Kab.Blitar: Tak Subur Lagi Tanah Indonesia Sudah Tua, Taburilah Tanaman Dengan Bio-SAKA
Tuesday, 10th May, 2022 | 3462 Views

MEMANG PARA AHLI TANAH maupun ahli pertanian di seluruh dunia pun Indonesia telah menyerukan kepada para petani untuk menggunakan pupuk hayati pada tanaman di lahan basah maupun tegalan. Masih ada  cara agar tanah Indonesia ‘diremajakan’ atau direstorasi, sehingga berangsur mengarah subur dan subur lagi, yaitu dengan memakai pupuk hayati atau pupuk organik.

    Tanah Indonesia sudah tua? Boleh jadi demikian lantaran sering diracuni dengan kimia. Cacing penyubur musnah, Jasad renik penyubur makhluk hidup juga lenyap. Ketuaan tanah Indonesia karena racun itu ternyata masih bisa disiasati untuk pemulihannya dengan Bio-SAKA (Selamatkan Alam Kembali ke Alam) yang diinisiasi oleh seorang petani dari Kabupaten Blitar. Namanya, Moh.Ansar.

   Dalam seminar virtual atau jarak jauh dengan tema INOVASI SERU BERCOCOK TANAM YANG MURAH MERIAH yang merupakan Bimbingan Teknis Sosialisasi dengan program PROAKTANI yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Ditjen TP, Kementan) terungkap bahwa petani di seluruh Indonesia bisa mengatasi kemerosotan produksi hasil bumi dengan Bio-SAKA. Acara dibuka oleh Direktur Jenderal (Dirjen) TP Dr Suwandi dan dimoderatori oleh Koordinator Perencanaan Ditjen TP Ugi Sugiharto,SIP,MM.

    Adapun narasumber adalah Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kab.Blitar, Provinsi Jawa Timur Ir Wawan Widianto, Ketua P4S Pertanian Terpadu Indonesia Kab.Blitar Setyo Budiawan dan Moh. Ansar sebagai penggagas Bio-SAKA. Sosialisasi tentang Bio-SAKA itu diikuti 200 pejabat pertanian seluruh Indonesia, seperti dari dinas pertanian, petugas pengendali hama, praktisi, organisasi pangan dan para peneliti pangan.

    Menurut Ansar, bahan baku Bio-SAKA tersedia melimpah di sekitar tempat tinggal para petani, yaitu dedaunan atau rerumputan yang masih segar dan masih terbilang muda. Contoh, daun wulu-wuluan, jolali, khatuk dan bawang Dayak. Lainnya adalah melinjo, daun pisang, nangka, sereh, kunyit, kaktus, bintaro, kelor dan lainnya. Alat yang diperlukan hanya ember berisi air. Lalu bahan-bahan yang terdiri dari dedaunan itu diremas karena tidak cocok dengan mesin. Artinya dilumatkan dengan mesin tidak bisa.

   “Segenggam tumpukan ini setelah diremas-remas di ember berisi lima liter hasilnya sudah bisa untuk tujuh hektare lahan padi. Bisa juga untuk tanaman hortikultura, kopi maupun palawija. Sebab, sekitar delapan mililiter (ml) atau 10 ml bahan yang sudah jadi ini kalau dicampur dengan 15 liter (l) air sudah bisa disempurotkan pada lahan padi seluas satu haktare. Untuk 1 ha hanya sekitar 1.500 ml sebanyak tiga kali penyemprotan sejak umur dua minggu, 18 bulan hingga menjelang panen,” demikian Ansar sembari memperlihatkan beberapa jenis dedaunan yang sempat diambil saat perjalanan menuju Dinas Pertanian Kab.Blitar untuk mengikuti seminas sosialisasi pemanfaatn Bio-SAKA itu.

    Diskusi hangat menyangkut bahan baku serta kandungannya ataupun dosisnya muncul dari pertanyaan Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Dr Sutarto Alimoeso, Ketua Umum Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Dr Arifin Lambang, Direktur Serealia, Ditjen TP Ir Moh.Ismail Wahab dan Direktur Aneka Kacang dan Umbian, Ditjen TP Ir Yaris Triyanto. Selain itu juga dari Direktur Perlindungan Ditjen TP Ir Takdir Mulyadi.

   Beberapa topik yang masih memerlukan pembahasan sebagaimana diakui juga oleh Ansar adalah lanjutan penelitian para pakar biologi, agronomi, farmasi dan kimia menyangkut kandungan air yang berasal dari beragam dedaunan yang tidak homogen, Sebab, bisa saja cukup dua atau tiga bahan, sehingga tidakperlu sampai puluhan jenis dedaunan untuk menghasilkan lima liter air perasan hayati. *sembada/rori/henry

5 ltr untuk satu hectare (ha)

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang