Direktur PPHTP: Di Sawah Alsintan Pengering Hadir, Keuntungan Kini Sudah Berpihak Kepada Petani
Thursday, 15th August, 2019 | 1202 Views

PARA PETANI DI berbagai daerah sentra tanaman padi atau di kawasan Sentra Pelayanan Pertanian Terpadu (SP3T) saat ini mendapat bantuan alat dan mesin pengering menjulang atau vertical driyer dan sudah operasional. Bantuan alat vertical driyer yang disalurkan pada 2018 itu kini sudah berjalan dan dioperasikan oleh para petani sendiri di beberapa provinsi di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Kemampuan atau kapasitasnya mencapai 10 ton sekali proses dengan rentang waktu proses antara 10 jam hingga 12 jam.

           “Kehadiran alsintan pengering di sawah itu telah berdampak positif, di mana keuntungan kini sudah berpihak kepada para petani terutama yang tergabung pada kelompok tani. Padi yang ditebas saat panen itu tidak dijual atau diserahkan lagi kepada tengkulak. Memang para petani sangat terbantu. Tentu bantuan itu tidak bisa dikatakan terlambat. Sebab, kenyataannya memang kemampuan keuangan pemerintah secara terpilih dan bertahap barulah bisa terlaksana pada 2017 dan diserahkan pada 2018,” ungkap Ir Gatut Sumbogojati,MM. Dia adalah Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (PP2HTP Ditjen TP), Kementerian Pertanian kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

            Gatut Sumbogojati juga menyebutkan bahwa sebelum petani dibantu dengan alat pengering, panenan petani dijual kepada tengkulak tanpa dikeringkan. Dengan demikian, pihak yang mendapat keuntungan dari pengeringan sekaligus penggilingan adalah tengkulak atau pedagang, sebab harga gabah kering giling atau GKG sangat berbeda dengan harga gabah kering panen atau GKP.

            “Setelah bantuan alsintan pengering itu dimiliki petani, maka mereka sendirilah yang mendapat keuntungan secara utuh termasuk menyangkut harga. Proses pengeringan dengan alat itu tidak terlalu lama. Contohnya, sekali proses dengan volume 10 ton hanya berkisar 10 jam hingga 12 jam. Hal ini tergantung dari kondisi kandungan air pada padi saat dipanen,” tambah Gatut dengan bangga. Dia didampingi stafnya Nuri dan Tiur.

            Menurut Gatut, pemeintah dengan sungguh-sungguh terus membantu para petani di seluruh daerah agar berkemampuan mengubah pola bertani dari hulu hingga hilir termasuk pemasaran. Dan hal itu harus dilakukan dengan menyertakan inovasi teknologi. Alat pengering inilah contohnya, di mana padi yang dipanen tidak perlu dijual lagi di sawah. Mulai 2019 ini padi dipanen, dikeringkan dan digiling sendiri oleh petani dengan mesin yang diberikan pemerintah.

            Selanjutnya Gatut Sumbogojati menuturkan, ekonomi petani adalah ekonomi nasional, sehingga dengan memampukan para petani tentu saja akan mendorong perekonomian nasional. Alsintan pengering semacam itu masih disediakan oleh pemerintah terutama di SP3T, di mana sesuai namanya pertanian terpadu, maka jika ada pertanaman padi di situ ada wadah pengeringan dan ada alat penggilingan.

            “Tetapi, ini yang terutama. Alsintan vertical driyer tersebut baru bisa diberikan kepada anggota kelompok tani yang di sekitar persawahan mereka sudah ada slep atau penggilingan. Bisa milik anggota petani dan bisa juga milik pengurus kelompok tani di wilayah itu. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang