Direktur PPHTP: Mutu dan Servis Mutlak Dorong Daya Saing Produk Petani Masuk Pasar Nusantara, Regional dan Global
Sunday, 7th November, 2021 | 802 Views

TENTU TAK BISA dipungkiri bahwa saat ini faktor mutu dan servis sangat mutlak untuk mendorong daya saing produk petani Indonesia. Mutu sangat menentukan persaingan pasar nusantara, tingkat regional di lingkungan negara-negara Association of South-East Asia Nations atau ASEAN dan pasar global.

    “Kini tanpa status mutu dengan standar yang mendapat pengakuan lembaga atau organisasi yang telah mendapat pengakuan luas, maka produk apapun yang dihasilkan petani akan sulit laku. Sebab, mutu itu mencakup banyak unsur dengan kategori food safety dan food security, sehingga menjamin pihak yang mengkonsumsinya,” ungkap Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tanaman Pangan (PPHTP), Kementerian Pertanian Ir Gatut Sumbogojati kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di sela Rapat Evaluasi Kegiatan Pelaksanan Tahun Anggaran  (TA) 2021 dan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan TA 2022 yang diselenggarakan di Bogor, pada 3-5 November 2021.

   Rapat tersebut diikuti pada kepala Dinas Pertanian provinsi dan kepala Bidang Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian provinsi seluruh Indonesia. Adapun narasumber pada acara itu selain Direktur PPHTP Kementerian Pertanian adalah Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Dr Ir Suwandi serta dari pihak Kejaksaan Agung. Lainnya adalah Koordinator Pasca Panen pada Direktorat PPHTP Achmad Yusuf,SP,MSi. Koordinator Pengolahan Hasil Ir Gazali Hamzah, Koordinator Standarisasi dan Mutu Tiur Mauli,SP serta Koordinator Pemasaran dan Investasi Indah Listyorini Putri,SP.

    Menurut Gatut, pihaknya senantiasa mengingatkan para pejabat di provinsi tentang empat komponen  atau unsur di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang lebih dikenal dengan PPHTP. Keempat unsur tersebut adalah pasca panen, pengolahan, standarisasi dan mutu serta pemasaran dan investasi.

   Artinya, demikian Gatut menambahkan, para pejabat terkait pengolahan dan pasca panen di provinsi tidak berpikiran bahwa hal yang mencakup dengan panen hanya menyangkut pengadaaan alat mesin pasca panen. Namun, secara menyeluruh harus memikirkan kegiatan yang perlu diatur, yaitu hal yang terkait dengan hilirisasi.

Mendatangkan Profit

   Disebutkan pula bahwa ketika ada alat mesin pertanian yang dioptimalkan atau kita dilaksanakan, tetapi kemudian tidak ada sentuhan uji mutu, hilirisasi dan pemasarannya, maka hal itu akan timpang. Maksud pemasaran itu adalah kegiatan pertemuan yang arahnya lebih ke bisnis, dimana pejabat pemerintah di daerah maupun di pusat berupaya mempertemukan petani dengan pengusaha pengolahan, mempertemukan pengusaha usaha kecil menengah (UMKM) dengan pelaku bisnis non UMKM.

    “Tujuannya apa? Kami mengupayakan agar hal semacam itu terjadi. Meskipun kalau dinilai dari presentasenya kecil saja, kegiatan-kegiatan seperti yang disebut di atas tadi maknanya besar. Ya, walaupun hanya sekadar pertemuan pebisnis antarpengusaha, tetapi itu yang  menjadi jembatan kita. Paling tidak kalau antara mereka sudah saling mengenal bisa membuka mata pengusaha bahwa ada potensi bisnis di sektor pertanian yang bisa mendatangkan profit,” demikian Gatut.

   Diharapkan bahwa melalui komunitas-komunitas petani seperti kelompok tani, gabungan kelompok tani atau koperasi tani dapat bertemu dengan para pengusaha. Sebab, untuk tanaman pangan jangan hanya dilihat dari padi, jagung dan kedelai, melainkan masih banyak komoditi yang pasarnya juga menarik dan bisa menguntungkan. Misalnya, kacang tanah, kacang hijau dan porang.

   Selanjutnya Gatut Sumbogojati mengungkapkan beberapa negara di Eropa sedang mencari dan membutuhkan kacang-kacangan dari Indonesia. Bahkan komoditas lainnya juga sedang dicari beberapa negara dari Eropa lainnya dan dari Amerika. Misalnya, ubi jalar, talas dan sorgum. Nah, komoditas yang seperti ini sedang difasilitasi oleh pemerintah di pusat dan daerah agar bisa bertemu dengan para pengusaha dari berbagai daerah dan kalangan internasional.

   “Pokoknya pertemuan bisnis antara para petani dan pelaku usaha perlu difasilitasi sesering mungkin. Tujuan utamanya adalah untuk saling mengenal antara produsen dan konsumen. Bukan sekadar bertemu, tetapi untuk membicarakan peluang pasar yang bisa diisi petani melalui pengusaha termasuk pengumpul dan avalis atau off-taker yang menjembatani dan mengembangkan kebutuhan antara produsen dan konsumen,” lanjut Gatut menjelaskan.

  Contoh lainnya, menurut Gatut, dalam pertemuan dengan pengusaha beberapa waktu yang lalu di Eropa ada kecenderungan konsumen di sana mencari bahan-bahan pangan yang gluten free bagi penderita diabetes. Atau untuk mencegah penyakit semacam itu. Itu tantangan yang harus dijawab segera dan Indonesia menawarkan bahan makanan turunan dari ubikayu (Manihot utilissima) yang dikenal dengan nama Mocaf atau Modified cassava flour atau tepung ubi kayu yang dimodifikasi.

Optimis Pada 2022 Bakal Tercapai

   Untuk komoditi ubikayu Indonesia bicara mocaf itu. Volume ubikayu Indonesia  saat ini sangat besar dan konsumen Eropa langsung memesan dan dikirimlah sebanyak 120 ton dan jumlah itu adalah untuk setiap bulan. Komoditi dari Indonesia yang gluten free juga jumlahnya banyak, yaitu sorgum (Sorghum bicolor) dan juga diminati konsumen karena bisa mengantisipasi penyakit gula.

   Menjawab pertanyaan tentang Rapat Evaluasi itu Direktur PPHTP Ir Gatut Sumbogojati mengatakan bahwa satu di antara strategi Kementerian Pertanian adalah memaksimalkan hilirisasi tanaman pangan. Hal itu adalah proses panen, penanganan pasca panen mulai dari memanen kemudian cara menangani hingga memasarkannya. Satu hal yang menggembirakan adalah bahwa semasa serangan virus korona mulai 2020 hingga saat ini dampaknya tidak berpengaruh pada pemasaran dari produksi pertanian. Sektor pertanian tetap tumbuh dan berkembang termasuk pemasarannya hingga konsumen restoran.

   Hal itu tidak terlepas dari peningkatan mutu sekaligus servis atau pelayanan kepada konsumen. Jadi, kesimpulannya untuk evaluasi pada 2021 ini dan proyeksi ke depan realisasinya sangat bagus. Direktorat PPHTP telah mencapai serapan hingga 91 persen. Pihak Direktorat PPHTP optimis semua sasaran akan tercapai pada akhir Desember 2021 mendatang yang tinggal 60 hari ke depan.

   Menurut Gatut, berpatokan pada angka capaian itu ke depan pada 2022 pihak Direktorat PPHTP juga optimis bisa meraih prestasi yang kurang lebih sama. Itu bisa tergambar jelas bahwa pada 2020 capaian bisa 88 persen disusul pada 2021 sebesar 91 persen, sehingga diharapkan pada 2022 mendatang menanjak hingga 98 persen pencapaian sasarannya. Bahkan anggaran bisa diselesaikan hingga 100 persen apabila situasi lebih baik dari 2021 termasuk dengan keadaan dari dampak viru korona. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang