Cukup Makanan versus Makan Cukup
Saturday, 26th September, 2015 | 180978 Views
|
Oleh Henry Supardi Simaremare, BSc,SH
isi caption di sini

isi caption di sini

WALAU gerobak itu sama saja dan hanya berganti pakaian, tetapi yang menghelanya memiliki performance berbeda, maka hasil yang akan diraih dan diraih pasti berbeda. Itulah Departemen Pertanian yang berubah menjadi Kementerian Pertanian dan sekarang ini dihela oleh Andi Amran Sulaiman sebagai menteri. Tentu, memang tidak bisa dipungkiri bahwa miliu perpolitikan birokrasi yang diusung oleh Presiden Joko Widodo berperan membuka langkah menteri pertanian tersebut.

Langkah Andi Amran Suleman memang tidak “timik-timik” alias lamban laun dengan “tolah-toleh” kiri kanan dan rapat dari hari ke minggu ke bulan ke tahun hingga akhir jabatan. Tidak. Andi Amran melangkah cepat. Memang tidak berlari. Langsung ke tujuan. Urusan yang crucial hingga enam bulan dari masa kerjanya pada Oktober 2015 adalah infrastruktur pertanian. Irigasi menjadi fokus perhatiannya sampai kuartal pertama 2015 ini.

Hemat kami, memang, bila air cukup dipastikan lahan becocok tanam (budidaya) padi pasti meningkat. Untuk feed-back dari “gebrakan” itu adalah peluang tanam kedelai kemudian jagung pada luasan yang sama dengan panenan yang meningkat. Tujuan akhirnya adalah swasembada pangan pada akhir 2017 atau sejak awal 2018 sudah sungguh-sungguh swasembada pangan kemudian naik kelas dengan memulai status Indonesia memiliki ketahanan pangan berkelanjutan. Pada gilirannya berdaulat pangan sebagai Negara berdaulat.

Dengan langkah cepat itu tentu tidak memberi ruang kepada para pihak pemangku kepentingan (stake-holders)  di sektor petanian untuk bergerak “pat gilipat” dan “timik-timik”. Artinya, proyeksi swasembada pangan yang bisa dimaknai sebagai cukup makanan dan makan cukup itu pasti tercapai. Harga bisa dijangkau. Dan mudah didapat. Juga sesuai kebutuhan rakyat Indonesia. Impor beras, jagung  dan kedelai? Kata orang di pasar “aah tau ah gelap!!”*

* Henry Supardi Simaremare-Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang