Direktur CV Ersan Putra: Saya Beli Kedelai Hasil Panen Petani
Monday, 17th June, 2019 | 1103 Views

MASIHKAH TERBAYANG TERSIRAT di benak kita kecambah yang sering dijuluki toge itu? Akar tunggalnya meliuk, pun meliuk ke ujung satunya calon daun. Terlihat tenaaang…kalem…!  Mungkin tidak berlebihan kalau mengibaratkan kecambah atau toge yang berasal dari kedelai (Glycine max) itu dengan potret Direktur CV Ersan Putra dari Ponorogo, Jawa Timur. Pancen sopo ta areke? Memang siapa sih dia?

            Dia pejuang. Dia adalah Ergis Bellian (29), anak petani dari Ponorogo. Di kerumunan petani dan khalayak yang akan mengikuti acara Gerakan Tanam Peningkatan Produksi Kedelai Provini Jawa Timur Tahun Anggaran 2019, Ergis terlihat bak petani biasa. Berbusana biasa dan menyandang tas biasa saja. Romannya biasa pulalah. Dia tidak pakai kacamata ala pedangang kaya baru atau ala pedagang desa yang meniru pemain sinetron berkacamata hitam. Ternyata Ergis itu adalah penolong petani dengan prinsip simbioase mutualistis. Petani beruntung, Ergispun beruntung.

      Nah, di tengah keramaian itu Media Pertanian online www.sembadapangan.com menyambangi Ergis yang duduk di kursi plastik. Satu pertanyaan bermakna luas dilontarkan kepadanya: Serius membeli kedelai dari petani desa ini?  Ergis bertutur bahwa dia bersungguh-sungguh akan membeli kedelai dari petani tersebut.

         Aku, katanya, tidak main-main datang ke Sidoarjo atau Desa Pager Ngumbuk ini. Aku sudah teken (take-hand/tanda tangan) janji dengan petani. Aku konsekuen untuk itu. Kalau nanti panen dari lahan seluas 18 hektare (ha) ini sebanyak 1,5 ton saja per ha, saya akan dapat sebanyak 27 ton. Dan kalau saja produktivitasnya mencapai 1,8 ton per ha, maka akan diperoleh hasil sebanyak 32,4 ton. Uang untuk itu telah aku budgetkan. Sudah kualokasikan.

            Konon varietas Anjasmoro itu bisa menghasilkan sekitar 2 ton per ha atau lebih tentu hal itu akan menggembirakan semua pihak. Pemerintah senang, petani senang dan saya pun gembira. Kegembiraan semua pihak akan lebih beria-ria lagi manakala hasil kedelai itu baik dan tidak berpenyakit. Artinya, kedelai yang dipanen tersebut layak untuk dijadikan bakal benih. Sebab, kita—petani kita—membutuhkan benih yang banyak pada musim tanam kedelai mendatang di wilayah Sidoarjo ini. Bahkan ke kabupaten lain. Ini menjadi keperdulian saya saat ini dan ke depan.

          Tetapi, ada tetapinya. Tetapi, saya ada rasa cemas-cemas bagaimana, gitu. Jika kedelai yang dipanen itu tidak baik. Nah…,bagaimana? Tidak akan beli? Sepertinya tidak mungkin. Harus beli? Ah, rugi tentu. Siapa yang mau rugi? Pemerintah mau? Pasti tidak. Petani mau? Juga pasti tidak mau rugi, apalagi pelaku usaha swasta seperti saya, pasti tidak mau rugi.

            Bermimpi Swasembada Stop Kedelai Impor

            Jadi, bagaimana gerangan nanti? Tentu dan pasti, saya akan turut mengawal tanaman kedelai ini mulai dari masa vegetatif hingga panen dan pascapanennya. Saya akan sering berkunjung ke desa ini bertemu dengan pengurus Kelompok Tani Sumber Meler III dan bersama-sama menghadapi tanaman itu termasuk menyangkut kondisi cuaca yang mungkin mempengaruhinya.

          Ada suara para ahli yang menyebut-nyebut soal hama yang sangat mempengaruhi kedelai untuk bakal benih. Ini harus menjadi perhatian ekstra. Saya akan mencurahkan pikiran dan tenaga untuk mencermati hal itu. Mari kita sama-sama kerja keras untuk tujuan bersama. Mimpi kita satu waktu tidak terlalu lama kita swasembada kedelai dan impor kedelai terhenti seperti jagung (Zea mays) yang telah stop impornya. Ya, stoplah impor kedelai itu.

        Aku turut prihatin ternyata kedelai impor mengandung racun yang merusak kesehatan kita. Kenapa kita tidak menyadari hal itu. Ya, saya akan promosikan kedelai petani yang menyehatkan daripada kedelai impor yang mencelakakanYa, semoga petani sukses. Aku melok seneng. Aku ikut senang dan terus bersimbiose mutualistis dengan para petani.. Saling menguntungkan…sama-sama beruntung. *sembada/henry supardi/rorita

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang