Gapoktan Ayem Tentrem Sragen: Kami Tentrem Semua Setelah Dryer Operasi
Tuesday, 20th August, 2019 | 860 Views

“Memang kami para petani sudah mulai tentrem semua setelah alat pengering atau dryer bisa dioperasikan di desa kami dengan hasil yang baik. Kami sangat senang karena kami akhirnya bisa menjual beras sendiri tanpa perantara. Tanpa keterlibatan para tengkulak. Sebab, jauh sebelum kedatangan bantuan dryer ini para petani harus menjual gabah panen karena tidak mampu mengeringkannya.”

            Hal tersebut disampaikan oleh Harjanto (45), Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ayem Tentrem, Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten Sragen, kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com yang berkunjung ke pabrik penggilingan miliknya dan sekaligus di mesin pengering bantuan pemerintah yang dikelolanya bersama Ladiyanto (52), pengurus Gapoktan Ayem Tentrem di Desa Pendem itu, baru-baru ini.

            Harjanto menambahkan bahwa manfaat mesin pengering itu di daerahnya sudah dirasakan oleh para petani, di mana saat panen yang lalu turun hujan dan tidak bermasalah lagi untuk proses pengeringan. Artinya, para petani sudah dengan mudah membawa hasil panennya ke pabrik ini dan bisa langsung dimasukkan ke vertical dryer untuk dikeringkan dalam kondisi memenuhi syarat kebutuhan pasar atau masyarakat.

            Ladiyanto menambahkan bahwa kalau panen pada saat musim hujan harga gabah sangat rendah dan pasti para petani dipermainkan tengkulak. Namun, melalui bantuan pemerintah dan setelah mesin pengering ini beroperasi petani tidak pusing lagi memikirkan pengeringan. Selain itu nilai gabahpun sudah bisa disesuaikan dengan harga yang pantas. Misalnya, pada Agustus ini harga gabah petani di Kecamatan Sumber Lawang adalah 5.100 rupiah per kilogram (kg).

            Menurut Ladiyanto, saat ini di Gapoktan Ayem Tentrem terdapat 500 petani yang meliputi delapan kelompok tani (koptan). Semua petani yang menjadi anggota tersebut sudah menyadari bertani dengan memanfaatkan teknologi mulai dari pengolahan lahan sampai pescapanen. Artinya, para petani yang selama ini mengandalkan cara bertani tradisional sudah bisa menerima inovasi teknologi cara pertani dari hulu hingga ke hilir. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang