau. Untuk daunnya bisa dipanen ketika talas beneng ini sudah berumur 4 bulan. Betul memang, tanaman talas beneng sangat berbeda dengan porang, dimana kalau porang yang diharapkan hanya umbi dan kataknya.  Tatapi, kalau talas beneng pada usia 4 bulan sudah mulai bisa dipanen daunnya untuk bahan rokok.

   “Sebulan berikutnya petani bisa keliling lagi memetiki daun talas beneng itu untuk bahan dasar pembuatan rokok pengganti tembakau. Kalau untuk umbinya tetap dipanen setelah berumur setahun atau di atas 1 tahun. Cuma keunggulannya itu hidup subur di bawah tegakan, sehingga sangat berpeluang untuk optimalisasi lahan,” Iping menambahkan.

   Khusus pertanaman pada lahan yang 200 ha, Iping selanjutnya menuturkan, para petani akan bekerjasama dengan pihak lembaga masyarakat daerah hutan (LMDH), dimana kelembagaannya dari Perhutani. Sebab, lahan tersebut memang mili Perum Perhutani Provinsi Banten.

   Bilamana bekerjasama dengan pihak LMDH tidak terlalu sulit karena mereka dibina PT Perum Perhutani. Selain itu LMDH lebih mengerti lahan-lahan yang bisa ditanami talas beneng ini.  Talas beneng hidup mulai dari 30 meter di aas permukaan laut (DPL) hingga 1000 meter DPL. Dan pertanaman hingga November 2021 di kaki Gunung Karang ketinggiannya adalah 800 meter DPL dan diliar-liarkan dulu karena tumbuhan yang liar itu terlihat bagus.

Datangkan Untung Besar

   Selanjutnya menurut Iping, adapun profitas talas beneng untuk 1 hektar itu sekitar 10.000 batang. Untuk satu tahun rata-rata panen petani 5 kilogram (kg) per batang. Kalau profitas daun bisa  0,2 kg. Jadi,  untuk  satu hektare profitasnya bisa 50 ton  dan kalau di bawah tegakan profitasnya bisa 60 ton lebih, sedangkan harganya adalah 1.000 rupiah per kg kering maupun untuk daun basah.

    Menurut dia, 10 kg daun basah bisa menghasilkan 1 kg daun kering untuk pengganti tembakau dan akan menjadi sigaret herbal yang lebih menyehatkan bagi para perokok. Harga satu kilogram daun kerng itu adalah 3 dolar Amerika Serikat (AS) atu kalua dikurs ke rupiah dengan tingkat 1 dolas AS sebesar 14.000 rupiah, maka harga 1 kg daun kering talas beneng itu adalah 42.000 rupiah. Nah, itu luar biasa mendatangkan devisa kalua ekspor dan juga pasar dalam negeri.

  Kendati demikian, ada kelemahan menyangkut produk talas beneng di Kabupaten Pandeglang atau Provinsi Banten. Pemasarannya belum maksimal karena sentra talas beneng  adalah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dimana pertanamannya sudah mulai masif dan mereka sudah melakukan ekspor. Dan pihak yang menjadi motor pemasaran talas beneng di Lumajang itu adalah para perempuan atau ibu rumah tangga.

   Untuk pengembangan pasar di Kabupaten Pandeglang termasuk menjangkau pasar luar negeri atau ekspor itu telah digalang satu kekuatan Riset Penelitian Inovatif Kolaboratif atau RPIK yang didukung oleh  lembaga penelitian, seperti Balai Besar Pascapanen,  Balai Besar Mekanisasi Pertanian, Balai Besar Biogen, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian atau BPTP Provinsi Banten.

   Disebutkan oleh Iping, puncak sasaran kami adalah membangun mengembangkan pasar hingga konsumen yang luas. Kemudian menurunkan kadar oksalat yang mengganggu selera atau minat karena menimbulkan gatal di pengecapan ketika mengkonsumsinya. Jadi, nantinya kadar oksalatnya telah rendah dan leluasa dikonsumsi seperti bahan makanan lainnya. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang