Di Kab.Lampsel Bantuan Pengering Padi Pasti Dioperasikan Maksimal. Di Kab.Pring Sewu Bantuan Mesin Penggiling Padi Untuk Panen Raya 2022
Monday, 29th November, 2021 | 764 Views

 

BANTUAN UNIT PENGOLAHAN hasil berupa alat pengering modern dan permesinan penggiling gabah yang diterima para petani disambut gembira. Pihak Kementerian Pertanian telah menyerahkan peralatan itu kepada petani di Provinsi Lampung, yaitu di Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan dan di Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pring Sewu. Bangunan peralatan tersebut telah selesai dan pemasangan peralatan sudah mencapai 76 persen yang direncanakan selesai pertengahan Desember sekaligus menguji kinerjanya untuk persiapan pengoperasian penuh pada panen raya 2022 mendatang.  

    Penerima bantuan di Kabupaten Lampung Selatan (Lampsel), Provinsi Lampung adalah petani dari Kelompok Tani (Keltan) Harapan Jaya, Desa Pulau Jaya, Kecamatan Palas. Para petani  tersebut mengerjakan lahan sendiri seluas 52 hektere (ha), sedangkan para petani Keltan Agung Abadi di Desa GAding Rejo Utara, Kecamatan Gading Rejo menggarap areal seluas 42 ha.

    Menurut Sekretaris Keltan Harapan Jaya Samsul Arifin (46), petani di kelompoknya berjumlah 35 orang, dimana pada musim tanam (MT) Oktober 2021-Maret 2022 (Okt-Mar) saat ini telah bersepakat semuanya untuk menanam padi. Pada masa yang sama tahun lalu para petani secara selang-seling menanam jagung. Setiap tahun petani Kecamatan Palas bisa membudidayakan tanaman padi sebanyak dua kali atau indeks pertanaman (IP)-2.

   “Petani melakukan penanaman padi untuk dua musim, yaitu musim gadu dan musim biasa atau penghujan. Untuk satu tahun petani menanam padi hanya dua kali karena di sini sawah tadah hujan. Jadi, lahan petani hanya bisa diolah kalau air sudah ada atau mulai memasuki musim penghujan. Untuk pertanaman berikutnya masih bisa dilakukan karena sisa air masih ada,” Arifin mengungkapkan.

   Menurut dia, di Desa Pulau Jaya, petani lebih senang menanam pada varietas unggul Ciherang. Namun, hal itu dilakukan pada musim gadu. Kendati demikian, ada juga beberapa petani anggota yang menanam varietas lain,  seperti varietas Muncul terutama pada musim tanam penghujan Oktober sampai Maret.

   Arifin menegaskan, selanjutnya pada musim tanam April sampai September petani menggunakan varietas Muncul. Hal itu dilakukan karena masing-masing varietas padi itu membawa keuntungan sendiri-sendiri, seperti musim tanam sekarang Oktober petani menanam Ciherang karena produksinya lebih banyak dibandingkan menggunakan varietas lain.

Petani Bersorak Menerima Bantuan

   Menurut Samsul Arifin, saat ini mesin penggiling padi atau gabah (rice milling unit-RMU) yang sudah lama beroperasi adalah milik keluarga. Berdasar kondisi yang ada, pemerintah melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian memberi bantuan alat pengering tegak (vertical dryer) lengkap berkapasitas 10 ton gabah kering panen  (GKP) sekali masuk atau proses 11 jam. Alat modern dari pemerintah itu diberikan atas nama Keltan Harapan Jaya.

   “Para petani bersorak-sorai menerima bantuan alat pengering tegak tersebut karena selama ini para petani kesulitan menjemur gabah pada saat panen. Kalau pertanaman mencapai dua kali dalam setahun tentu panen bisa terjadi pada musim penghujan. Pada saat itulah para petani akan rugi karena begitu selesai panen, gabah langsung dijual kepada tengkulak atau pedagang. Nah, setelah ada alat pengering berkapasitas besar ini, kerugian akan diperkecil,” demikian Arifin seraya menambahkan bahwa pipa-pipa besar serta perangkat lain adalah pendukung bangunan dan peralatan pengeringan untuk segera dipasang.

Dimanfaatkan Maksimal

   Sekretaris Kelompok Tani Harapan Jaya Samsul Arifin mengatakan bahwa para petani yang menggarap lahan seluas 52 ha memastikan mesin serta seluruh kelengkapan pengeringan tidak akan sempat menganggur. Alat itu akan dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu lahan petani dari desa-desa sekitar sangat luas  dan mencapai 2.000 ha, sehingga mesin penggilingan dan pengeringan itu tidak akan sempat menganggur.

   “Malah kalau sudah memasuki musim panen saya dan para petani akan optimis padi yang akan dikeringkan bakalan antri. Apalagi memasuki musim penghujan, maka alat ini pasti sangat dibutuhkan karena tidak banyak petani yang memiliki lantai jemur untuk mengeringkan padi mereka. Sawah yang sangat luas di kawasan ini meliputi Kecamatan Rawa Sragi  dan Keacamatan Palas sendiri,” Arifin menambahkan.

    Selanjutnya dikatakan bahwa para petani telah membayangkan bakal mendapat keuntungan pada musim panenan mendatang. Sebab, mutu beras yang merka dapatkan akan lebih baik karena berasal dari gabah yang tingkat kekeringannya telah baik. Artinya, hal itu akan  berdampak pada harga gabah itu sendiri maupun harga beras.

   Disebutkan pula bahwa para petani telah bersepakat setiap satu ton gabah yang dikeringkan akan didapat upah sebesar 200.000 rupiah dan akan dimasukkan dalam kas kelompok untuk mendukung berbagai kebutuhan anggota yang bersuka cita maupun yang berduka cita dan juga untuk membiayai perawatan semua mesin. Saat ini saldo dana yang ada di kas kelompok sudah mencapai 22 juta rupiah.

Awal Desember Uji Coba Mesin

   Pihak Kelompok Tani (Keltan) Agung Abadi, Desa Gading Rejo Utara, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pring Sewu mendapat bantuan dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP),Kementerian Pertanian berupa bangunan dan mesin penggling padi (RMU) legkap. Sebanyak 25 petani anggota saat ini bergiat mengerjakan sawah seluas 45 ha.

   Menurut Ketua Keltan Agung Abadi Agung Widodo (44), pihaknya mendapat bantuan berupa bangunan dan mesin sudah mendekati selesai. Artinya, tinggal membereskan hal-hal kecil dan kemudian uji coba permesinan secepatnya dari pihak mitra.

   “Sistem permesinan RMU yang kami dapat ini sangat lengkap. Mesin penggeraknya dua unit, yaitu berupa mesin berbahan bakar solar dan mesin digerakkan aliran listrik. Mesin itu akan menggerakkan elevator pengangkut gabah ke pemecah kulit gabah lalu ke mesin pemoles pertama dan berlanjut ke pemoles kedua. Seterusnya ke mesin pemisah beras dengan menir untuk menghasilkan beras kelas satu atau premium,” Widodo menjelaskan sembari menambahkan bahwa bantuan pemerintah juga mencakup mesin penghancur sekam.

   Menurut Agung Widodo, mesin yang didapat petani ini akan menghasilkan beras bermutu yang selama in belum ada desa mereka. Dengan demikian, para petani akan diuntungkan karena sudah bisa menjual beras atau bukan menjual gabah lagi secara langsung di sawah begitu selesai panen.

   “Kami berharap setelah mesin ini beroperasi para petani bisa meningkatkan ekonomi setempat dan menyerap tenaga kerja lebih banyak untuk mengoperasikan mesin ini nantinya. Begitupun untuk anggota kelompok tani tentu mesin ini nantinya akan mendatangkan hasil dari upah yang dikeluarkan atas setiap proses gabah. Mesin ini bisa disetel untuk menghasilkan beras biasa, medium dan premium,” kata Widodo.

   Uang yang didapat, menurut dia, untuk perbaikan mesin, perawatan bangunan dan lain sebagainya. Hal itu sudah menjadi kesepakatan para anggota bahwa siapa saja yang akan menggunakan mesin akan mengeluarkan sejumlah biaya. Hitungan-hitungan yang biasa di antara petani adalah dalam 30 kilogram (kg) padi keluar upah 2 kg beras untuk RMU.

   Mengomentari atas penyelesaian bangunan dan pemasangan mesin-mesin tersebut Staf Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Anita Retnawati,SP yang memantau (monitoring) proyek dan mengevaluasi program bantuan pemerintah, mengatakan senang pengerjaan proyeknya bisa tepat waktu.

   Kendati demikian, ungkap Anita, ada kemungkinan muncul kendala ketika mengoperasikan mesin yang modern karena para petani belum berpengalaman. Dengan demikian, untuk berkembang agak susah dengan kondisi baru memulai penggilingan. Itu misalnya bisa terjadi pada petani di Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pring Sewu.

   Kalau Lampung Selatan, katanya, boleh jadi sudah lebih siap karena selama ini mereka sudah memulai bisnis gabah, walaupun untuk mengoperasikan vertical dryer berkapasitas besar butuh perhatian tersendiri. Dan hal yang pasti, petani harus paham betul bahwa untuk berbisnis padi dan beras dibutuhkan permodalan yang cukup dan berkelanjutan, sehingga peralatan yang ada itu tidak akan mubazir. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang