Dari Jawa Timur: Pemurnian Varietas Kedelai Pacu Penyediaan Benih Bersertifikat
Monday, 4th April, 2022 | 584 Views

PADA APRIL HINGGA Juli pihak Provinsi Jawa Timur telah memantapkan untuk menanam kedelai seluas 70.281 hektar (ha). Hal itu untuk memenuhi sasaran produksi sebanyak 1 juta ton kedelai nasional pada 2022 dan menyumbang produksi minimanl 110.271 ton atau sekitar 11 persen dari sasaran produksi nasional. Untuk pertanaman tersebut dibutuhkan benih kedelai sebanyak 2.811 ton.

    Terkait hal itu Kepala UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur (Jatim) Suyanto menyampaikan bahwa perkiraan cadangan benih kedelai di Provinsi Jatim pada April hingga September adalah sebanyak 2.260 ton.  Cadangan tersebut lebih banyak varietas Anjasmoro.

   Menurut Suyanto, di Kabupaten Blitar telah dilakukan sertifikasi melalui pemurnian varietas pada areal pertanaman kedelai seluas 895 ha dan pada bulan Maret ini ada pertanaman lain seluas 800 ha di Kabupaten Nganjuk, Banyuwangi dan Ponorogo. Hasil dari pertanaman itu berpotensi untuk menjadi benih bersertifikat melalui pemurnian varietas.

    Atas kenyataan tersebut Koordinator Kelompok Penyediaan dan Pemanfaatan Benih Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Suharyanto telah melakukan koordinasi  dengan pihak Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Jawa Timur untuk melakukan sertifikasi benih melalui pemurnian varietas.

  Sesuai dengan Kepmentan No 620/2020 tentang Petunjuk Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, diamanatkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan benih bersertifikat yang tidak mencukupi, maka benih sebar dapat dihasilkan melalui kegiatan pemurnian varietas. Hal itu dalam rangka sertifikasi benih untuk kegiatan perbanyakan benih sebar dengan cara memurnikan kembali benih melalui seleksi dari suatu populasi varietas, sehingga tingkat kemurniannya memenuhi standar mutu.

   “Pemurnian varietas tersebut hanya berlaku untuk benih aneka kacang dan aneka umbi pada saat ketersediaan benih sebar tidak mencukupi,” lanjut Suharyanto.

  Pertanaman kedelai konsumsi yang diverifikasi untuk diajukan disertifikasi melalui pemurnian varietas Anjasmoro tersebut berlokasi di Nganjuk seluas 650 ha, di Banyuwangi seluas 100 ha varietas Baluran dan di Ponorogo seluas 50 ha varietas Anjasmoro. Benih yang dihasilkan setelah diuji di laboratorium dan memenuhi standar mutu kelas benih sebar (BR/label biru) akan dilabel yang mencantumkan tulisan: BENIH UNGGUL BERSERTIFIKAT – PEMURNIAN VARIETAS – KELAS BENIH SEBAR dengan masa edar benih 4 bulan dihitung setelah selesai pengujian mutu benih. Dari 800 ha yang diproses sertifikasinya tersebut akan dihasilkan benih kedelai sekitar 800 ton, sehingga akan dapat memenuhi kebutuhan benih kedelai di Jawa Timur untuk pertanaman April-Juli.

   Upaya penyediaan benih melalui pemurnian varietas ini, menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan, Kementerian Dr Ir Suwandi menrupakan satu cara cepat penyediaan benih unggul bersertifikat. Sebab, peningkatan produktivitas kedelai lokal dari yang saat ini sekitar 1,5 ton per ha dapat ditempuh dengan menggunakan benih unggul.

   Penggunaan varietas-varietas baru yang memiliki potensi produktivitas di atas 3 ton per ha termasuk varietas hasil radiasi yang diproduksi oleh pihak Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) sangat perlu diketahui para petani. Dengan penggunaan benih unggul dan teknik budidaya yang tepat sehingga produktivitas kedelai sesuai dengan potensinya, maka kelangkaan kedelai local akan dapat diselesaikan. *sembada/dina/suharyanto

 

l

 

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang