IMPOR JAGUNG DISTOP, Kini Hama Spodoptera frugiperda-Ulat Grayak Jagung dari Amerika Serbu Indonesia Secara Invasif
Thursday, 3rd October, 2019 | 1067 Views

 

HAMA YANG DISEBUT Spodoptera frugiperda atau fall army worm (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan hama invasif BERBAHAYA yang menyerang tanaman jagung (Zea mays) pada beberapa negara di dunia. Hama S. frugiperda adalah hama asli atau native species dari Amerika yang kini sudah MENYERBU dan MENYEBAR ke Indonesia. Itu diketahui setelah Indonesia menyetop impor jagung dari berbagai negara termasuk Amerika Serikat pada 2017, sehingga produksi jagung Indonesia bisa hancur dan program swasembapada jagung bakal berantakan.

       Informasi yang diperoleh dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian bahwa S. frugiperda bersifat polifag dan dilaporkan memiliki 353 tanaman inang dari 76 famili tanaman di antaranya tanaman padi, sorgum, tebu, kedelai, kapas, bawang, tomat, kentang serta beberapa jenis gulma rumput-rumputan (Motezano et al. 2018)

      Hasil pemantauan yang dilakukan pihak BBPOPT,  Jatisari, Kab.Krawang, Jawa Barat, pada periode April-Agustus 2019 atau hingga AGUSTUS 2019 menunjukkan bahwa SERBUAN S. frugiperda telah ditemukan di 13 Provinsi yang ada di Indonesia, seperti Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Gorontalo. Selain 13 Provinsi yang telah dimonitoring oleh BBPOPT, serangan S. frugiperda juga telah dilaporkan terjadi di beberapa Provinsi lainnya, di antaranya Bengkulu (Juli 2019), Bangka Belitung (Juli 2019) dan Jawa Timur (Juli 2019).

Gejala Serangan S.frugiperda

        Hama S. frugiperda yang menyerang tanaman jagung dapat dikenal melalui gejala serangan. Pada serangan awal, larva S. frugiperda memakan lapisan epidermis daun. Gejala serangan larva instar awal S. frugiperda pada serangan lanjutan memakan daun hingga ke pucuk tanaman serta terlihat lubang-lubang pada daun jagung. Pada tingkat serangan yang tinggi dapat ditemukan kotoran dari larva pada tanaman jagung seperti serbuk gergaji. (Foto 6).

         Menurut Kepala BBPOPT Jatisari, Krawang, Jawa Barat Dr Ir Enie Tauruslina, selain menyerang daun, larva S. frugiperda juga dapat menyerang tongkol jagung. Kendati demikian, hasil pemantauan di lapangan bahwa serangan S. frugiperda lebih banyak ditemukan pada tanaman jagung yang masih muda dibandingkan dengan tanaman jagung yang sudah memasuki fase generatif.

Morfologi S. frugiperda

        Larva S. frugiperda memiliki beberapa karakter yang membedakannya dari spesies Spodoptera lainnya yaitu terdapat corak huruf “Y” terbalik pada bagian kepala terdapat empat buah bintik hitam yang besar (pinacula) pada abdomen ruas ke- 8 terdapat tiga garis berwarna hijau kekuningan pada bagian tubuh, yaitu satu pada bagian dorsal dan lainnya pada sub dorsal serta memiliki garis tebal seperti pita berwarna coklat pada lateral tubuh.

           Pada bagian ujung pupa terdapat dua buah tonjolan seperti duri,  Pada sayap depan serangga dewasa jantan S. frugiperda terdapat spot berbentuk oval dan bercak seperti ginjal serta garis hitam seperti jam pasir pada ujung sayap.

Antisipasi dan penanganan hama S. frugiperda

         Untuk wilayah yang belum ditemukan serangan S. frugiperda, perlu dilakukan tindakan antisipasi adalah kesatu, kewasapadaan serangan hama S. frugiperda terutama untuk wilayah yang masih belum terserang S. frugiperda. Kedua, penyediaan informasi tentang hama S. frugiperda dan pelatihan pengenalan hama S. frugiperda pada petugas lapang. Ketiga, melakukan survei penyebaran S. frugiperda baik di wilayah yang sudah terserang maupun yang masih belum terserang.

          Di daerah yang telah terserang S. frugiperda, maka ada beberapa hal tindakan yang dapat dilakukan di antaranya adalah pertama melakukan monitoring serangan S. frugiperda pada tanaman jagung secara rutin. Monitoring dapat dilakukan dengan mengamati gejala serangan hama S. frugiperda serta keberadaan S. frugiperda baik kelompok telur, larva maupun imago. Pengendalian akan lebih efektif dilakukan jika lebih dini mengetahui gejala serangan di lapangan. Kedua, melakukan pengumpulan kelompok telur dan larva dan mematikannya.

     Kemudian ketiga adalah pada tingkat serangan yang tinggi, maka dapat dilakukan pengendalian secara kimiawi dengan insektisida secara bijaksana serta menghindari penggunaan insektisida berspektrum luas. Aplikasi insektisida dilakukan pada pucuk tanaman jagung, dimana larva S. frugiperda umumnya ditemukan di sekitar pucuk tanaman jagung. Keempat adalah terdapat beberapa agen pengendali hayati potensial yang dapat dikembangkan seperti Metarhizium sp, Beauveria sp, NPV dan Tricogramma sp. Dan kelima adalah melakukan pola tanam jagung secara serempak. Pola tanam serempak ini akan dapat menekan perkembangan hama S. frugiperda di lapangan.

Peramalan Hama dan Ulat Grayak Pada MT 2019

   Di luar eksistensi serangan ulat grayak dari Amerika (Spodoptera frugiperda),  pihak BBPOPT Kementerian Pertanian telah melaksanakan peramalan untuk musim tanam (MT) 2019. Kejadian serangan ulat grayak pada musim tanam (MT) 2018/2019 untuk seluruh Indonesia mencapai luasan 2.663,4 hektare (ha), sedang peramalan serangannya pada MT 2019 ini hampir dua kali lipat, yaitu mencapai 3.476,5 ha. (Foto 5, Foto 7 dan Foto 8).

           Menurut Enie Tauruslina, untuk seluruh Indonesia atau pada wilayah 34 provinsi prakiraan paling luasan adalah di Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencapai 861,7 ha, Provinsi Aceh seluas 588,1 ha dan Provinsi Gorontalo seluas 471,7 ha. Selanjutnya menyusul Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) seluas 371,4 ha, Provinsi Lampung seluas 261,4 ha, Provinsi Jawa Barat seluas 168 ha dan Provinsi Sumatera Utara seluas 119 ha.

            Ia menambahkan, masih mengenai serangan hama pada jagung, pada kejadian serangan bulai pada MT 2018/2019 mencapai 1.112,8 ha dan diramalkan serangannya meningkat menjadi sekitar 1.722,3 ha. Kemudian lalat bibit pada MT 2018/2019 menyerang seluas 578,4 ha dan diramalkan akan menyerang jagung seluas 1.028 ha pada MT 2019 ini.

          Pada MT 2018/2019 penggerek batang jagung menyerang seluas 3.521,4 ha dan pada MT 2019 ini diperkirakan akan menyerang seluas 6.717,6 ha dan selanjutnya pada MT 2018/2019 penggerek tongkol telah menyerang seluas 2707,5 ha dan diperkirakan akan menyerang seluas 3.976,5 ha pada MT 2019 ini. Diharapkan semua pihak di daerah dan pusat mewaspadai serangan berbagai jenis hama tersebut di atas untuk menghindari kerugian yang ditimbulkannya, sekecil apapun yang mungkin terjadi. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang