Di STPP Bogor: Mahasiswa Harus Mengurai Mimpi Dengan Memahami Persoalan dan Tantangan Pembangunan Pertanian
Tuesday, 26th September, 2017 | 1020 Views

PARA MAHASISWA DI lingkungan kedinasan Kementerian Pertanian, seperti di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) harus mengurai mimpi-mimpi mereka  dengan mengetahui dan memahami kebijakan pembangunan pertanian yang dirancang pemerintah dari semua segi. Tentu tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak mengetahui dan mengenali persoalan dan tantangan sektor pertanian termasuk para petani yang kini mayoritas telah tua.

“Oleh sebab itu inovasi teknologi perbenihan, mekanisasi dengan alat-alat mesin pertanian dan pascapanen sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk mendorong produksi. Saat ini beras tidak diimpor lagi termasuk jagung. Dalam waktu tidak lama lagi kedelai akan swasembada dan impornya dihentikan. Dalam kaitan itu mimpi-mimpi mahasiswa harus diwujudkan tanpa harus memikul cangkul dan menarik sabit,” ungkap Staf Ahli Menteri Pertanian  Bidang Infrastruktur dan Sarana Prasarana Dr Ir Sam Herodian ketika memberikan pengarahan tentang Kebijakan Pembangunan Pertanian kepada mahasiswa-mahasiswi baru serta mahasiswa-mahasiswi Semester III dan IV STPP Bogor, Jawa Barat.

Ditegaskan bahwa seluruh persoalan harus dipahami termasuk tantangan ke depan di dalam negeri dan luar negeri tanpa kecuali. Di dalam negeri petani semakin sedikit dan dengan kepemilikan lahan yang sempit atau hanya sekitar seperempat hektare, sehingga lahan yang sempit itu harus disatukan pengelolaannya melalui koperasi atau organisasi pemuda dengan luasan pengelolaan paling tidak 10 hektare (ha). Itu di lokasi tertentu atau di desa.

Jadi, demikian Herodin, pemilik lahan tidak perlu lagi mengelola lahannya sendirian atau dengan tenaga keluarganya, tetapi sudah diserahkan kepada pihak lain. Hasilnya bisa diperhitungkan dengan pola sama-sama untung atau untung setelah panen dibagi bersama. Pola ini akan efisien

Disebutkan, satu usaha untuk menuju realisasi lumpung pangan dunia adalah bahwa Indonesia harus menyiapkan dan memiliki sumber daya manusia atau SDM yang handal dan bermutu. Saat ini pemerintah menyiapkan SDM melalui STPP yang ada di Papua Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Utara.

Selanjutnya dikatakan bahwa dalam kaitan menjadi Lumbung Pangan Dunia Indonesia harus mengelola dan mempertahankan seluas 8 juta ha dengan penambahan lahan yang menyertainya akan menambah lahan dua kali lipat setelah itu. Untuk menunjang semua itu teknologi pasti harus ditingkatkan. Misalnya, saluran irigasi sekunder dan tersier harus selalu dalam pengawasan dan selalu dilakukan perbaikan agar berjalan sesuai fungsinya.

“Kemudian alat-alat dan mesin pertanian yang bagus agar membantu percepatan petani dalam pengolah lahan, tanam dan paska panen. Itu menjadi wajib,” katanya sembari menambahkan bahwa pemerintah memberikan kesempatan seluasnya untuk bergiat di sektor pertanian.

Pemuda Tani

Menurut Sam Herodian, pemerintah menggerakkan semua pemuda untuk terjun ke dunia pertanian dengan memfasiltasi  kaum  muda dengan memberikan 10 ha lahan. Khusus program upaya khusus jagung saat ini pemerintah memberikan bantuan benih, pupuk dan alat mesin pertanian (alsintan) serta jaminan pasar dan harga. Untuk itu para pemuda tani atau gabungan pemuda tani dan siapa saja bisa menyediakan lahan seluas 10 ha.

Lahan tersebut bisa sewa atau milik para petani sendiri. Dengan demikian, pemerintah akan member bantuan semua kebutuhan petani, mulai dari benih, pupuk dan alsintan dan yang lain-lainnya. Melalui bantuan seperti ini diharapkan semua anak muda bersemangat untuk terjun di bidang pertanian karena pertanian ini bukanlah pekerjaan yang tanpa hasil,

Sam Herodian menginformasikan bahwa saat ini sudah ada 200.000 gerakan pemuda tani Indonesia  yang dinamai GEMPITA—dengan menyesauikan lafal yang nyaman didengar—yang telah eksis diseluruh Indonesia. Untuk 200.000 petani yang terdata ini dikali 10 ha luas lahan yang mereka olah, berarti sudah ada 2 juta ha lahan pertanian yang telah menghasilkan. Gempita itu bisa melibatkan orang tua atau sanak saudara yang menyiapkan lahan 10 ha setiap orang atau untuk satu orang yang bertanggungjawab dan program ini berlaku bagi semua penduduk Indonesia.

Dalam sesi diskusi yang dipandu oleh Ketua STPP Bogor Ir Nazaruddin, tiga mahasiswa mengajukan pertanyaan adalah Aris Nur Ramdan, Aji Panduwijaya dan Karto Sanjai. Ukuran keberhasilan petani dan bagaimana gambaran program Indonesia menjadi lumbung pangan dunia menjadi pertanyaan dari Aris yang dilanjutkan dengan pola perbaikan sumber daya manusia petani dan manajemen usaha tani serta bagaimana cara mahasiswa membangun desa sendiri adalah pertanyaan dari Aji. Selanjutnya Karto menanyakan kapan Indonesia swasembada daging?

Herodian menjelaskan bahwa pada 2045 kelak Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia, di mana sebelum tiba saatnya di sana petani Indonesia sudah sejahtera. Bukan sekadar taraf hidup yang meningkat. Sudah sejahtera. Sebab, ke depan petani Indonesia bukan lagi petani gurem atau petani kecil, tetapi sudah petani besar dengan lahan yang dikelola koperasi dan dikorporasikan atau dikelola dalam skala usaha. Artinya, pengolahan lahan yang ada sudah menjadi satu padu.

Contoh, katanya, di Kabupaten Merauke, Propinsi Papua kini satu peta sawah sudah mencapai 25 ha. Nah, di belahan Indonesia lainnya akan dikembangkan pola semacaram itu dan ikelola oleh koperasi karena ke depan para lelaki atau bapak-bapak akan turun ke sawah dan para ibu akan berbisnis usaha kecil dan menengah (UKM) termasuk makanan minuman hasil pertanian. Begitulah cara membangun desa. Pola pikir (mind-set) direformasi, bererak cepat, disiplin tinggi dan bertanggungjawab serta mengikuti perkembangan pertanian di dalam dan luar negeri.

“Dan menyinggung swasembada daging, kini belum tercapai. Masih dikembangkan program sapi betina harus beranak dan tidak boleh dijual. Semua jenis sapi yang ada harus dikembangkan di Indonesia. Dari segi program Indonesia bisa swasembada daging pada 2019. Harapan saya, hal itu bisa diwujudkan,” demikian cerita Herodian. * sembada

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang